Terbit: 11 November 2022 | Diperbarui: 23 May 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Skizofrenia adalah gangguan psikologis yang bisa mengubah cara seseorang berpikir, merasa, berhubungan dengan orang lain, dan mengartikan suatu peristiwa. Kenali lebih jauh seputar penyakit ini, mulai dari gejala hingga pengobatannya dalam ulasan berikut.

Skizofrenia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa Itu Skizofrenia?

Skizofrenia merupakan masalah mental serius yang memengaruhi cara berpikir, perasaan, serta perilaku seseorang. Meskipun skizofrenia bukan penyakit mental yang umum, tetapi kondisi ini dapat membuat penderitanya sulit melakukan aktivitas normal.

Penderita skizofrenia seringkali memiliki masalah dalam hubungan sosial di sekolah, tempat kerja, dan hubungan. Kondisi ini disebabkan oleh rasa takut yang muncul sehingga penderitanya cenderung menarik diri dari kenyataan. 

Seseorang yang menderita skizofrenia tidak bisa membedakan kenyataan dan khayalan. Mereka akan merasa dunia ini tampak seperti campuran pikiran, gambar, dan suara yang membingungkan. 

Skizofrenia tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol dengan perawatan yang tepat. 

Gejala Skizofrenia

Gejala yang dapat muncul bisa bervariasi, baik jenis maupun tingkat keparahannya.

Pada pria, gejala biasanya akan tampak di awal hingga pertengahan usia 20-an. Sementara pada wanita, biasanya gejala akan muncul pada akhir usia 20-an.

Di sisi lain, kondisi ini jarang menimpa anak-anak dan orang dewasa berusia lebih dari 45 tahun.

Secara umum, berikut ini adalah beberapa gejala skizofrenia:

1. Delusi

Delusi merupakan kondisi ketika seseorang memiliki keyakinan yang salah dan aneh, tetapi menolak untuk percaya bahkan ketika sudah diberikan fakta yang sesungguhnya. 

Seseorang dengan delusi mungkin percaya bahwa orang lain bisa mendengar pikiran atau percaya bahwa dirinya adalah Tuhan atau iblis. 

2. Halusinasi

Kondisi ini terjadi ketika seseorang melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Kondisi ini biasanya terjadi pada berbagai indra, tapi paling sering menimpa indra pendengaran.

Penderita skizofrenia mungkin dapat mendengar komentar tentang orang lain atau mendengar bisikan perintah untuk melakukan sesuatu. 

Pada kasus yang lebih jarang, penderita skizofrenia bisa melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, mencium bau aneh, atau merasakan sentuhan padahal tidak ada yang menyentuh.

3. Komunikasi Tidak Efektif

Pemikiran dan cara bicara orang dengan skizofrenia biasanya tidak beraturan sehingga penderita sulit untuk berinteraksi dengan orang lain.

Beberapa penderita skizofrenia kesulitan untuk konsentrasi dan akan pikirannya berpindah dari satu hal ke hal lain. Kondisi ini akan membuat mereka kesulitan untuk membaca, menonton, dan berkomunikasi. 

4. Perilaku Motorik yang Tidak Normal

Layaknya anak kecil, seseorang bisa menunjukkan perilaku yang tidak terduga sehingga sulit untuk melakukan tugas-tugas tertentu, bahkan tugas yang mudah sekalipun.

Beberapa penderita skizofrenia juga merasa tubuhnya diambil alih oleh orang lain sehingga bisa melakukan gerakan dan tindakan yang bukan kehendak dirinya sendiri. 

Perilaku ini membuat penderitanya kebingungan dan tindakannya menjadi tidak bisa diprediksi.

5. Gejala Negatif

Gejala negatif dapat muncul pada beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum seseorang mengalami episode skizofrenia yang parah, yaitu halusinasi atau delusi. 

Oleh sebab itu, gejala ini bisa dikatakan sebagai gejala awal dari skizofrenia. 

Penderita akan mengalami penurunan fungsi secara normal dan tampak kurang merawat diri, kurang menunjukkan emosi, berbicara dengan nada monoton, dan hilang minat.

Tanda penyakit skizofrenia pada remaja umumnya hampir sama dengan orang dewasa. Namun, pada remaja biasanya akan lebih sulit dideteksi karena gejala awal menyerupai gejala yang umum terjadi pada perkembangan khas di masa remaja, seperti:

  • Menarik diri dari lingkungan;
  • Prestasi di sekolah menurun;
  • Kesulitan tidur;
  • Suasana hati yang buruk;
  • Kurang motivasi.

Baca JugaMengenali Pyromania, Gangguan Mental yang Terobsesi Bermain Api

Penyebab Skizofrenia

Sampai saat ini, belum diketahui apa penyebab pasti kondisi ini. Namun, para ahli menduga jika faktor genetik, gelombang kimia di otak, dan lingkungan berkontribusi pada penyakit ini.

Hanya saja, terdapat berbagai faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengalami kondisi ini, di antaranya:

1. Riwayat Keturunan

Menurut penelitian, bila ada keluarga yang mengidap skizofrenia, kemungkinan kondisi ini diturunkan bisa mencapai 80 persen. 

Jika salah satu orang tua menderita skizofrenia, ada kemungkinan sebesar 13 persen Anda mengalami kondisi ini. Sementara itu, bila kedua orang tua mengidapnya, risiko bisa meningkat hingga 20 persen.

Kendati demikian, jumlah persentase ini akan bervariasi, mengingat ada berbagai faktor lain yang ikut berkontribusi terhadap kemunculan gangguan mental ini.

2. Masalah pada Otak

Orang dengan skizofrenia memiliki pengaturan zat kimia tertentu (neurotransmitter) di dalam otak yang bisa mengganggu perjalanan sinyal kelistrikan di dalam otak. Inilah yang akhirnya dapat mengganggu pola pikir dan perilaku penderita.

Penelitian lain mengungkapkan bahwa orang dengan kondisi ini memiliki struktur dan fungsi otak yang abnormal. Namun, kelainan ini tidak hanya terjadi pada semua orang yang menderita skizofrenia, melainkan bisa terjadi pada orang yang tidak mengidapnya.

3. Lingkungan

Menurut penelitian, kombinasi antara faktor genetik dengan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya penyakit ini.

Faktor lingkungan yang bisa mencetuskan terjadinya skizofrenia pada orang yang rentan mengalaminya, antara lain:

  • Infeksi virus.
  • Paparan zat beracun.
  • Tingkat stres yang tinggi.

4. Pengaruh Sosial

Beberapa faktor sosial ikut berkontribusi terhadap skizofrenia, seperti:

  • Tinggal di lingkungan yang padat penduduk.
  • Anak-anak yang terlahir dari wanita dengan riwayat kelaparan selama tiga bulan di awal kehamilan.
  • Lingkungan keluarga dengan skizofrenia.

5. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan

Kekurangan nutrisi, preeklampsia, diabetes, paparan racun dan virus,  serta perdarahan dalam masa kehamilan diduga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak.

Selain itu, komplikasi saat persalinan juga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak. Sebagai contoh, kekurangan oksigen saat dilahirkan (asfiksia), lahir prematur, dan berat badan lahir rendah.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa komplikasi kehamilan dapat meningkatkan risiko anak mengalaminya di kemudian hari. Jumlah peningkatan risikonya bisa mencapai lima kali lipat daripada orang yang memiliki risiko tinggi mengalaminya.

6. Pengaruh Obat-obatan

Faktor risiko lainnya yang meningkatkan kejadian skizofrenia adalah penyalahgunaan obat-obatan terlarang, terutama ganja dan metamfetamin.

Menurut penelitian, obat-obatan tersebut memiliki peran etiologis menyebabkan kondisi ini.

Namun, ada berbagai faktor yang meningkatkan kerentanan efek obat, termasuk usia saat menggunakan obat hingga riwayat keluarga.

Terkait hal itu, penelitian lain masih diperlukan guna membuktikan efek obat-obatan terhadap kejadian skizofrenia.

Baca Juga10 Cara Mendampingi Pasangan dengan Gangguan Kesehatan Mental

Diagnosis Skizofrenia

Sebelum mendiagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan medis secara menyeluruh. Pasalnya, gejala yang ditunjukkan bisa saja muncul karena penyalahgunaan zat tertentu atau penyakit neurologis lainnya yang mirip dengan skizofrenia.

Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan oleh dokter untuk menetapkan diagnosis skizofrenia, antara lain:

  • Pemeriksaan darah lengkap. Tes darah digunakan untuk mengetahui apakah ada kondisi medis lain atau penyalahgunaan obat yang menjadi sumber gejala. 
  • Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik berguna untuk memastikan tidak ada masalah pada tubuh yang menyebabkan gejala. 
  • Tes pencitraan, seperti MRI (magnetic resonance imaging) atau computed tomography (CT scan). Tes pemindaian ini dilakukan untuk mendeteksi adanya masalah lain pada otak, misalnya tumor otak.
  • Evaluasi kejiwaan. Dokter spesialis kejiwaan akan memastikan status mental pasien dengan cara mengamati penampilan, pikiran, suasana hati, serta diskusi dengan pasien dan keluarga. 

Jenis-jenis Skizofrenia

Berikut ini adalah beberapa tipe skizofrenia yang bisa terjadi, di antaranya:

1. Skizofrenia Paranoid

Jenis ini paling umum ditemui. Meski begitu, gejalanya tidak langsung kentara, melainkan akan berkembang di kemudian hari.

Orang dengan kondisi ini biasanya akan mengalami halusinasi dan delusi, tetapi tidak mengalami gangguan emosi dan komunikasi.

2. Skizofrenia Katonik

Berbanding terbalik dengan skizofrenia paranoid, tipe ini paling jarang ditemui. Penderita umumya akan mengalami gerakan yang tidak biasa: bisa terbatas ataupun tiba-tiba.

3. Skizofrenia Residual

Tipe ini bisa terjadi pada orang-orang dengan riwayat psikosis tertentu. Gejala yang bisa dialami berupa gejala negatif, misalnya kebersihan yang buruk, ingatan buruk, gerakan lambat, dan kurang berkonsentrasi.

4. Skizofrenia Hebefrenik

Gejala dari tipe ini biasanya akan mulai muncul pada rentang usia 15-25 tahun. Beberapa gejala yang akan dialami, antara lain delusi dan halusinasi yang berlangsung dalam waktu singkat, serta pola bicara yang tidak teratur.

5. Skizofrenia Tidak Terdiferensiasi

Ini adalah kondisi ketika seseorang menunjukkan sejumlah gejala skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik.

6. Skizofrenia Sederhana

Orang yang mengalaminya bisa mengalami gejala negatif, berupa gerakan lambat, kurang konsentrasi, kebersihan yang buruk, dan penurunan daya ingat

Selain itu, penderita juga bisa menunjukkan gejala halusinasi, delusi, dan pemikiran tidak teratur. Namun, gejala ini sangat jarang dialami.

7. Skizofrenia Tidak Spesifik

Kondisi ini terjadi ketika seseorang mengalami gejala-gejala skizofrenia yang tidak sesuai dengan berbagai kategori gejala yang sudah disebutkan sebelumnya.

Baca JugaMengenal Distress serta Dampaknya pada Kesehatan Mental dan Fisik

Pengobatan Skizofrenia

Orang dengan gangguan mental ini membutuhkan perawatan seumur hidup. Namun, jika perawatan dilakukan sedini mungkin komplikasi serius bisa dicegah.

Berikut ini adalah beberapa perawatan yang dapat dilakukan, di antaranya:

1. Obat-obatan

Obat antipsikotik umumnya direkomendasikan sebagai pengobatan awal untuk mengatasi gejala episode skizofrenia akut. Obat ini bekerja dengan memblokir efek dari senyawa kimia dopamin atau senyawa kimia lain di otak. 

Obat ini umumnya bisa mengurangi perasaan cemas dalam beberapa jam setelah penggunaan obat. Namun, diperlukan beberapa hari hingga beberapa minggu untuk meredakan gejala seperti halusinasi atau pikiran delusional. 

Obat-obatan ini tersedia dalam sediaan pil, cairan, dan injeksi.

Efek samping yang mungkin muncul akibat penggunaan obat antara lain, gemetar, rasa kantuk, pandangan kabur, konstipasi, dan gairah seksual yang menurun. 

2. Perawatan Psikososial

Selain konsumsi obat-obatan, penderita skizofrenia juga perlu perawatan pendukung berupa terapi psikologi dan sosial (psikososial). 

Perawatan ini biasanya dibarengi dengan penggunaan obat-obatan antipsikotik. Contoh jenis perawatan ini adalah terapi perilaku kognitif (CBT).

Pengobatan ini dapat membantu penderita skizofrenia untuk memiliki pola pikir yang lebih realistis, pelatihan terhadap keterampilan sosial, keterampilan perilaku, dan rehabilitasi yang mendukung pekerjaan. 

Melalui terapi psikososial, diharapkan penderita skizofrenia dapat menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja, melakukan aktivitas sosial, serta menjalin hubungan. 

Komplikasi Skizofrenia

Jika skizofrenia tidak mendapatkan penanganan yang tepat, maka dapat timbul komplikasi serius, antara lain:

  • Depresi
  • Perilaku melukai diri sendiri
  • Percobaan bunuh diri
  • Obsessive-compulsive disorder (OCD)
  • Kecanduan alkohol
  • Penyalahgunaan obat-obatan terlarang (NAPZA)
  • Perilaku agresif yang membuat gaduh

Di samping komplikasi yang mungkin muncul, kondisi skizofrenia juga dapat membuat penderitanya sulit bekerja hingga muncul masalah keuangan. 

Selain itu, kondisi ini juga bisa mengalami masalah dalam hubungan sosial dengan keluarga dengan lingkungan sekitarnya. Penderita skizofrenia rentan menderita pandangan negatif dari lingkungan sekitar. 

Pencegahan Skizofrenia

Hingga saat ini, belum diketahui cara efektif untuk mencegah skizofrenia. Namun, diagnosis dan pengobatan pada tahap awal dapat membantu mencegah skizofrenia yang parah. 

Selain itu, keluarga dan orang terdekat penderita skizofrenia perlu mempelajari cara mendeteksi skizofrenia sejak awal dan cara untuk hidup bersama dengan penderita. Cara ini dapat membantu komunikasi antara penderita dan keluarga menjadi lebih baik.

Demikianlah penjelasan seputar skizofrenia, mulai dari gejala hingga pengobatan yang dapat diberikan. Bila ada orang terdekat yang mengalami kondisi ini, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

  1. American Psychiatric Association. 2020. What is Schizophrenia? https://www.psychiatry.org/patients-families/schizophrenia/what-is-schizophrenia. (Diakses pada 23 Mei 2023).
  2. Anonim. 2023. Schizophrenia. https://www.nimh.nih.gov/health/topics/schizophrenia. (Diakses pada 23 Mei 2023).
  3. Anonim. Types of Schizophrenia. https://mentalhealth-uk.org/help-and-information/conditions/schizophrenia/types-of-schizophrenia/. (Diakses pada 23 Mei 2023).
  4. Clarke, Jodi. 2022. Causes and Risk Factors of Schizophrenia. https://www.verywellmind.com/what-causes-schizophrenia-2953136. (Diakses pada 23 Mei 2023).
  5. Gururajan, Anand., dkk. 2012. Drugs of Abuse and Increased Risk of Psychosis Development. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22833579/. (Diakses pada 23 Mei 2023).
  6. Janoutová, Jana., dkk. 2016. Epidemiology and Risk Factors of Schizophrenia. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26994378/. (Diakses pada 23 Mei 2023).
  7. Lieber, Mark. 2018. Pregnancy Complications Might ‘turn On’ Schizophrenia Genes, Study Says. https://edition.cnn.com/2018/05/30/health/schizophrenia-genes-pregnancy-placenta-study/index.html. (Diakses pada 23 Mei 2023).
  8. Mayo Clinic Staff. 2020. Schizophrenia. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizophrenia/symptoms-causes/syc-20354443. (Diakses pada 23 Mei 2023).
  9. NHS UK. 2023. Diagnosis – Schizophrenia. https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/schizophrenia/diagnosis/. (Diakses pada 23 Mei 2023).
  10. NHS UK. 2023. Symptoms – Schizophrenia. https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/schizophrenia/symptoms/. (Diakses pada 23 Mei 2023).
  11. NHS UK. 2023. Treatment – Schizophrenia. https://www.nhs.uk/mental-health/conditions/schizophrenia/treatment/. (Diakses pada 23 Mei 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi