Terbit: 17 March 2020 | Diperbarui: 22 December 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Anemia adalah kondisi medis di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal hemoglobin umumnya berbeda pada pria dan wanita. Pada pria, kadar hemoglobin normal biasanya lebih dari 13,5 gram / 100 ml, sedangkan pada wanita kadar hemoglobin lebih dari 12,0 gram / 100 ml. Simak penjelasan lengkap mengenai penyebab, gejala anemia, dan cara mengobati anemia berikut ini.

Anemia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Cara Mengobati

Penyebab Anemia

Perlu diketahui pada dasarnya tubuh membutuhkan sel darah merah untuk bertahan hidup. Jika sel darah merah terlalu sedikit atau abnormal, sel-sel dalam tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen. Sel darah merah mengandung protein kompleks yang mengandung molekul besi. Molekul-molekul ini membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh

Selain itu, beberapa penyakit dan kondisi tertentu dapat menyebabkan tingkat sel darah merah dalam tubuh menjadi rendah. Karena anemia adalah kondisi yang memiliki jenis yang banyak, tidak ada penyebab tunggal. Kondisi inilah yang terkadang membuat sulit untuk menentukan penyebab anemia dengan pasti.

Berikut ini adalah penyebab anemia secara umum yang dibagi menjadi tiga kelompok utama, di antaranya:

1. Anemia yang Disebabkan oleh Kehilangan Darah

Jenis anemia  ini adalah yang paling umum terjadi. Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi. Kurang asupan zat besi ini paling sering terjadi akibat kehilangan darah.

Saat tubuh mengalami kehilangan darah, ia bereaksi dengan menarik air dari jaringan di luar aliran darah—dalam upaya untuk menjaga pembuluh darah tetap terisi. Air tambahan ini mengencerkan darah yang membuat sel darah merah menjadi berkurang.

Perlu diketahui, kehilangan darah bisa akut atau kronis. Kehilangan darah yang akut bisa termasuk pembedahan, melahirkan, trauma, atau pembuluh darah yang pecah. Sedangkan kehilangan darah kronis lebih sering terjadi pada kasus anemia yang disebabkan oleh tukak lambung, kanker, atau tumor.

Penyebab lainnya yang disebabkan karena kehilangan darah, antara lain:

  • Gastrointestinal seperti wasir, kanker, atau gastritis.
  • Menggunakan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) seperti aspirin dan ibuprofen.
  • Pendarahan saat menstruasi.

2. Anemia yang Disebabkan oleh Penurunan atau Rusaknya Produksi Sel Darah Merah

Sumsum tulang menghasilkan sel induk yang berkembang menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Sejumlah penyakit dapat memengaruhi sumsum tulang termasuk leukemia, di mana terlalu banyak sel darah putih abnormal diproduksi. Kondisi ini mengganggu produksi normal sel darah merah.

Penyebab kurang darah lainnya yang disebabkan oleh penurunan atau rusaknya produksi sel darah merah, di antaranya:

  • Anemia sel sabit

Kondisi di mana sel darah merah memiliki bentuk yang salah dan cepat rusak secara tidak normal. Sel-sel darah berbentuk bulan sabit juga bisa tersangkut di pembuluh darah yang lebih kecil sehingga menyebabkan rasa sakit.

  • Anemia defisiensi besi

Terlalu sedikit sel darah merah yang diproduksi tubuh membuat kadar zat besi yang ada dalam tubuh menjadi tidak cukup. Kondisi ini bisa disebabkan oleh pola makan yang buruk, menstruasi, seringnya donor darah, kondisi pencernaan tertentu seperti penyakit Crohn dan operasi pengangkatan usus.

  • Anemia aplastik

Anemia aplastik terjadi ketika sedikit atau tidak ada sel punca. Sementara thalasemia terjadi ketika sel-sel darah merah tidak dapat tumbuh dan matang dengan benar. Selain itu, paparan timbal adalah racun bagi sumsum tulang dan bisa menyebabkan sel darah merah lebih sedikit.

  • Anemia defisiensi vitamin

Vitamin B-12 dan folat adalah sesuatu yang penting untuk produksi sel darah merah. Jika tubuh kekurangan salah satunya, produksi sel darah merah akan terlalu rendah. Contohnya termasuk anemia megaloblastik dan anemia pernisiosa.

3. Anemia yang Disebabkan oleh Rusaknya Sel Darah Merah

Sel darah merah biasanya memiliki rentang hidup 120 hari dalam aliran darah, akan tetapi sel darah merah juga bisa hilang sebelum waktunya.

Salah satu jenis kurang darah yang termasuk dalam kategori ini adalah anemia hemolitik autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru mengidentifikasi sel darah merahnya sendiri sebagai zat asing dan menyerang mereka.

Hemolisis berlebihan (pemecahan sel darah merah) dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk:

  • Infeksi
  • Obat-obatan tertentu, seperti antibiotik.
  • Terkena racun ular atau laba-laba.
  • Racun yang diproduksi melalui penyakit ginjal atau hati.
  • Hipertensi berat.
  • Cangkok vaskular dan katup jantung prostetik.
  • Gangguan pembekuan darah.
  • Pembesaran limpa.

Mereka yang Berisiko Terkena Anemia

Orang yang berisiko mengalami kekurangan darah adalah mereka yang memiliki pola makan yang buruk, gangguan usus, penyakit kronis, dan infeksi. Wanita yang sedang menstruasi atau hamil dan orang-orang dengan kondisi medis kronis juga berisiko terkena penyakit ini. Selain itu, dampak penyakit ini juga bisa meningkat seiring bertambahnya usia.

Jika Anda memiliki salah satu dari kondisi kronis berikut ini, Anda mungkin berisiko lebih besar mengalami kekurangan darah:

  • Rheumatoid arthritis.
  • Penyakit ginjal.
  • Kanker.
  • Penyakit hati.
  • Penyakit tiroid.
  • Penyakit radang usus.

Gejala Anemia

Gejala paling umum dari semua jenis anemia adalah perasaan lelah dan kekurangan energi. Gejala lainnya adalah:

  • Kulit pucat.
  • Detak jantung cepat atau tidak teratur.
  • Sesak napas.
  • Sakit dada.
  • Sakit kepala.

Dalam kasus ringan, mungkin ada sedikit atau tidak ada gejala yang dirasakan. Berikut adalah beberapa kasus kekurangan darah yang dapat memiliki gejala spesifik:

  • Aplastik: demam, infeksi berulang, dan ruam kulit.
  • Defisiensi asam folat: iritabilitas, diare, dan lidah halus.
  • Hemolitik: urine berwarna gelap, demam, dan sakit perut.
  • Sel sabit: pembengkakan yang menyakitkan pada kaki dan tangan, kelelahan, dan penyakit kuning.

Diagnosis Anemia

Guna mendiagnosis masalah ini, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan, melakukan pemeriksaan fisik, dan melakukan tes darah. Hitung darah lengkap dapat dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan umum rutin atau berdasarkan adanya tanda dan gejala anemia.

Sementara untuk pemeriksaan fisik dan riwayat medis, hal itu juga memainkan peran penting dalam mendiagnosis penyebabnya. Beberapa fitur penting dalam riwayat medis mencakup pertanyaan tentang riwayat keluarga, riwayat anemia sebelumnya atau kondisi kronis lainnya, obat-obatan yang dikonsumsi, warna tinja dan urine, masalah perdarahan, dan kebiasaan tertentu (seperti konsumsi minuman beralkohol).

Saat melakukan pemeriksaan fisik lengkap, dokter dapat secara khusus fokus pada penampilan umum (tanda-tanda kelelahan, pucat), penyakit kuning (kulit dan mata kuning), pucat pada alas kuku, limpa yang membesar (splenomegali), pembesaran hati (hepatomegali), bunyi jantung, dan kelenjar getah bening.

Karena kurang darah adalah kondisi yang merupakan gejala dari penyakit lain, dokter akan  menentukan kondisi apa yang menjadi penyebab. Beberapa orang mungkin memerlukan beberapa tes tambahan.

Berikut ini adalah beberapa tes lainnya yang umum dilakukan:

  • Complete Blood Count (CBC)

Tes ini menentukan tingkat keparahan dan jenis anemia (mikrositik, normositik atau makrositik). Pengukuran hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) dalam tes hitung darah lengkap biasanya juga digunakan untuk mendiagnosis kondisi ini. Cara ini digunakan untuk mengukur jumlah hemoglobin yang merupakan refleksi akurat dari jumlah sel darah merah dalam darah.

  • Stool Hemoglobin Test

Tes darah dalam tinja ini dapat mendeteksi perdarahan dari lambung atau usus.

  • Peripheral Blood Smear

Cara mendeteksi ini adalah dengan melihat sel darah merah di bawah mikroskop untuk menentukan ukuran, bentuk, jumlah, dan penampilan serta mengevaluasi sel-sel lain dalam darah.

  • Kadar Besi

Kadar besi serum dapat memberi tahu dokter apakah penyakit mungkin terkait dengan kekurangan zat besi atau tidak. Tes ini biasanya disertai dengan tes lain yang mengukur kapasitas penyimpanan zat besi tubuh, seperti tingkat transferrin dan tingkat ferritin .

Tingkat transferrin bermanfaat untuk mengevaluasi protein yang mengangkut zat besi dalam tubuh. Sedangkan tingkat ferritin bermanfaat untuk mengevaluasi total zat besi yang tersedia dalam tubuh.

  • Folat

Asam folat adalah bentuk vitamin B kompleks yang larut dalam air dan dibutuhkan tubuh untuk menghasil sel darah merah. Vitamin B12 dibutuhkan untuk menghasilkan sel darah merah terutama mereka yang memiliki kebiasaan makan yang buruk atau anemia yang merusak.

  • Bilirubin

Tes bilirubin berguna untuk menentukan apakah sel darah merah dihancurkan dalam tubuh yang mungkin merupakan tanda dari jenis hemolitik.

  • Tes Keracunan Timbal

Tes ini diperlukan untuk mengukur toksisitas timbal karena hal ini merupakan salah satu penyebab anemia pada anak-anak.

  • Elektroforesis Hemoglobin

Tes ini kadang-kadang digunakan ketika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Tes ini memberikan informasi tentang anemia sel sabit atau thalasemia.

  • Hitungan Retikulosit

Tes ini berguna untuk melihat ukuran sel darah merah baru yang diproduksi oleh sumsum tulang.

  • Tes Fungsi Hati

Tes ini untuk menentukan cara kerja hati yang mungkin memberi petunjuk pada penyakit lain yang menyebabkan penyakit ini.

  • Tes Fungsi Ginjal

Tes ini dapat membantu menentukan apakah ada disfungsi ginjal atau tidak. Gagal ginjal dapat menyebabkan defisiensi erythropoietin (Epo) yang menyebabkan anemia.

  • Biopsi Sumsum Tulang

Tes ini berguna untuk mengevaluasi produksi sel darah merah dan dapat dilakukan ketika diduga ada masalah sumsum tulang.

Pengobatan Anemia

Pada dasarnya, pengobatan tergantung apa yang menyebabkannya. Anemia yang disebabkan oleh kurangnya jumlah zat besi, vitamin B12, dan folat bisa diatasi dengan tambahan suplemen.

Dalam beberapa kasus, jika sudah dalam kondisi parah, dokter dapat menggunakan suntikan erythropoietin untuk meningkatkan produksi sel darah merah di sumsum tulang. Jika perdarahan terjadi atau kadar hemoglobinnya sangat rendah, mungkin diperlukan transfusi darah.

Perlu diketahui juga, pengobatan akan tergantung pada jenis dan penyebab masalah ini. Berikut ini adalah beberapa cara mengobati anemia yang bisa dicoba, di antaranya:

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi bisa diatasi dengan suplemen zat besi atau perubahan konsumsi makanan yang kaya akan zat besi. Sedangkan jika anemia disebabkan karena kehilangan darah, perdarahan harus segera ditemukan dan dihentikan.

2. Anemia Defisiensi Vitamin

Cara mengobati jenis ini adalah dengan memberikan suplemen makanan dan suntikan vitamin B12

3. Thalasemia

Penanganan jenis ini yaitu dengan suplementasi asam folat, pengangkatan limpa, dan, kadang-kadang transfusi darah atau transplantasi sumsum tulang.

4. Anemia Penyakit Kronis

Ini adalah anemia yang terkait dengan kondisi kronis serius yang mendasarinya. Tidak ada perawatan khusus, dan fokusnya adalah pada kondisi yang mendasarinya. Jika penyebab yang mendasarinya adalah penyakit ginjal kronis, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti suntikan erythropoietin untuk merangsang sumsum tulang untuk menghasilkan lebih banyak sel darah merah.

Epoetin alfa (Procrit atau Epogen) adalah obat yang dapat diberikan sebagai suntikan untuk meningkatkan produksi sel darah merah pada orang dengan masalah ginjal

5. Anemia aplastik

Penderita jenis ini akan menerima transfusi darah atau transplantasi sumsum tulang. Anda akan dirujuk ke dokter Spesialis Hematologi untuk biopsi sumsum tulang guna menentukan penyebab anemia aplastik.

6. Anemia Sel Sabit

Pengobatan yang bisa dilakukan termasuk terapi oksigen, obat penghilang rasa sakit, dan cairan intravena. Mungkin juga ada antibiotik, suplemen asam folat, dan transfusi darah. Obat kanker yang dikenal sebagai Droxia atau Hydrea juga bisa digunakan.

7. Anemia Hemolitik

Pasien harus menghindari pengobatan yang dapat memperburuk kondisi. Plasmapheresis atau penyaringan darah mungkin diperlukan dalam beberapa kasus. Pada akhirnya, perawatan akan tergantung pada penyebabnya. Anda bisa disarankan mengonsumsi antibiotik atau obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh, serta dirujuk ke dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

8. Keracunan Timbal

Jika penyebabnya adalah keracunan timbal, maka cara mengobati anemia yang bisa dilakukan adalah dengan menghentikan kontak dengan sumber timbal. Anda juga bisa menggunakan obat yang mengikat dan menarik timbal keluar dari tubuh.

Secara umum, orang muda sembuh lebih cepat daripada orang tua. Orang yang lebih muda juga mentoleransi gejala anemia lebih baik daripada orang tua. Efek anemia pada orang tua cenderung lebih signifikan karena masalah medis kronis yang lebih mendasar. Anemia membuat hampir semua masalah medis menjadi lebih buruk.

Seberapa baik seseorang dengan penyakit ini akan pulih tergantung pada penyebab dan seberapa parah kondisinya. Misalnya, jika tukak lambung menyebabkan kekurangan darah karena perdarahan yang ditimbulkannya, maka kondisi ini bisa disembuhkan jika maag diobati. Namun, jika disebabkan oleh gagal ginjal, maka kemungkinan besar akan membutuhkan pemantauan dan pengobatan jangka panjang.

Pada akhirnya, penting bagi penderita akan diminta untuk terus minum obat yang diresepkan untuk masalah medis kronis. Jika alasan diketahui, maka langkah-langkah untuk mengendalikannya sangat penting. Misalnya, jika disebabkan oleh tukak lambung, maka obat-obatan seperti aspirin atau ibuprofen harus dihindari, kecuali jika disarankan oleh dokter.

Apakah Anemia Bisa Dicegah?

Pada umumnya, banyak jenis kekurangan darah yang tidak bisa dicegah, namun banyak makanan sehat yang dapat membantu agar Anda terhindar dari kekurangan zat besi dan vitamin. Makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12 dan asam folat yang tinggi adalah daging sapi, sayuran berdaun hijau gelap, buah-buahan kering, dan kacang-kacangan.

Selain itu, multivitamin harian juga akan membantu mencegah kurang  darah akibat kurang gizi. Namun, orang dewasa yang lebih tua tidak boleh mengonsumsi suplemen zat besi untuk mengatasi kuran darah akibat defisiensi besi kecuali diinstruksikan oleh dokter.

Langkah-langkah lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah:

  • Mengurangi konsumsi produk berkafein, karena zat ini bisa menurunkan penyerapan zat besi.
  • Mengikuti pedoman keselamatan dengan cermat jika pekerjaan Anda melibatkan pekerjaan yang mengandung timbal seperti baterai, minyak bumi, dan cat.
  • Jika Anda seorang vegetarian atau vegan, bicarakan dengan dokter atau ahli gizi tentang diet dan segala kemungkinan kebutuhan akan suplemen.
  • Tanyakan pada dokter atau ahli gizi apakah Anda harus mengonsumsi vitamin C. Vitamin C membuat perut lebih asam dan dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam makanan.

Guna mengetahui apakah asupan nutrisi tubuh tercukupi dengan baik, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter Spesialis Gizi. Sedangkan seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan anemia yang diturunkan seperti anemia thalasemia atau sel sabit, diskusikan kondisi tersebut dengan konselor genetik.

 

  1. Understanding Anemia — Diagnosis and Treatment. https://www.webmd.com/a-to-z-guides/understanding-anemia-treatment#1. (Diakses pada 17 Oktober 2019).
  2. Anemia. https://www.hematology.org/Patients/Anemia/. (Diakses pada 17 Oktober 2019).
  3. Lam, Peter. 2017. Everything you need to know about anemia. https://www.medicalnewstoday.com/articles/158800.php. (Diakses pada 17 Oktober 2019).
  4. Balentine, Jerry R, DO, FACEP. Siamak N. Nabili, MD, MPH. Anemia. https://www.medicinenet.com/anemia/article.htm. (Diakses pada 17 Oktober 2019).
  5. Lights, Verneda. Brian Wu. 2018. What You Need to Know About Anemia. https://www.healthline.com/health/anemia#outlook. (Diakses pada 17 Oktober 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi