Terbit: 16 July 2018 | Diperbarui: 4 May 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Pada beberapa kondisi kehamilan, tindakan caesar akan lebih direkomendasikan oleh dokter dibandingkan dengan persalinan biasa. Namun,  bisakah wanita yang pernah melakukan caesar melahirkan secara normal di kehamilan berikutnya? Temukan jawabannya dalam penjelasan berikut ini.

Bisakah Melahirkan Normal Pasca Operasi Caesar?

Kondisi yang Mengharuskan Tindakan Operasi Caesar

Persalinan normal atau vaginal birth menjadi dambaan hampir setiap wanita hamil. Namun, pada beberapa kondisi darurat dan berisiko, operasi caesar akan lebih direkomendasikan.

Beberapa kondisi yang memungkinkan operasi caesar harus dilakukan, antaranya:

1. Proses Persalinan Berlangsung Lama

Salah satu penyebab tindakan caesar dilakukan adalah proses persalinan yang memakan waktu lama. Prolonged labor ini terjadi ketika ibu membutuhkan lebih dari 20 jam untuk melakukan persalinan.

Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan kondisi tersebut, yaitu kelelahan, ketosis, dan dehidrasi. Selain itu, bayi yang berukuran terlalu besar dapat menjadi pemicunya.

Baca JugaIni Dia Perbedaan Persalinan Normal dan Persalinan Spontan

2. Kondisi Janin

Kondisi dari janin di dalam kandungan ikut menentukan apakah persalinan normal setelah caesar bisa dilakukan atau tidak.

Beberapa kondisi janin yang membuat tindakan caesar sebaiknya dilakukan, antara lain:

  • Posisi bayi yang tidak normal: Posisi kepala janin harus berada di dekat jalan lahir untuk mendapatkan persalinan normal. Jika posisinya tidak sesuai, tindakan caesar sebaiknya dilakukan.
  • Cacat lahir: Jika bayi di dalam kandungan terdiagnosis cacat lahir, dokter akan merekomendasikan tindakan untuk mencegah komplikasi persalinan.
  • Gawat janin: Caesar diperlukan jika bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup di dalam kandungan.
  • Masalah plasenta: Caesar perlu dilakukan jika plasenta menutupi sebagian atau seluruh leher rahim (plasenta previa), atau plasenta terpisah dari lapisan rahim yang menyebabkan bayi kekurangan oksigen (solusio plasenta).
  • Prolaps tali pusat: Tali pusat yang lepas dari leher rahim sebelum bayi lahir bisa mengurangi aliran darah ke bayi. Kondisi ini membahayakan bayi sehingga memerlukan caesar darurat.

3. Masalah pada Ibu

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah kondisi ketika panggul ibu terlalu kecil untuk melahirkan bayi melalui vagina atau saat kepala bayi terlalu besar untuk melewati jalan lahir.

Dua kondisi tersebut membuat persalinan vagina tidak memungkinkan sehingga tindakan caesar diperlukan.

Selain itu, wanita yang memiliki kondisi kesehatan tertentu lebih berisiko menjalani caesar, misalnya pada penderita penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau diabetes gestasional.

Tindakan juga dianjurkan bagi wanita yang mengidap herpes genital, HIV, atau infeksi lain.

4. Hamil Bayi Kembar

Wanita yang hamil bayi kembar lebih mungkin menjalani operasi caesar dibandingkan dengan persalinan normal. Pasalnya, hamil bayi kembar dapat membuat persalinan berlangsung lebih lama.

Selain itu, bayi di dalam kandungan bisa saja berada pada posisi yang tidak seharusnya (sungsang atau melintang). Oleh sebab itu, operasi caesar akan lebih aman untuk dilakukan.

Baca JugaBenarkah Ibu Bermata Minus Tidak Boleh Melahirkan Normal?

Peluang Persalinan Normal Pasca Operasi Caesar

Anda mungkin bertanya-tanya mengenai bisakah melahirkan normal setelah caesar? Jawabannya, tentu saja bisa.

Setelah sebelumnya melakukan persalinan dengan tindakan caesar, ada dua pilihan metode persalinan bagi wanita jika hamil kembali, yaitu caesar dan persalinan normal.

Melahirkan normal setelah caesar dikenal sebagai vaginal birth after caesarean (VBAC). Tindakan ini sangat mungkin dilakukan oleh sebagian besar wanita.

Menurut American Pregnancy Association, sekitar 90 persen wanita yang pernah menjalani operasi caesar dapat menjalani persalinan normal melalui vagina di kehamilan berikutnya. 

Hanya saja, VBAC tidak selalu aman bagi setiap wanita. Ada beberapa kondisi yang membuat melahirkan normal setelah caesar malah dapat memicu komplikasi persalinan.

Oleh sebab itu, penting untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter mengenai kondisi kehamilan Anda dan berbagai risiko yang kemungkinan dapat terjadi.

VBAC juga dapat menjadi pertimbangan karena memiliki kemungkinan komplikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan operasi caesar.

Selain itu, melahirkan normal setelah caesar juga dapat dipilih karena berbagai alasan berikut ini:

  • Waktu pemulihan yang lebih singkat.
  • Mengurangi lamanya waktu rawat inap di rumah sakit.
  • Lebih sedikit kekurangan darah,
  • Menurunkan risiko infeksi yang ditularkan melalui darah karena kemungkinan transfusi darah sangat kecil.
  • Menurunkan risiko cedera pada kandung kemih dan usus.
  • Mengurangi kemungkinan mengalami masalah persalinan di masa depan.

Baca Juga6 Makanan Menjelang Persalinan Agar Ibu Kuat Mengejan

Risiko Melahirkan Normal Setelah Caesar

Meskipun VBAC memiliki komplikasi persalinan yang lebih sedikit dibandingkan dengan caesar berulang, ada berbagai risiko bahaya yang perlu dipertimbangkan.

Faktanya, melahirkan normal melalui vagina setelah operasi caesar dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi.

Jadi, bila ingin menjalani VBAC, Bumil sebaiknya melakukan persalinan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) yang mumpuni. Pastikan faskes yang dipilih memiliki peralatan yang lengkap sehingga operasi caesar memungkinkan untuk dilakukan bila sewaktu-waktu diperlukan.

Pada beberapa kondisi, VBAC juga dapat menyebabkan ruptur uteri. Ini adalah kondisi robeknya otot rahim akibat adanya bekas operasi caesar sebelumnya.

Meski jarang terjadi, kondisi tersebut sangat serius karena bisa membahayakan ibu dan janin.

Baca Juga8 Tips Memilih Rumah Sakit Terbaik untuk Persalinan agar Kelahiran Lancar

Syarat Melahirkan Normal Setelah Caesar

Meski kelahiran secara normal pasca caesar bisa dilakukan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh ibu.

Berikut ini adalah beberapa syarat melahirkan normal setelah operasi caesar, di antaranya:

  • Memiliki jenis sayatan melintang rendah (pfannenstiel). Jika sayatan vertikal tinggi, VBAC bisa memicu pecahnya rahim.
  • Tidak pernah menjalani operasi rahim sebelumnya, misalnya operasi pengangkatan fibroid.
  • Pernah melakukan persalinan vagina sebelumnya sehingga peluang kemungkinan melakukan persalinan vagina kembali lebih besar.
  • Belum pernah menjalani operasi caesar lebih dari dua kali.
  • Jarak dari persalinan sebelumnya lebih dari 18 bulan. Anda disarankan untuk memeriksakan ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan pada saat memasuki bulannya untuk pengukuran tebal sayatan bawah rahim.
  • Tidak memiliki masalah kesehatan yang bisa memengaruhi persalinan vagiana.

Kini Anda sudah mengetahui bahwa persalinan normal setelah caesar sangat mungkin dilakukan. Namun, tentu saja dengan beberapa syarat yang tidak boleh dilupakan.

Jika Anda berencana untuk melahirkan normal pasca caesar, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter untuk mengetahui keamanan tindakan. Semoga bermanfaat!

 

  1. Anonim. 2022. Vaginal Birth After Cesarean Delivery (VBAC). https://www.acog.org/womens-health/faqs/vaginal-birth-after-cesarean-delivery. (Diakses pada 4 Mei 2023).
  2. Anonim. 2023. Caesarean Section. https://www.nhs.uk/conditions/caesarean-section/. (Diakses pada 4 Mei 2023).
  3. Mayo Cinic Staff. 2022. Labor and Delivery, Postpartum Care. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/labor-and-delivery/in-depth/vbac/art-20044869. (Diakses pada 4 Mei 2023).
  4. The Healthline Editorial Team. 2016. Reasons for a C-Section: Medical, Personal, or Other. https://www.healthline.com/health/pregnancy/c-section-reasons. (Diakses pada 4 Mei 2023).
  5. WebMD Editorial Contributors. 2022. Can I Have a Vaginal Birth After a C-Section? https://www.webmd.com/baby/vaginal-birth-after-c-section. (Diakses pada 4 Mei 2023).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi