Terbit: 6 October 2020
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Komplikasi kehamilan adalah istilah untuk semua masalah kesehatan selama kehamilan, baik keadaan ibu dan janin. Ketahui jenis komplikasi maternal, penyebab, dan cara mencegahnya. 

18 Komplikasi Kehamilan yang Harus Diwaspadai

Apa Itu Komplikasi Kehamilan?

Komplikasi kehamilan adalah gangguan kesehatan yang dialami ibu atau janin selama kehamilan. Masalah kehamilan termasuk semua keadaan yang mengancam kesehatan ibu, keselamatan janin, atau keduanya.

Gangguan kesehatan selama kehamilan dapat berupa gejala ringan seperti mual dan muntah terus-menerus, kenaikan berat badan ibu, atau infeksi. Indikasi yang lebih serius seperti gestational diabetes, preeklampsia, keguguran, dan lainnya juga termasuk dalam masalah kehamilan.

Jenis Komplikasi Kehamilan

Wanita hamil disarankan untuk konsultasi kesehatan sebelum dan selama kehamilan untuk mengurangi risiko gangguan kehamilan. Risiko gangguan kehamilan yang didiagnosis lebih awal akan membantu dokter untuk mencegah kemungkinan terburuk. Semua ini bertujuan untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi.

Waspadai beberapa jenis komplikasi pada kehamilan berikut ini:

1. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) pada ibu hamil rentang terjadi. Tekanan darah tinggi adalah tekanan darah yang meningkat akibat arteri (aliran darah) menyempit. Sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah kaya oksigen ke seluruh tubuh.

Tekanan darah tinggi kronis dan tidak terkontrol pada ibu hamil dapat memicu berbagai komplikasi maternal, seperti preeklamsia, diabetes gestasional, hingga risiko persalinan prematur. Tekanan darah tinggi juga akan mempersulit aliran darah ke plasenta -yang membawa nutrisi dan oksigen- sehingga dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam kandungan.

Hipertensi selama kehamilan didefinisikan sebagai sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi, dengan diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi. Seorang wanita mungkin mengalami gejala tekanan darah tinggi jauh sebelum kehamilan atau tiba-tiba mengalami hipertensi selama kehamilan.

2. Gestational Diabetes

Diabetes gestasional adalah gejala diabetes yang dialami wanita selama kehamilan, padahal wanita tersebut tidak menderita diabetes sebelumnya. Diabetes selama kehamilan terjadi akibat perubahan hormon wanita hamil di mana tubuhnya tidak memproduksi insulin yang cukup.

Gula dari makanan tidak sepenuhnya diproses menjadi sumber energi oleh insulin dan sel-sel pendukung lainnya. Hasilnya, gula darah (glukosa) menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan diabetes. Maka dari itu, wanita hamil disarankan untuk menjaga makanan dan gaya hidup selama kehamilan.

Pasalnya, glukosa tinggi selama kehamilan tidak hanya memicu diabetes gestasional, tapi juga tekanan darah tinggi, risiko preeklampsia, bayi lahir dengan berat di atas rata-rata, penyakit kuning, sindrom gangguan pernapasan pada bayi, dan kelahiran sesar. Anda juga rentan mengembangkan diabetes tipe 2 setelah melahirkan.

3. Preeklampsia

Preeklampsia adalah jenis komplikasi maternal yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kadar protein tinggi dalam urine wanita hamil. Preeklampsia umumnya mempengaruhi kesehatan wanita hamil memasuki usia kehamilan 20 minggu. Berikut ini beberapa faktor risiko preeklampsia pada kehamilan:

  • Hamil anak pertama.
  • Hamil pada usia di atas 35 tahun.
  • Hamil anak kembar.
  • Hamil dalam keadaan ibu obesitas.
  • Hamil dengan kondisi tekanan darah tinggi, diabetes, lupus, atau penyakit ginjal.

Preeklampsia adalah komplikasi maternal serius, berisiko melahirkan prematur atau kematian bayi. Preeklampsia juga dapat membuat bayi lahir dengan berat badan rendah, masalah pernapasan, pertumbuhan lambat, atau kejang.

4. Eklampsia

Eklampsia adalah komplikasi dari preeklampsia yang serius. Eklampsia terjadi karena tekanan darah tinggi yang mempengaruhi sistem saraf pusat.

Akibatnya, ibu akan mengalami kejang selama kehamilan dan mengganggu periode aktivitas otak. Eklampsia sangat jarang terjadi karena tim medis biasanya akan merawat ibu dengan preeklampsia dengan baik sebelum kondisi kesehatan ibu dan bayi semakin memburuk.

5. Persalinan Prematur

Persalinan prematur adalah kelahiran bayi yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan sebelum kehamilan 37 minggu. Ada beberapa faktor yang membuat bayi terlahir prematur, termasuk:

  • Riwayat aborsi.
  • Riwayat melahirkan bayi prematur.
  • Infeksi saluran kemih.
  • Merokok.
  • Fibroid rahim.
  • Perawatan kehamilan yang tidak memadai.

Bayi yang lahir prematur berisiko mengalami masalah kesehatan karena bayi tidak menyelesaikan perkembangan sempurna di dalam rahim. Bayi dapat mengalami masalah paru-paru, otak, infeksi, dan lainnya.

Kelahiran prematur umumnya tidak disengaja, namun dapat diperkirakan dari gaya hidup, pola makan, dan riwayat kesehatan ibunya. Maka dari itu, persiapan sebelum kehamilan dan pemeriksaan rutin selama kehamilan harus diperhatikan.

6. Anemia

Anemia defisiensi besi juga umum terjadi selama kehamilan. Wanita hamil kekurangan zat besi sehingga menyebabkan gejala kelelahan, lemah, letih, lesu, sesak napas, pucat, dan dapat pingsan. Bayi yang dari ibu yang kekurangan zat besi dapat berisiko lahir prematur atau lahir dengan berat badan rendah.

Berdasarkan rekomendasi dari American College of Obstetricians and Gynecologists, wanita hamil harus memenuhi kebutuhan 27 miligram zat besi harian. Anda dapat memenuhinya dari makanan sumber zat besi yaitu tahu, kentang, nasi merah, kacang mete, sayuran berdaun hijau, buah pir, apel, dan lainnya.

7. Keguguran

Keguguran adalah bayi lahir mati sebelum usia kehamilan 20 minggu. Anda berbagai faktor keguguran seperti paparan bahan kimia, infeksi, kelainan hormon, fertilisasi abnormal, efek samping obat, kelainan rahim, masalah serviks, dan lainnya.

Penyebab keguguran tidak dapat dipastikan dan umumnya terjadi secara tidak terduga. Anda dapat mewaspadainya dari tanda-tanda keguguran yang paling umum, seperti pendarahan vagina yang tidak normal, nyeri dan kram perut bagian bawah, serta sensasi kehamilan yang tiba-tiba hilang.

Baca juga: Faktor Penyebab Keguguran Berulang dan Cara Mencegahnya

8. Stillbirth (Meninggal dalam Kandungan)

Stillbirth adalah istilah untuk kematian janin di dalam rahim setelah usia kehamilan 20 minggu. Penyebab bayi lahir mati yang paling umum adalah masalah plasenta, kelainan kromosom, gangguan kehamilan, janin kurang nutrisi, atau infeksi.

Riwayat masalah kesehatan ibu hamil seperti diabetes, preeklampsia, dan tekanan darah tinggi juga dapat memicu komplikasi maternal stillbirth. Janin tidak dapat berkembang hingga meninggal di dalam kandungan.

9. Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan di luar kandungan (rahim). Telur yang dibuahi ditanam di luar rahim atau mengendap di salah satu saluran tubuh. Akibatnya, janin tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.

Kondisi ini akan berisiko pada keselamatan baik untuk ibu dan janin. Bila janin terus dibiarkan tumbuh, akan menyebabkan kerusakan pada sistem reproduksi wanita, rasa sakit yang luar biasa, tuba falopi pecah, dan pendarahan internal. Satu-satunya cara untuk mengatasi kehamilan ektopik adalah dengan pembedahan.

10. Trombosis Vena

Trombosis vena adalah gumpalan darah di pembuluh darah bagian kaki yang rentan terjadi di masa kehamilan dan mendekati persalinan. Rahim yang membesar seiring usia kehamilan menyebabkan penyumbatan aliran darah dari tubuh bagian bawah ke jantung.

Akibatnya, pembekuan darah sering terjadi. Pembekuan darah saat melahirkan juga meningkat akibat perubahan hormon. Wanita dengan riwayat keluarga dengan trombosis vena, hamil di atas usia 30 tahun, kelebihan berat badan, dan merokok lebih rentan mengalami komplikasi kehamilan berupa trombosis vena.

11. HELLP Syndrome

HELLP Syndrome (Hemolysis, ELevated liver enzymes, and Low Platelets count) adalah kelainan liver dan darah pada ibu hamil. Sindrom HELLP adalah kondisi langka namun berbahaya yang umumnya terjadi saat wanita hamil lagi pasca melahirkan, dengan jarak yang dekat.

Sindrom HELLP dan preeklampsia saling berkaitan. Sindrom HELLP juga menyebabkan komplikasi kerusakan sistem saraf, paru-paru, dan ginjal. Gejala sindrom HELLP yang paling umum adalah sakit kepala, gatal-gatal, nyeri perut, dan mual.

12. Kehamilan Mola

Kehamilan mola (mola hidatidosa) dikenal sebagai hamil anggur dalam bahasa awam. Kehamilan mola adalah kelainan pada plasenta yang tidak berkembang normal setelah sel telur dibuahi. Hamil anggur tidak terdeteksi pada awal kehamilan.

Sel-sel abnormal tersebut membentuk kumpulan bulat kecil seperti anggur. Plasenta yang abnormal tersebut tetap memproduksi hormon kehamilan hCG yang menandai kehamilan, namun tidak ada janin di sana. Terdapat dua jenis kehamilan mola, yaitu:

  • Kehamilan Mola Lengkap: Jaringan plasenta tidak normal, tidak ada jaringan janin, jaringan plasenta tampak seperti cairan kista.
  • Kehamilan Mola Parsial: Ada jaringan plasenta yang normal namun sebagian besar abnormal. Mungkin ada pembentukan janin namun tidak dapat bertahan hidup.

Wanita dengan hamil anggur harus melakukan dilatasi dan kuretase segera (D&C) segera. Plasenta yang abnormal dapat berkembang menjadi kanker.

13. Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah kondisi medis di mana plasenta dan rahim terpisah sebelum bayi lahir. Plasenta harusnya menempel di dinding rahim dan menjadi tempat atau organ penting untuk perkembangan janin.

Fungsi plasenta untuk menyediakan oksigen, pertukaran darah, dan saluran nutrisi dari tubuh ibu ke janin. Terpisahnya plasenta dan rahim ini menyebabkan komplikasi serius untuk janin karena janin tidak mendapat oksigen dan nutrisi yang cukup.

Gejala umum ibu yang hamil dengan solusio plasenta adalah mengalami sakit perut, perdarahan vagina, dan kontraksi sebelum waktunya. Penyebab solusio plasenta (placental abruption) belum diketahui namun faktornya terjadi akibat tekanan darah tinggi, pernah melahirkan berkali-kali sebelumnya, atau trauma fisik.

14. Kontraksi di Awal Trimester Ketiga

Kontraksi awal memasuki trimester ketiga kehamilan menjadi tanda umum persalinan prematur atau hanya berupa kontraksi palsu. Kontraksi palsu disebut juga dengan kontraksi Braxton-Hicks.

Kontraksi Braxton-Hicks tidak dapat diprediksi, bersifat spontan, intensitasnya mungkin mereda atau meningkat, dan tidak dapat diketahui. Kontraksi palsu mungkin terjadi setiap 10 menit dan terus meningkat.

Tidak diketahui apa penyebab kontraksi palsu, namun sebaiknya segera konsultasi ke dokter. Gangguan atau komplikasi sekecil apapun selama kehamilan harus diperhatikan dan ditindaklanjuti dengan cepat.

Baca juga: Bumil Harus Tahu, Ini 5 Tanda Kontraksi Palsu yang Bisa Terjadi

15. Cairan Ketuban Rendah atau Berlebih

Cairan ketuban (amniotic fluid) cairan yang mengelilingi rahim untuk melindungi janin dari trauma fisik dan menjaga suhu di dalam rahim. Cairan ketuban selama kehamilan harus seimbang untuk menjaga janin.

Cairan ketuban yang terlalu sedikit (oligohidramnion) akan menghambat pertumbuhan anggota tubuh, otot-otot, sistem pencernaan, serta paru-paru janin. Cairan ketuban yang terlalu banyak (polihidramnion) juga akan mengganggu fungsi normal rahim dan menyebabkan kontraksi rahim atau kelainan posisi janin.

Cara mengatasi kelebihan cairan ketuban dalam rahim adalah dengan membuang kelebihan cairan melalui metode amnioreduksi. Dokter mungkin juga akan menyarankan persalinan dengan induksi atau operasi caesar tergantung pada kondisi janin.

16. Insufisiensi Serviks

Insufisiensi serviks atau serviks inkompeten adalah kondisi ketika leher rahim (serviks) sudah terbuka sebelum bayi siap dilahirkan. Perkembangan janin yang semakin membesar dan berat memberi tekanan pada serviks sehingga serviks terbuka.

Wanita hamil dengan kondisi ini mengalami serviks yang menipis atau memendek, namun tidak dirasakan gejalanya. Salah satu cara mencegah komplikasi maternal ini adalah dengan memeriksa kondisi serviks saat USG kehamilan.

17. Pendarahan

Pendarahan adalah komplikasi kehamilan yang paling umum dan harus diwaspadai. Pendarahan pada semester awal yang diikuti dengan sakit perut dan kram parah dapat menjadi tanda kehamilan ektopik.

Bila pendarahan dengan kram terjadi pada trimester pertama dan awal trimester kedua, dapat menjadi gejala keguguran. Perdarahan dengan nyeri dan kram perut dapat menjadi tanda solusio plasenta bila terjadi di trimester ketiga.

Pendarahan selama kehamilan terutama diikuti dengan nyeri perut hebat harus segera dilaporkan ke dokter. Pendarahan selalu serius, jadi harap diwaspadai untuk mencegah risiko komplikasi maternal.

18. Fetal Alcohol Syndrome

Fetal alcohol syndrome adalah komplikasi kehamilan akibat ibu bayi mengonsumsi alkohol selama kehamilan. Alkohol masuk ke dalam plasenta dan menghambat atau bahkan merusak pertumbuhan otak janin yang baru berkembang.

Tidak diketahui berapa kadar alkohol yang dikatakan aman untuk dikonsumsi selama kehamilan. Maka dari itu, sebaiknya ibu hamil tidak minum alkohol sama sekali selama kehamilan. Bahkan, ibu hamil harus membatasi minuman bersoda.

Anak yang lahir dengan kondisi fetal alcohol syndrome akan mengalami cacat fisik, cacat sendi, pertumbuhan fisik lambat, cacat jantung, masalah koordinasi, masalah memori, cacat intelektual, gangguan belajar, keterampilan sosial yang buruk, dan gangguan otak.

Cara Mencegah Komplikasi Kehamilan

Apabila Anda tidak memiliki riwayat masalah kesehatan serius, maka Anda cukup menjaga pola makan, gaya hidup, pemeriksaan USG maksimal 3 kali, dan rutin konsultasi ke dokter. Berikut ini cara mencegah komplikasi kehamilan:

  • Makan sehat setiap hari, termasuk kombinasi sayur, buah, dan biji-bijian.
  • Penuhi kebutuhan asam folat harian, yaitu 400 mikrogram per hari demi mendukung pertumbuhan janin.
  • Jaga berat badan ideal untuk ibu hamil sesuai usia kehamilan.
  • Jangan merokok, minum alkohol, atau obat sembarangan.
  • Melakukan olahraga untuk ibu hamil atau aktivitas fisik secara rutin, kecuali apabila tidak dianjurkan oleh dokter kandungan.
  • Penuhi jadwal vaksin
  • Melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan atau bidan secara berkala.
  • Melakukan perawatan prenatal secara teratur sebagai upaya deteksi dini komplikasi pada kehamilan. 

Itulah pembahasan tentang jenis komplikasi kehamilan. Jaga kesehatan kehamilan Anda. Bila Anda memiliki riwayat masalah kesehatan, maka konsultasi dengan dokter dapat membantu diagnosis awal dan mencegah gangguan kehamilan.

  1. CDC. 2020. Pregnancy Complications. https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/pregnancy-complications.html. (Diakses pada 10 April 2023).
  2. Mann, Denise. 2012. 7 Pregnancy Warning Signs. https://www.webmd.com/baby/features/7-pregnancy-warning-signs#1. (Diakses pada 10 April 2023).
  3. NIH. 2017. What are Some Common Complications of Pregnancy?. https://www.nichd.nih.gov/health/topics/pregnancy/conditioninfo/complications. (Diakses pada 10 April 2023).
  4. Stanford Children’s Health. 2020. Complications of Pregnancy. https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=complications-of-pregnancy-85-P01198. (Diakses pada 10 April 2023).
  5. Stickler, Tracy. 2016. Pregnancy Complications. https://www.healthline.com/health/pregnancy/complications-treatments. (Diakses pada 10 April 2023).
  6. Anonim. 2020. How Can You Prevent Pregnancy Complications?. https://www.webmd.com/baby/qa/how-can-you-prevent-pregnancy-complications. (Diakses pada 10 April 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi