Terbit: 30 November 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Setelah melahirkan, ibu masih perlu melakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencegah infeksi postpartum. Jika tidak mendapatkan penanganan yang baik, kondisi ini bisa mengarah pada komplikasi persalinan yang berbahaya.

Infeksi Postpartum: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Infeksi Postpartum?

Infeksi postpartum merupakan infeksi yang terjadi setelah melahirkan, baik melalui persalinan normal (vagina) maupun operasi caesar. Kondisi ini juga dapat menimpa beberapa minggu setelah melahirkan.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), infeksi postpartum merupakan penyebab kematian terbesar kedua yang berkaitan dengan kehamilan dengan menyumbang angka sebesar 13.9 persen. Risiko kematian bisa meningkat pada wanita yang memiliki riwayat penyakit kronis, seperti diabetes dan penyakit jantung.

Beberapa infeksi yang biasanya terjadi pada ibu setelah melahirkan yaitu infeksi rahim (endometritis), infeksi payudara (mastitis), infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi pada luka sayatan operasi caesar.

Gejala Infeksi Postpartum

Secara umum gejala infeksi postpartum sama dengan gejala infeksi pada umumnya, yaitu demam, nyeri pada sekujur tubuh, menggigil, kehilangan nafsu makan, dan ketidaknyamanan.

Pada kasus yang parah, infeksi dapat memicu sejumlah gejala berikut:

  • Nyeri di bagian bawah pinggang atau daerah tulang panggul akibat peradangan pada rahim.
  • Kulit pucat akibat kehilangan darah.
  • Nyeri pada perut bagian bawah.
  • Kelelahan.
  • Keputihan yang abnormal, misalnya mengeluarkan bau busuk.
  • Detak jantung meningkat akibat kehilangan darah.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri dan sulit saat buang air kecil.
  • Pembengkakan dan nyeri pada payudara.
  • Nyeri pada luka sayatan operasi caesar.

Gejala-gejala tersebut kemungkinan baru muncul setelah beberapa hari persalinan sehingga diagnosis tidak dapat langsung diberikan. Maka dari itu, penting untuk mengenali gejala infeksi, bahkan setelah Anda pulang dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan tempat melahirkan.

Baca Juga: 8 Jenis Infeksi yang Bisa Terjadi pada Ibu Hamil dan Cara Mencegahnya

Penyebab Infeksi Postpartum

Infeksi postpartum dapat terjadi akibat bakteri yang masuk ke dalam tubuh ibu ketika melahirkan. Beberapa jenis bakteri yang bisa menjadi pemicunya yakni Streptococcus, Staphylococcus, dan bakteri lainnya.

Bakteri akan menyerang kulit atau jaringan yang rusak. Selain itu, lingkungan di bawah perut yang lembap dan hangat menjadi lokasi yang bagus bagi bakteri untuk berkembang biak.

Infeksi postpartum dimulai di dalam rahim saat ketuban pecah. Bakteri bisa masuk ke dalam rahim melalui kantung ketuban yang cairannya terinfeksi.

Berdasarkan jenis infeksi, berikut ini adalah sejumlah penyebab infeksi postpartum yang harus diwaspadai, di antaranya:

1. Endometritis

Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium atau lapisan pada uterus. Anda memiliki risiko untuk mengalami endometritis jika melahirkan dengan operasi caesar dan risikonya akan lebih tinggi jika Anda sudah pernah melahirkan sebelumnya.

Selain itu, ibu hamil yang mengalami proses persalinan yang lama juga memiliki risiko tinggi mengalami endometritis dibanding dengan persalinan melalui vagina.

2. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi postpartum yang dapat terjadi berikutnya adalah infeksi saluran kemih (ISK). Kondisi ini bisa terjadi pada ibu setelah melahirkan atau sedang dalam masa nifas.

Biasanya risiko infeksi meningkat saat seorang wanita menerima obat bius epidural atau memakai kateter urine selama persalinan.

3. Mastitis

Salah satu infeksi atau peradangan yang terjadi setelah melahirkan adalah mastitis. Ini merupakan infeksi yang terjadi pada satu atau lebih saluran payudara.

Biasanya, mastitis terjadi dalam dua bulan melahirkan atau ketika ibu sedang menyusui. Jika tidak diatasi, kondisi ini dapat menjadi semakin serius dan menurunkan produksi ASI.

4. Infeksi Jahitan Persalinan

Baik melahirkan secara normal maupun operasi caesar, Anda punya risiko untuk mengalami infeksi pada jahitan saat melahirkan.

Pada ibu yang melahirkan normal, risiko infeksi ada pada saat dilakukan episiotomi. Sementara ibu yang melahirkan dengan operasi, infeksi bisa terjadi pada luka sayatan.

Selain itu, pada wanita yang menjalani caesar, sebesar 16 persen wanita mengalami infeksi dalam kurun waktu satu minggu setelah melahirkan.

Baca Juga15 Komplikasi Persalinan yang Harus Diwaspadai Ibu Hamil

Faktor Risiko

Risiko terkena infeksi postpartum berbeda-beda pada setiap ibu yang baru melahirkan. Hal ini bisa bergantung pada metode yang digunakan saat persalinan.

Secara umum, risiko Anda terkena infeksi berdasarkan metode persalinan adalah sebagai berikut:

  • Persalinan melalui vagina: 1-3 persen.
  • Persalinan melalui operasi caesar yang terjadwal: 5-15 persen.
  • Persalinan melalui operasi caesar yang tidak terjadwal: 15-20 persen.

Selain metode persalinan, ada beberapa risiko lain yang dapat meningkatkan risiko infeksi postpartum, di antaranya:

  • Belum pernah hamil sebelumnya.
  • Obesitas atau kegemukan.
  • Infeksi bakteri pada vagina (bacterial vaginosis).
  • Anemia.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Masalah sistem imun tubuh.
  • Infeksi menular seksual.
  • Usia kehamilan yang ekstrem, bisa terlalu muda ataupun terlalu tua.
  • Jarak antara pecahnya ketuban dengan persalinan terlalu panjang.
  • Menjalani pemeriksaan vagina selama persalinan yang terlalu sering.
  • Terdapat feses bayi di dalam cairan ketuban.
  • Penggunaan kateter untuk melunakkan pembukaan rahim saat melahirkan.
  • Penggunaan alat bantu persalinan yang tidak steril.
  • Persalinan terjadi dalam waktu yang lama.
  • Adanya sisa plasenta di dalam rahim setelah persalinan.
  • Bakteri Streptococcus golongan B tumbuh berlebihan pada vagina.
  • Perdarahan berlebihan setelah persalinan (perdarahan postpartum).

Diagnosis Infeksi Postpartum

Infeksi postpartum dapat terdiagnosis setelah dokter melakukan sejumlah pemeriksaan, termasuk pemeriksan fisik. Riwayat kesehatan ibu juga kemungkinan akan ditinjau guna menegakkan diagnosis.

Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lainnya yang dapat mendukung diagnosis, seperti mengecek suhu tubuh, perdarahan, nyeri, dan keputihan.

Pada sebagian kasus, dokter juga akan menganjurkan serangkaian pemeriksaan penunjang lainnya, seperti:

  • Tes darah: Sampel darah akan diambil untuk memeriksa ada tidaknya infeksi bakteri.
  • Tes urine: Urine akan diambil sampelnya untuk memeriksa kemungkinan adanya infeksi saluran kemih.
  • Tes pencitraan: Tes dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai adanya abses pada organ dalam atau komplikasi lainnya yang berkaitan dengan infeksi. Tes dapat berupa ultrasonografi (USG) atau magnetic resonance imaging (MRI)
  • Swab vagina: Pengambilan sampel cairan vagina dengan swab (usap) dilakukan untuk mendeteksi jenis bakteri penyebab infeksi.

Baca JugaPersalinan ERACS, Operasi Sesar yang Tidak Sakit

Pengobatan Infeksi Postpartum

Pengobatan untuk mengatasi infeksi postpartum dapat dilakukan dengan pemberikan obat-obatan yang diresepkan dokter dan perawatan mandiri di rumah. Berikut penjelasan lengkapnya:

1. Obat-obatan

Sebelum menentukan pengobatan untuk infeksi postpartum, dokter akan mengevaluasi terlebih dahulu jenis infeksi yang terjadi serta tingkat keparahan gejala.

Namun, pada umumnya dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobati kondisi. Jenis antibiotik yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis bakteri yang memicu infeksi.

Umumnya obat antibiotik oral (diminum) sudah cukup untuk mengobati kondisi. Namun, jika infeksi yang menimpa cukup parah, dokter akan memberikan antibiotik melalui suntikan atau menganjurkan perawatan medis lainnya.

Pada beberapa kasus, infeksi bakteri dapat menyebabkan abses sehingga operasi tambahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan jaringan tubuh yang sudah terinfeksi.

Antibiotik yang telah diresepkan harus dihabiskan sekalipun gejala sudah berkurang atau bahkan hilang. Pastikan untuk menggunakan antibiotik sesuai dengan resep dokter.

2. Perawatan di Rumah

Selama pengobatan medis, Anda juga sebaiknya memperhatikan gaya hidup untuk mendukung pemulihan kondisi. Beberapa perawatan di rumah untuk menangani infeksi postpartum, di antaranya:

  • Sebelum operasi caesar, mintalah untuk diresepkan antibiotik jika Anda berisiko tinggi terkena infeksi.
  • Mandi dengan sabun atau cairan antiseptik setelah persalinan.
  • Cukur bulu kemaluan dengan mesin cukur yang bersih. Hindari mencukur menggunakan pisau cukur.
  • Bersihkan luka operasi caesar secara berkala. Oleskan chlorhexidine-alcohol sebelum membersihkan luka tersebut.
  • Minumlah cukup air untuk membantu tubuh terhindar dari dehidrasi.
  • Dapatkan waktu istirahat yang cukup sehingga tubuh bisa lebih optimal dalam melawan infeksi.
  • Konsumsi obat-obatan setelah persalinan yang diberikan oleh dokter atau bidan sesuai dengan anjuran penggunaan.

Baca JugaMengenal Cara Melahirkan Normal, Mulai dari Prosedur hingga Tipsnya

Komplikasi Infeksi Postpartum

Meski jarang menimbulkan komplikasi, kondisi ini dapat memicu masalah kesehatan lain jika tidak didiagnosis atau ditangani sejak dini.

Beberapa komplikasi infeksi yang dapat terjadi, antara lain:

  • Kantong berisi nanah (abses) yang dapat terbentuk di dalam rahim, saluran tuba falopi, atau ovarium.
  • Radang selaput perut (peritonitis).
  • Infeksi bakteri dalam aliran darah (sepsis).
  • Pembekuan darah di pembuluh darah panggul (tromboflebitis panggul).
  • Gumpalan darah yang menyumbat arteri di paru-paru (emboli paru).
  • Syok septik.

Konsultasikan pada dokter kandungan mengenai kemungkinan kondisi ini dan penanganan yang tepat jika mengalaminya. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat

 

  1. Nicholls, Emma & Akers, Mechelle Renee. 2022. Puerperal Infections. https://www.healthline.com/health/puerperal-infection. (Diakses pada 7 Agustus 2023).
  2. Wong, Andy, dkk. 2019. Postpartum Infections. https://emedicine.medscape.com/article/796892-overview?form=fpf. (Diakses pada 7 Agustus 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi