Terbit: 18 December 2020 | Diperbarui: 6 June 2023
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Induksi persalinan adalah prosedur medis yang digunakan oleh dokter atau bidan untuk membantu proses persalinan. Prosedur ini direkomendasikan pada beberapa kondisi tertentu. Kenali seputar prosedur ini dalam penjelasan berikut.

Induksi Persalinan: Penyebab, Jenis, Manfaat, dan Risiko

Apa Itu Induksi Persalinan?

Induksi persalinan adalah prosedur untuk merangsang kontraksi rahim. Prosedur ini digunakan oleh tenaga medis untuk membantu mempercepat kelahiran bayi.

Induksi persalinan kemungkinan akan direkomendasikan apabila kesehatan ibu ataupun janin terancam. Selain itu, tindakan juga dilakukan saat kehamilan melewati perkiraan waktu persalinan.

Proses induksi persalinan dapat melibatkan pembukaan serviks secara mekanis, pemecahan ketuban, atau penggunaan obat untuk memulai kontraksi.

Mengapa Induksi Persalinan Harus Dilakukan?

Induksi pada persalinan diperlukan pada beberapa kondisi, seperti kondisi kesehatan ibu dan janin.

Secara umum, berikut ini adalah beberapa alasan mengapa induksi persalinan diperlukan, di antaranya:

1. Kehamilan Postterm

Ibu hamil yang mengalami kehamilan postterm kemungkinan membutuhkan induksi untuk merangsang kontraksi rahim.

Kehamilan postterm terjadi ketika persalinan belum juga dimulai, padahal sudah lewat dua minggu dari tanggal perkiraan lahir.

Baca JugaProses Kehamilan, Mulai dari Pembuahan hingga Janin Berkembang

2. Ketuban Pecah Dini

Salah satu faktor yang mengharuskan induksi dilakukan adalah pecahnya ketuban.

Ketuban yang pecah memang akan terjadi menjelang persalinan. Namun, jika kejadiannya masih terlalu dini, akan ada risiko tersendiri bagi kesehatan Anda dan janin.

Ketuban sudah pecah, tetapi tidak dibarengi dengan persalinan kemungkinan membutuhkan induksi persalinan.

3. Korioamnionitis

Korioamnionitis adalah kondisi ketika Bumil mengalami infeksi pada rahim. Kondisi ini tergolong infeksi bakteri serius yang mengancam kehamilan. Bumil bisa mengalami korioamnionitis sebelum ketuban pecah atau setelah melahirkan.

Jika infeksi terjadi selama persalinan, dokter akan meresepkan antibiotik yang harus diminum hingga bayi telah lahir.

Sementara itu, pada infeksi yang mengakibatkan kondisi kehamilan tidak stabil, dokter kemungkinan besar akan menganjurkan induksi persalinan. Setelah baru lahir, antibiotik IV akan diberikan secara langsung.

4. Fetal Growth Restriction

Kondisi ini terjadi ketika ukuran dan berat janin yang tidak sesuai dengan usia kehamilan. Pada kasus ini, biasanya induksi akan dilakukan.

5. Oligohidramnion

Penyebab induksi kehamilan harus dilakukan lainnya adalah oligohidramnion. Ini adalah suatu kondisi saat cairan ketuban di sekitar bayi tidak cukup atau terlalu sedikit.

6. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional adalah diabetes yang berkembang selama kehamilan. Kondisi ini menimpa ketika kadar glukosa tubuh lebih banyak daripada yang seharusnya.

Jika ibu hamil menderita penyakit ini, dokter akan menganjurkan induksi persalinan untuk dilakukan.

7. Tekanan Darah Tinggi

Ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi membutuhkan tindakan induksi persalinan. Pasalnya, kondisi ini tergolong kehamilan yang berisiko tinggi.

Tekanan darah tinggi selama kehamilan yang dibarengi dengan adanya protein di dalam urine bisa menandakan preeklamsia.

8. Solusio Plasenta

Salah satu kondisi yang memerlukan induksi adalah solusio plasenta. Ini merupakan kondisi ketika plasenta terlepas dari dinding dalam rahim sebelum melahirkan, bisa sebagian atau seluruhnya.

9. Kondisi Medis Tertentu

Jika Bumil memiliki riwayat medis sebelumnya, seperti penyakit ginjal atau obesitas, tindakan induksi persalinan kemungkinan besar diperlukan.

Baca JugaBenarkah Melahirkan Bayi Laki-laki Lebih Sakit? Cek Fakta Medisnya!

Berbagai Cara Induksi Persalinan

Pada dasarnya terdapat berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mempercepat persalinan, mulai dari cara alami hingga medis melalui pemberian obat-obatan.

Sebelum mencobanya, konsultasikan dulu ke dokter untuk menemukan metode yang paling tepat. Pastikan metode yang dipilih aman dan usia kehamilan Anda tepat untuk memulai persalinan.

Beberapa cara yang umum digunakan untuk menginduksi, antara lain:

1. Induksi Persalinan Alami

Salah satu cara termudah dan teraman yang bisa Anda lakukan adalah dengan berjalan-jalan. Gravitasi dari gerakan dapat membantu menggeser bayi ke posisinya.

Sayangnya, hingga kini belum ada bukti bahwa menjadi lebih aktif membuat persalinan menjadi lebih mudah. Meskipun begitu, tindakan ini baik untuk mendukung kehamilan yang sehat.

Cara alami lainnya adalah dengan berhubungan seks (jika Anda merasa sanggup). Semen (air mani) yang dikeluarkan penis mengandung prostaglandin. Hal ini membuat otot rahim berkontraksi. 

Selain pengaruh semen, orgasme pada wanita hamil juga akan merangsang otot rahim berkontraksi.

Sebelum mencoba kedua metode di atas, sebaiknya Anda konsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau bidan, ya.

2. Mematangkan Rahim

Metode selanjutnya pada induksi persalinan adalah mematangkan serviks melalui penggunaan obat-obatan. Salah satu obat yang diresepkan adalah jenis prostaglandin.

Obat ini dapat membantu melembutkan atau ‘mematangkan’ serviks agar siap untuk melahirkan. Obat tersedia dalam bentuk obat oral (diminum melalui mulut) atau dapat dimasukkan ke dalam vagina (suppositoria).

Selain prostaglandin, jenis obat berikutnya adalah pitocin. Obat ini berguna untuk memicu kontraksi. Anda akan mendapatkannya melalui infus.

Baca JugaProsedur Melahirkan Ekstraksi Vakum, Jenis, dan Risikonya

3. Amniotomi

Prosedur ini dilakukan dengan memecahkan ketuban. Teknik ini dilakukan apabila kantong ketuban belum pecah menjelang persalinan atau jika persalinan berlangsung lama. Selain itu, prosedur ini juga dilakukan saat serviks melebar dan kepala bayi berada jauh di dalam panggul

Detak jantung bayi akan dipantau sebelum dan sesudah prosedur. Setelah itu, tenaga medis juga akan memeriksa cairan ketuban untuk mencari jejak kotoran (mekonium).

4. Memicu Kontraksi dengan Infus

Salah satu metode lainnya dari induksi persalinan adalah penggunaan obat infus ke pembuluh darah. Obat yang digunakan mengandung hormon oksitosin.

Penginfusan hormon dilakukan apabila leher rahim mulai melunak dan menipis. Pada sejumlah besar kasus, dokter biasanya akan menggabungkan metode ini dengan beberapa metode induksi persalinan di atas.

Setelah leher rahim melunak, proses persalinan biasanya akan terjadi segera setelah induksi dilakukan. Apabila induksi gagal, pilihan tindakan yang akan direkomendasikan adalah operasi caesar.

Manfaat Induksi Persalinan

Prosedur ini memiliki sejumlah manfaat, baik bagi ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Berbagai manfaat induksi persalinan, antara lain:

1. Mempercepat Persalinan

Salah satu manfaat prosedur induksi adalah membantu mempercepat proses persalinan. Prosedur induksi akan membantu kelahiran pada bayi yang sudah terlalu lama berada di dalam rahim, misalnya sudah sekitar 42 minggu.

Jika bayi terlalu lama di dalam rahim, berbagai risiko pada bayi akan meningkat, misalnya risiko kematian.

2. Menurunkan Risiko Gangguan pada Janin

Pada kehamilan 39 minggu, induksi bisa segera dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya komplikasi. Sebagai contoh, ibu menderita preeklamsia, diabetes, lupus, dan gangguan ginjal.

3. Menurunkan Risiko Gangguan pada Ibu

Manfaat lain dari induksi persalinan adalah menurunkan risiko gangguan pada ibu. Beberapa wanita hamil bisa saja mengalami sejumlah gangguan yang mengancam nyawa.

Apabila bayi tidak kunjung keluar dari rahim, hal ini bisa menyebabkan masalah pada ibu. Jadi, induksi penting dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut.

4. Mengurangi Risiko Komplikasi Persalinan

Persalinan yang berlangsung terlambat bisa memicu komplikasi, baik pada ibu maupun calon buah hati.

Oleh karena itu, apabila persalinan tidak kunjung terjadi, padahal sudah lewat tanggal perkiraan lahir, induksi persalinan sebaiknya harus segera dilakukan.

Baca Juga15 Komplikasi Persalinan yang Harus Diwaspadai Ibu Hamil

Risiko Induksi Persalinan

Berikut ini adalah beberapa kemungkinan risiko yang bisa terjadi pada prosedur ini, antara lain:

1. Induksi Gagal

Salah satu risiko pada induksi adalah kegagalan. Sekitar 75 persen dari ibu yang baru pertama kali diinduksi akan berhasil melahirkan melalui vagina. Ini berarti sekitar 25 persen lainnya berisiko melahirkan dengan operasi caesar.

2. Denyut Jantung Rendah

Obat yang digunakan untuk menginduksi persalinan seperti oksitosin atau prostaglandin dapat menyebabkan kontraksi yang tidak normal atau berlebihan. Akibatnya suplai oksigen ke janin dan detak jantungnya berkurang sehingga terjadi kondisi gawat janin.

3. Infeksi

Salah satu metode induksi seperti memecah ketuban dapat meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi. Ketuban pecah yang berkepanjangan semakin meningkatkan risiko infeksi.

4. Uterus Robek

Uterus robek merupakan komplikasi induksi persalinan yang tergolong serius. Rahim Anda robek di sepanjang garis bekas luka dari operasi caesar atau operasi uterus besar sebelumnya.

Namun, kondisi ini sangat jarang terjadi, terutama pada wanita yang belum pernah menjalani operasi rahim.

5. Perdarahan Setelah Melahirkan

Induksi meningkatkan risiko otot rahim tidak berkontraksi dengan baik setelah melahirkan (atonia uteri). Kondisi ini menyebabkan perdarahan serius setelah melahirkan.

Keadaan ini membuat perdarahan sulit berhenti dan bisa menyebabkan ibu kehilangan banyak darah.

Baca Juga8 Tips Memilih Rumah Sakit Terbaik untuk Persalinan agar Kelahiran Lancar

Kondisi yang Tidak Diharuskan Melakukan Induksi

Setelah Anda mengetahui berbagai alasan mengapa induksi persalinan sebaiknya dilakukan, hal penting lainnya yang juga harus diperhatikan adalah siapa saja yang aman melakukan tindakan ini.

Tidak semua orang bisa melakukan prosedur ini. Beberapa kondisi yang tidak dianjurkan untuk menjalani induksi persalinan, antara lain:

  • Pernah menjalani operasi caesar sebelumnya dengan sayatan klasik atau major uterine surgery.
  • Mengalami infeksi herpes genital aktif.
  • Plasenta menghalangi serviks (plasenta previa).
  • Posisi bokong janin berada di bawah atau janin berbaring melintang.
  • Tali pusat masuk ke dalam vagina sebelum melahirkan (prolaps tali pusat).

Itulah penjelasan seputar induksi persalinan yang sebaiknya diketahui. Pada akhirnya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulai persalinan tergantung pada seberapa matang serviks ketika mendapatkan induksi, teknik induksi yang digunakan, dan bagaimana tubuh Anda meresponsnya.

Jika serviks membutuhkan waktu untuk matang, mungkin diperlukan beberapa hari sebelum persalinan dimulai. Jika Anda hanya membutuhkan sedikit dorongan, Anda mungkin akan segera menggendong bayi dalam hitungan jam.

Dalam banyak kasus, induksi mengarahkan wanita untuk melahirkan melalui vagina. Jika salah satu cara gagal, Anda mungkin perlu mencoba induksi lain atau menjalani operasi caesar.

 

  1. Anonim. 2023. Induced Labor. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/17698-labor-induction. (Diakses pada 5 Juni 2023).
  2. Cherney, Kristeen. 2022. Everything You Need to Know About Labor Induction. https://www.healthline.com/health/pregnancy/inducing-labor. (Diakses pada 18 Desember 2020).
  3. Fowler, Josephine R., & Simon, Leslie V. 2023. Chorioamnionitis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532251/. (Diakses pada 5 Juni 2023).
  4. Mayo Clinic Staff. 2022. Labor Induction. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/labor-induction/about/pac-20385141. (Diakses pada 5 Juni 2023).
  5. WebMD Editorial Contributors. 2023. What Is Chorioamnionitis? https://www.webmd.com/baby/what-is-chorioamnionitis. (Diakses pada 5 Juni 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi