Terbit: 20 June 2018 | Diperbarui: 8 February 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Stephanie Pangestian

Delusi adalah jenis penyakit mental serius yang juga disebut psikosis di mana seseorang meyakini akan suatu hal yang sebenarnya tidak ada. Ciri delusi yang utama adalah keyakinan yang tak tergoyahkan mengenai sesuatu yang tidak benar.

Gangguan Delusi: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Sementara itu, orang dengan pengalaman gangguan delusi non-bizzare melibatkan situasi yang bisa terjadi dalam kehidupan nyata, seperti merasa sedang diikuti, diracuni, ditipu, persekongkolan untuk melawan dirinya, atau mencintai dari kejauhan.

Delusi ini biasanya melibatkan salah tafsir dari persepsi atau pengalaman. Namun dalam kenyataannya, situasi yang dihadirkan dalam pemikiran penderitanya tidak benar sama sekali atau sangat berlebihan.

 

Pada umumnya, orang dengan gangguan delusi dapat bersosialisasi dan berfungsi normal, terlepas dari subjek khayalan mereka. Namun, dalam beberapa kasus orang dengan gangguan delusi mungkin menjadi begitu sibuk dengan delusi mereka sampai hidupnya terganggu.

Setelah Anda mengetahui apa itu delusi, perlu diketahui juga bahwa gangguan delusi paling sering terjadi di usia pertengahan sampai akhir hidup dan lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria.

Jenis Delusi

Ada berbagai jenis gangguan delusi didasarkan pada tema utama dari delusi yang dialami. Jenis-jenis gangguan delusi meliputi:

  • Erotomania: Seseorang dengan jenis gangguan delusi ini percaya bahwa orang lain, (seringnya orang yang penting atau terkenal) jatuh cinta dengannya. Penderita dapat mencoba untuk menghubungi objek khayalan dan menguntit perilaku obyek khayalannya.
  • Grandiose: Seseorang dengan jenis gangguan delusi ini merasa memiliki suatu kekuatan, tenaga, pengetahuan, bahkan identitas yang lebih dari orang lain. Orang ini dapat memercayai bahwa dirinya memiliki bakat besar atau telah membuat penemuan penting.
  • Cemburu: Seseorang dengan jenis gangguan delusi ini percaya bahwa pasangannya tidak setia.
  • Persecutory: Seseorang dengan jenis gangguan delusi ini percaya bahwa mereka (atau seseorang yang dekat dengannya) sedang dianiaya, atau bahwa seseorang memata-matai mereka atau berencana menyakiti. Namun, orang dengan gangguan delusional ini tidak melaporkannya pada otoritas hukum.
  • Somatik: Seseorang dengan jenis gangguan delusi ini percaya bahwa ia memiliki cacat fisik atau masalah medis.
  • Campuran: Orang dengan jenis gangguan delusi ini memiliki dua atau lebih jenis delusi yang tercantum di atas

Kehadiran delusi non-bizzare adalah gejala yang paling jelas dari gangguan ini. Gejala lain yang muncul meliputi:

  • Mudah tersinggung, marah, atau suasana hati yang selalu sedih.
  • Halusinasi (melihat, mendengar, atau merasa hal-hal yang tidak benar-benar ada) yang terkait dengan khayalan (misalnya, seseorang yang percaya dia memiliki masalah bau mungkin dapat mengeluhkan mencium bau yang tidak sedap seperti bau mayat atau bau sampah padahal tidak ada mayat ataupun sampah).

Penyebab Delusi

Seperti banyak gangguan psikotik lainnya, penyebab pasti gangguan delusi belum diketahui. Para peneliti melihat peran dari berbagai faktor genetik, biologi, lingkungan atau psikologis.

1. Genetik

Fakta membuktikan bahwa gangguan delusi lebih sering terjadi pada orang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan delusi atau skizofrenia. Dari sini dapat diduga mungkin ada faktor genetik yang terlibat.

2. Biologi

Para peneliti sedang mempelajari bagaimana kelainan bagian-bagian tertentu di otak mungkin terlibat dalam perkembangan gangguan delusi. Kelainan pada fungsi area otak yang mengontrol persepsi dan pemikiran yang mungkin berpengaruh pada pembentukan gejala delusi.

3. Lingkungan/psikologis

Bukti menunjukkan bahwa gangguan delusi bisa dipicu oleh stres. Selain itu, alkohol dan penyalahgunaan narkoba juga mungkin berkontribusi terhadap kondisi tersebut. Orang-orang yang cenderung terisolasi, seperti imigran atau orang-orang dengan penglihatan dan pendengaran yang buruk, tampaknya lebih rentan untuk terkena gangguan delusional.

Diagnosis Delusi

Jika gejala gangguan delusi muncul, dokter dapat melakukan pemeriksaan riwayat medis lengkap dan pemeriksaan fisik. Meskipun tidak ada tes laboratorium untuk secara khusus mendiagnosa gangguan delusi, dokter dapat menggunakan berbagai tes diagnostik, seperti studi pencitraan atau pemeriksaan darah, untuk menyingkirkan penyakit fisik sebagai penyebab gejala.

Jika dokter tidak menemukan penyakit fisik, dokter dapat merujuk pasien ke psikiater, psikolog, para tenaga kesehatan yang secara khusus dilatih untuk mendiagnosa dan mengobati penyakit gangguan mental.

Psikiater dan psikolog menggunakan wawancara yang dirancang khusus sebagai alat penilaian untuk mengevaluasi apakah seseorang mengalami gangguan psikotik.
Dokter atau terapis akan melakukan pengamatan pada sikap dan perilaku seseorang.

Dokter atau terapis kemudian menentukan apakah gejala-gejala yang dialami pasien mengarah ke sebuah gangguan tertentu. Diagnosis gangguan delusi ditegakkan jika seseorang memiliki delusi non-bizzare setidaknya satu bulan dan tidak memiliki gejala khas dari gangguan psikotik lainnya, seperti skizofrenia.

Pengobatan Delusi

Pengobatan untuk gangguan delusi yang paling umum digunakan adalah obat antipsikotik dan psikoterapi (sejenis konseling).Gangguan delusi bisa sulit untuk diobati karena penderitanya sering memiliki wawasan yang buruk dan tidak dapat menyadari ada masalah kejiwaan dalam dirinya.

Penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah dari pasien yang diobati dengan obat antipsikotik menunjukkan setidaknya ada suatu perbaikan parsial (tidak total).

Sementara itu, obat-obatan antipsikotik adalah perawatan utama untuk gangguan delusional. Kadang-kadang, psikoterapi juga bisa menjadi tambahan untuk membantu pasien lebih baik dalam mengelola dan mengatasi stres.

Psikoterapi yang dapat membantu dalam gangguan delusional meliputi:

  • Psikoterapi individu: Dapat membantu orang mengenali dan memperbaiki pemikiran yang mendasari yang telah terdistorsi menjadi pemikiran yang lain.
  • Terapi perilaku kognitif dan perilaku: Dapat membantu orang belajar untuk mengenali dan mengubah pola pikir dan perilaku.
  • Terapi keluarga: Membantu keluarga pasien untuk menangani secara lebih efektif keluarganya yang mengalami gangguan delusi.

Sedangkan obat utama yang digunakan untuk mengobati gangguan delusional disebut anti-psikotik. Obat yang digunakan meliputi:

  • Antipsikotik konvensional

Obat yang juga disebut neuroleptik ini telah digunakan untuk mengobati gangguan mental sejak pertengahan tahun 1950-an. Obat ini bekerja dengan memblokir reseptor dopamin di otak.

Dopamin merupakan neurotransmiter yang diyakini terlibat dalam pengembangan delusi. . Antipsikotik konvensional termasuk Thorazine, Loxapine, Prolixin, Haldol, Navane, Stelazine, Trilafon, dan Mellaril.

  • Antipsikotik atipikal

Obat-obatan ini lebih efektif dalam mengobati gejala gangguan delusi karena lebih sedikit efek sampingnya daripada antipsikotik konvensional. Obat ini bekerja dengan menghalangi reseptor dopamin dan serotonin di otak.

Serotonin adalah neurotransmitter lain selain dopamin yang diyakini terlibat dalam gangguan delusional. Obat ini termasuk Risperdal, Clozaril, Seroquel, Geodon, dan Zyprexa.

  • Obat lain

Obat penenang dan antidepresan dapat digunakan untuk mengobati kecemasan atau gejala suasana hati yang tidak stabil—ketika terjadi kombinasi gangguan delusi, obat penenang dan antidepresan dapat digunakan untuk mengobati gejala cemas atau gejala suasana hati yang tidak stabil. Penenang dapat digunakan jika penderita mengalami kecemasan dan masalah tidur.

Antidepresan dapat digunakan untuk mengobati depresi, yang sering terjadi pada orang dengan gangguan delusional. Orang-orang dengan gejala parah atau yang berisiko melukai diri sendiri atau orang lain mungkin perlu dirawat di rumah sakit sampai kondisinya stabil.

Komplikasi Delusi

  • Orang dengan gangguan delusional lebih mungkin untuk mengalami depresi.
  • Bertindak karena pemikirannya sendiri dan dapat berbuat kekerasan atau yang berhubungan dengan masalah hukum.
  • Orang-orang dengan gangguan ini dapat menjadi terasing dari orang lain, terutama jika delusi mengganggu atau merusak hubungan sosial.

Prospek untuk orang dengan gangguan delusional bervariasi tergantung pada orangnya masing-masing dan jenis gangguan delusi, termasuk ketersediaan dukungan terutama dari keluarga dan kemauan untuk tetap berobat.

 

Gangguan delusi biasanya (berkelanjutan) mencapai kondisi kronis, tetapi ketika diterapi dengan baik, banyak orang dengan gangguan ini dapat menemukan bantuan dari gejala mereka. Beberapa orang sembuh sepenuhnya dan beberapa orang lainnya mengalami episode keyakinan delusi dengan periode ulangan dengan gejala yang lebih sedikit.

Sayangnya, banyak orang dengan gangguan ini tidak mencari bantuan. Sulit bagi orang-orang dengan gangguan mental untuk mengakui bahwa mereka sedang mengalami permasalahan mental. Mereka juga mungkin terlalu malu atau takut untuk mencari pengobatan. Tanpa pengobatan, gangguan delusional bisa menjadi penyakit seumur hidup.

Apakah Delusi Bisa Dicegah?

Hingga kini belum ada cara yang diketahui  dapat mencegah gangguan delusi. Namun, diagnosis dan pengobatan dini dapat membantu mengurangi gangguan terhadap penderita, keluarga, dan menjaga hubungan sosial.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi