Terbit: 3 May 2019 | Diperbarui: 30 August 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Ada berbagai masalah pada kehamilan yang mampu menimpa janin dalam kandungan, salah satunya adalah stillbirth atau dikenal juga dengan intrauterine fetal death (IUFD). Kasus ini merupakan kasus serius yang banyak terjadi. Kenali gejala, penyebab, hingga penanganannya di sini!

Stillbirth (Lahir Mati): Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan

Apa Itu Stillbirth (Bayi Lahir Mati)?

Stillbirth atau intrauterine fetal death (IUFD) merupakan kondisi ketika bayi meninggal dalam kandungan setelah usia kehamilan 20 minggu. Pada usia kandungan ini, janin akan dilahirkan dalam kondisi sudah meninggal.

Pada beberapa kasus, ada bayi yang meninggal saat persalinan sedang berlangsung, tetapi jumlahnya lebih kecil.

Namun, WHO menetapkan bahwa bayi yang masuk ke dalam kategori stillbirth adalah bayi yang lahir dalam dalam kondisi meninggal pada usia kandungan 28 minggu atau lebih. Ada beberapa klasifikasi stillbirth, yaitu:

  • Stillbirth awal atau early stillbirth: Kematian janin terjadi pada usia kehamilan 20 hingga 27 minggu. 
  • Stillbirth akhir atau late stillbirth: Kematian janin terjadi pada usia kehamilan 28 hingga 36 minggu.
  • Stillbirth: Kematian janin terjadi pada usia kehamilan 37 minggu atau lebih.

Pernah mengalami stillbirth tidak menutup kemungkinan untuk memiliki bayi yang sehat. Namun, apabila stillbirth terjadi akibat kondisi kesehatan ibu, maka risiko untuk mengalami stillbirth kembali akan lebih tinggi. 

Sementara itu, jika stillbirth sebelumnya disebabkan oleh masalah pada tali pusat, maka kejadian yang sama terulang kembali menjadi lebih rendah. 

Baca JugaWater Birth (Melahirkan di Air): Manfaat, Persiapan, dan Risikonya

Gejala Stillbirth

Gejala paling umum dari stillbirth adalah janin berhenti untuk bergerak dan menendang. Jika Anda menyadari bahwa janin berhenti bergerak dalam kandungan, maka jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan. 

Selain itu, beberapa ibu hamil juga mengalami beberapa gejala, seperti kram, sakit, atau pendarahan vagina. Ada beberapa gejala lain yang mungkin tidak disebutkan di atas. 

Apabila Anda merasakan ada keanehan pada kehamilan, baik kondisi ibu maupun janin, maka jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan. 

Penyebab Stillbirth

Penyebab bayi meninggal dalam kandungan sebenarnya belum diketahui secara pasti. 

Beberapa kasus stillbirth memiliki kaitan dengan kondisi kehamilan atau kesehatan ibu. Ada beberapa penyebab bayi lahir mati, diantaranya adalah:

1. Kondisi Kesehatan Ibu

Beberapa penyakit atau masalah kesehatan yang dimiliki ibu hamil dapat meningkatkan risiko stillbirth. Beberapa penyakit tersebut, antara lain:

  • Gangguan pembekuan darah
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Obesitas
  • Diabetes gestasional
  • Penyakit autoimun

Masalah kesehatan yang baru muncul saat hamil maupun yang sudah ada dari sebelum hamil tetap dapat meningkatkan risiko bayi lahir mati.

2. Gangguan Plasenta

Bayi yang meninggal dalam kandungan kerap kali dihubungkan dengan gangguan kerja plasenta. Padahal, plasenta merupakan organ paling penting untuk mendukung tumbuh kembang janin. Organ ini berguna untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen dari ibu kepada janin. 

Apabila ada gangguan pada plasenta, maka otomatis tumbuh kembang janin dapat terhambat. Pada kasus yang parah, gangguan plasenta dapat menyebabkan bayi meninggal dalam kandungan. 

3. Cacat Lahir

Cacat lahir merupakan kelainan struktural atau fungsional tubuh yang sudah ada sejak lahir. Bayi yang mengalami cacat bawaan lahir memiliki risiko tinggi untuk mengalami stillbirth.

Pada kebanyakan kasus, cacat lahir tidak diketahui penyebabnya. Namun, cacat lahir ini bisa saja menyebabkan gangguan pada metabolisme tubuh sehingga tidak mampu berkebang dengan baik. Akhirnya janin pun meninggal dalam kandungan. 

4. Infeksi

Tidak menutup kemungkinan bumil akan mengalami infeksi bakteri, virus, atau parasit selama kehamilan berlangsung. Apabila tidak ditangani dengan tepat, infeksi ini dapat meningkatkan risiko stillbirth

Bakteri patogen yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil bisa sampai ke janin melalui plasenta. Kondisi ini akan memengaruhi kesehatan janin. Beberapa bakteri yang dapat meningkatkan risiko stillbirth, antara lain Listeria, E. coli, Streptococcus, Plasmodium, Toxoplasma, atau virus Rubella. 

5. Janin Terlilit Tali Pusat 

Janin yang terlilit tali pusat memiliki risiko tinggi untuk mengalami stillbirth. Sebenarnya, tali pusat memiliki keunikan dimana tali tersebut tidak dapat membentuk simpul. 

Namun, terkadang tali pusat dapat melilit leher janin. Jika jumlah lilitan banyak dan dibiarkan dalam waktu lama, kondisi ini dapat menghambat aliran oksigen dan nutrisi pada janin, sehingga akhirnya janin meninggal.

Faktor Risiko Stillbirth

Bayi lahir mati dapat terjadi pada wanita hamil usia berapapun. Kejadian ini tidak bisa diprediksi tetapi ada beberapa cara yang dapat menurunkan risikonya. 

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami stillbirth, antara lain:

  • Mengandung anak kembar dua atau lebih
  • Memiliki masalah kesehatan khusus
  • Hamil pada usia 35 tahun ke atas
  • Merokok, minum alkohol, dan konsumsi obat-obatan terlarang
  • Malnutrisi
  • Obesitas

Diagnosis Stillbirth

Sebelum menetapkan diagnosis stillbirth, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap detak jantung janin untuk memastikan kondisi kesehatannya. Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan menggunakan doppler atau ultrasound (USG). 

Setelah diketahui bahwa bayi meninggal dalam kandungan, dokter akan memberikan pilihan tentang tindakan selanjutnya. Jika tidak ada risiko kesehatan yang mengancam nyawa, dokter akan memberi waktu untuk berpikir tentang langkah yang ingin diambil. 

Bayi yang lahir mati perlu dilahirkan secara alami dengan menggunakan bantuan induksi. Namun, pada beberapa kasus persalinan ini juga bisa dilakukan dengan metode operasi caesar. 

Penanganan Stillbirth

Apabila ibu hamil mendapatkan diagnosis stillbirth, maka hal yang paling penting adalah segera melahirkan bayinya. 

Ketika sudah siap, prosedur persalinan bayi akan dimulai dengan induksi untuk merangsang kontraksi rahim. Selanjutnya, persalinan akan dilahirkan secara normal atau melalui vagina. 

Apabila pada proses persalinan leher rahim tidak kunjung melebar, dokter akan memberikan obat yang dapat merangsang pelebaran leher rahim. Selain itu, ibu juga mungkin akan menerima infus hormon oksitosin yang berfungsi merangsang kontraksi rahim.

Pada beberapa kasus, ibu hamil perlu melahirkan dengan operasi caesar, seperti:

  • Ukuran bayi lebih besar daripada ukuran panggul ibu
  • Posisi bayi tidak normal atau sungsang 
  • Ibu mengalami kelainan plasenta
  • Pernah menjalani operasi caesar pada persalinan sebelumnya
  • Kehamilan kembar. 

Pada kondisi tertentu, operasi caesar diperlukan untuk menurunkan risiko komplikasi saat persalinan. 

Jika usia janin masih terlalu kecil untuk dilahirkan secara normal, dokter akan melakukan prosedur dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan janin yang meninggal. 

Dilatasi dan kuretase diketahui memiliki risiko komplikasi yang lebih kecil dibandingkan dengan prosedur induksi. 

Respon Tubuh Setelah Melahirkan Bayi Kondisi Meninggal

Setelah menjalani persalinan, tubuh tentu perlu waktu untuk pemulihan. Pada waktu ini, Anda perlu istirahat selama beberapa hari di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. 

Ibu mungkin akan merasakan payudara penuh dengan ASI pada beberapa jam atau beberapa hari setelah persalinan. Ini adalah hal yang normal terjadi. Seiring berjalannya waktu, produksi ASI akan terhenti.

Tidak hanya perlu memulihkan fisik, tetapi Ibu yang kehilangan bayi perlu waktu untuk pemulihan secara emosional. Tahap ini mungkin perlu waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan pemulihan fisik. 

Melalui masa duka akibat kehilangan buah hati  memang bukan hal yang mudah. Ibu perlu dukungan dari orang-orang terdekat, terutama keluarga dan pasangan. 

Ketika ingin kembali merencanakan kehamilan, Anda disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter sehingga persiapan kehamilan bisa berjalan dengan baik. 

Cara Mencegah Stillbirth

Beberapa cara yang dapat dilakukan ibu hamil untuk mencegah bayi meninggal dalam kandungan, antara lain:

1. Menerapkan Gaya Hidup Sehat

Memiliki kebiasaan merokok diketahui dapat menghambat distribusi oksigen dan nutrisi dari ibu kepada janin. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko stillbirth.

Sementara itu, konsumsi alkohol selama hamil juga dapat memicu adanya cacat lahir, yang akhirnya dapat meningkatkan risiko bayi lahir mati. 

Oleh sebab itu, Anda perlu menjalani gaya hidup yang lebih sehat selama hamil, termasuk berhenti merokok dan konsumsi alkohol. 

2. Memantau Pergerakan Bayi

Memasuki usia kehamilan 16 minggu, Anda sudah mulai bisa merasakan pergerakan janin dalam kandungan. Anda akan bisa tahu kapan saja pergerakan janin, seperti saat malam atau siang hari. 

Anda perlu benar-benar mencermati pergerakan janin setiap hari. Bila ada pergerakan janin yang tidak biasa atau janin berhenti bergerak, maka Anda disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan. 

Baca JugaKeguguran: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan

3. Menjaga Berat Badan dalam Rentang Normal

Saat indeks massa tubuh sudah lebih dari 30, maka ini masuk ke dalam kategori obesitas. Kondisi ini dapat memicu komplikasi kehamilan. Oleh sebab itu, Anda disarankan untuk mengatur pola makan untuk menurunkan berat badan.

4. Tidur Menghadap Kiri 

Seiring bertambahnya usia kehamilan, ukuran janin juga akan semakin besar. Ukuran janin yang membesar dapat menekan pembuluh darah dan berbagai organ dalam tubuh. 

Oleh sebab itu, memasuki trimester ketiga kehamilan Anda disarankan untuk tidur menghadap kiri. Langkah ini dilakukan untuk membuat aliran darah yang mensuplai oksigen dan nutrisi kepada janin menjadi lebih lancar. Akhirnya perkembangan janin tidak terhambat. 

Bayi lahir mati atau stillbirth adalah peristiwa yang tidak diinginkan. Ada berbagai penyebab bayi meninggal dalam kandungan dan terkadang penyebabnya bisa dideteksi sejak awal kehamilan. Oleh sebab itu jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan. 

  1. American Pregnancy Association. Stillbirth: Trying To Understand. https://americanpregnancy.org/getting-pregnant/pregnancy-loss/stillborn-trying-to-understand/. (Diakses pada 28 Juni 2023). 
  2. CDC. 2022. What are Birth Defects? https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/facts.html. (Diakses pada 28 Juni 2023). 
  3. Cleveland Clinic. 2020. Stillbirth. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9685-stillbirth. (Diakses pada 28 Juni 2023). 
  4. NHS UK. 2021. Stillbirth: Overview. https://www.nhs.uk/conditions/stillbirth/. (Diakses pada 28 Juni 2023). 
  5. WebMD Editorial Contributors. 2023. Understanding Stillbirth — the Basics. https://www.webmd.com/baby/understanding-stillbirth-basics#091e9c5e80008acb-1-3. (Diakses pada 28 Juni 2023). 
  6. WHO. Stillbirth. https://www.who.int/health-topics/stillbirth#tab=tab_1. (Diakses pada 28 Juni 2023). 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi