Terbit: 18 February 2018 | Diperbarui: 30 August 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Darah tinggi saat hamil tidak boleh disepelekan begitu saja. Pasalnya, kondisi ini bisa membahayakan kesehatan ibu dan janin. Yuk, cari tahu penyebab dan cara mengatasinya melalui ulasan berikut!

Mengenal Penyebab Darah Tinggi saat Hamil dan Penanganannya

Sejumlah Penyebab Darah Tinggi saat Hamil

Darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi saat tekanan darah berada di atas angka 140/90 mmHg. Kondisi ini umumnya dapat menimpa saat kehamilan memasuki usia 20 minggu. Namun, tidak menutup kemungkinan jika hipertensi terjadi lebih awal.

Darah tinggi saat hamil dapat memicu berbagai komplikasi yang berbahaya, baik bagi ibu maupun janin di dalam kandungan.

Penyebab terjadinya kondisi ini bergantung pada jenis hipertensi yang terjadi. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Hipertensi Kronis

Salah satu penyebab terjadinya darah tinggi saat hamil adalah hipertensi kronis. Ini artinya, darah tinggi atau hipertensi sudah diderita cukup lama.

Hipertensi kronis pada kehamilan terjadi ketika tekanan darah seorang wanita hamil sudah mengalami darah tinggi atau hipertensi sebelum kehamilan, atau sebelum kehamilan memasuki usia 20 minggu.

Apabila kondisi berlanjut hingga bayi dilahirkan, Anda berisiko lebih besar mengalami preeklamsia.

2. Hipertensi Kronis dengan Preeklamsia

Tekanan darah tinggi yang tidak ditangani dengan baik bisa berlanjut menjadi kondisi yang dikenal sebagai preeklamsia. Ini berisiko terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya menderita hipertensi kronis.

Selain tekanan darah berada di atas angka normal, gejala lain yang bisa dikenali adalah terdapat protein di dalam urine. Komplikasi lainnya juga dapat terjadi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, misalnya eklampsia.

Baca JugaPenyebab Sesak Napas Saat Hamil dan Cara Mengatasinya

3. Hipertensi Gestasional

Tekanan darah tinggi saat hamil yang terjadi setelah kehamilan memasuki minggu ke-20 adalah kondisi yang dikenal dengan hipertensi gestasional. Biasanya tekanan darah yang tinggi akan sembuh dengan sendirinya setelah melahirkan.

Namun, Anda harus mewaspadai jika kondisi menimpa sbelum usia kehamilan 30 minggu. Hal ini bisa meningkatkan risiko terhadap preeklamsia.

4. Preeklamsia

Preeklamsia adalah kondisi ketika tekanan darah saat hamil meningkat. Kondisi juga biasanya disertai dengan ditemukannya protein di dalam urine.

Gejala lain yang bisa dialami oleh wanita hamil, antara lain:

  • Mual dan muntah.
  • Sakit kepala.
  • Sesak napas.
  • Penglihatan kabur.
  • Bengkak pada bagian wajah dan tangan.
  • Tekanan darah meningkat dengan sangat cepat.
  • Nyeri pada perut bagian atas.

Preeklamsia bisa terjadi jika hipertensi saat hamil tidak terkontrol dengan baik. Umumnya kondisi menimpa pada usia kehamilan lebih dari 27 minggu.

Jika mengalaminya, wanita hamil sebaiknya mendapatkan penanganan segera. Jika tidak ditangani dengan baik, risiko kesehatan yang serius bisa terjadi, seperti kerusakan hati, ginjal, dan otak.

Bahaya preeklamsia juga dapat menimpa janin di dalam kandungan. Kondisi ini diketahui dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko bayi lahir mati.

Preeklamsia sangat mungkin terjadi pada beberapa kondisi berikut:

  • Kehamilan pertama.
  • Mengandung lebih dari satu bayi atau kehamilan kembar.
  • Tekanan darah tinggi kronis.
  • Usia di atas 40 tahun.
  • Diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebelum hamil.
  • Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya.
  • Penyakit ginjal.
  • Obesitas.
  • Penyakit autoimun.

5. Eklamsia

Eklamsia adalah kondisi yang dapat terjadi jika preeklamsia tidak ditangani atau tidak mendapatkan penanganan yang baik. Kondisi ini merupakan jenis hipertensi saat hamil yang paling parah.

Selain menyebabkan tekanan darah tinggi, eklamsia bisa menyebabkan kejang hingga koma pada wanita hamil. Hal ini berkaitan dengan masalah pada otak.

Baca JugaBenarkah Hamil dengan Diabetes Tingkatkan Risiko Anak Autis?

Dampak Tekanan Darah Tinggi saat Hamil

Tekanan darah tinggi saat hamil yang dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang membahayakan ibu dan janin.

Sejumlah dampak dari tekanan darah tinggi yang terjadi pada kehamilan, di antaranya:

1. Gangguan Tumbuh Kembang Janin

Dampak dari tekanan darah tinggi saat hamil yang harus diwaspadai adalah gangguan tumbuh kembang janin. Hal ini berhubungan dengan aliran darah ke plasenta yang berkurang.

Kondisi tersebut tampaknya menyebabkan janin tidak menerima nutrisi serta oksigen yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya. Pada akhirnya, tumbuh kembang janin akan terhambat.

2. Solusio Plasenta

Tekanan darah tinggi saat hamil yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kondisi yang dikenal dengan solusio plasenta. Ini terjadi ketika plasenta terpisah sebagian atau seluruhnya sebelum proses persalinan tiba.

Solusio plasenta dapat menyebabkan komplikasi yang serius karena mengakibatkan kerusakan pada plasenta dan perdarahan yang berat.

3. Kelahiran Prematur

Tekanan darah yang terlampau tinggi pada ibu hamil dapat memicu kelahiran prematur. Persalinan harus segera dilakukan pada kasus hipertensi yang berat untuk mencegah komplikasi yang berbahaya, seperti eklamsia. Kelahiran dapat melalui induksi persalinan maupun operasi caesar.

4. Penyakit Kardiovaskular

Bahaya darah tinggi saat hamil adalah penyakit kardiovaskular setelah melahirkan. Risiko akan semakin meningkat pada wanita yang melahirkan prematur.

Beberapa penyakit kardiovaskular yang dapat terjadi, yaitu penyakit jantung, hipertensi postpartum, dan stroke.

Namun, Anda bisa mengurangi risiko kejadian penyakit kardiovaskular dengan pengobatan dan menjalani gaya hidup sehat.

Baca JugaMengenal 11 Fungsi Plasenta Bagi Janin, Bumil Harus Tahu

Cara Menangani Darah Tinggi pada Ibu Hamil

Tekanan darah tinggi saat hamil sebaiknya mendapatkan penanganan yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko komplikasi kesehatan yang dapat terjadi.

Jika Anda mengalami masalah darah tinggi saat hamil, pastikan untuk mendapatkan pemantauan dari dokter. Untuk itu, periksakan kandungan secara rutin sesuai dengan jadwal.

Dokter akan meresepkan obat penurun tekanan darah yang aman digunakan saat hamil, seperti methyldopa dan labetalol. Jenis obat ini diketahui tidak berdampak negatif terhadap tumbuh kembang janin.

Selama pengobatan hipertensi, Anda sebaiknya mengonsumsi obat sesuai dosis yang dianjurkan. Jangan sampai Anda melewatkan waktu untuk mengonsumsinya, berhenti mengonsumsinya, atau mengganti dosis tanpa sepengetahuan dokter.

Selain itu, sebelum mengonsumsi obat herba tertentu untuk menurunkan tekanan darah, pastikan Anda berbicara terlebih dahulu dengan dokter.

Terapkan juga gaya hidup sehat selama kehamilan, seperti:

  • Konsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang.
  • Dapatkan waktu istirahat yang cukup.
  • Rutin berolahraga.
  • Kelola stres dengan baik,
  • Hindari kebiasaan yang berdampak negatif terhadap kehamilan, seperti merokok dan minum minuman beralkohol.

Komplikasi berbahaya dari tekanan darah tinggi saat hamil dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin. Jadi, pastikan untuk tidak melewatkan waktu Anda berkunjung ke dokter kandungan untuk memantau kondisi kehamilan, ya!

 

  1. Anonim. 2022. Eclampsia. https://medlineplus.gov/ency/article/000899.htm. (Diakses pada 30 Juni 2023).
  2. Anonim. 2022. High Blood Pressure (Hypertension) During Pregnancy. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/4497-gestational-hypertension. (Diakses pada 30 Juni 2023).
  3. Anonim. 2023. High Blood Pressure During Pregnancy. https://www.cdc.gov/bloodpressure/pregnancy.htm. (Diakses pada 30 Juni 2023).
  4. Ernst, Holly. 2019. High Blood Pressure During Pregnancy. https://www.healthline.com/health/high-blood-pressure-hypertension/during-pregnancy#risk-factors. (Diakses pada 30 Juni 2023).
  5. Mayo Clinic Staff. 2022. Preeclampsia. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/preeclampsia/symptoms-causes/syc-20355745. (Diakses pada 30 Juni 2023).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi