Terbit: 11 January 2020 | Diperbarui: 11 May 2023
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Melahirkan vakum adalah salah satu bentuk bantuan dalam persalinan normal. Proses persalinan normal memang terkadang membutuhkan beberapa bantuan untuk dapat berjalan dengan baik. Simak ulasan lengkapnya pada artikel berikut ini!

Prosedur Melahirkan Ekstraksi Vakum, Jenis, dan Risikonya

Apa Itu Melahirkan Vakum?

Ekstraksi vakum merupakan suatu metode yang digunakan untuk membantu proses persalinan normal. Proses ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang dikenal dengan vakum ekstraktor. 

Saat proses persalinan normal, ada masa di mana Anda perlu mengejan untuk mendorong janin keluar. Namun, terkadang proses ini tidak berjalan dengan lancar. Jika berlangsung dalam waktu yang terlalu lama, kondisi ibu dan janin bisa berada dalam bahaya. 

Ketika dokter melihat tanda vital ibu dan detak jantung janin berada dalam bahaya karena persalinan yang terlalu lama, maka dokter dapat menggunakan metode ekstraksi vakum atau forceps untuk mempercepat proses persalinan. 

Ekstraksi vakum akan membuat proses keluarnya janin melalui vagina menjadi lebih mudah. Melalui proses ini janin seolah-olah akan dihisap dengan alat vakum ekstraktor. 

Cara kerja metode ekstraksi vakum ini tidak rumit. Alat vakum akan ditempelkan pada tengkorak bayi tetapi bukan pada titik lunak atau ubun-ubun. Selanjutnya, alat vakum akan menyedot sambil membantu bayi agar lebih mudah keluar dari rahim.

Proses penyedotan dilakukan bersamaan dengan ibu mengejan. 

Baca JugaPersalinan ERACS, Operasi Sesar yang Tidak Sakit

Jenis Alat Vakum untuk Melahirkan

Alat vakum dapat berbentuk manual maupun menggunakan mesin. Apabila dibedakan dari bahan cup atau ekstraktor vakum, vakum dibedakan menjadi dua jenis yaitu yang dilengkapi dengan metal cup atau soft cup.

1. Vakum dengan Metal Cup

Metal cup adalah cup yang terbuat dari logam dan berbentuk jamur dengan diameter sekitar 4-6 cm. Di bagian tengah metal cup, terdapat rantai yang menghubungkan cup dengan bagian vakum yang digunakan untuk menarik.

Alat hisap terpasang pada cup melalui lubang yang ada pada bagian atas atau samping metal cup tersebut. Penggunaan vakum dengan metal cup biasanya memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.

Namun sayangnya, bentuknya yang kaku membuatnya sulit untuk diaplikasikan dan dipercaya menimbulkan risiko lebih tinggi terhadap cedera kulit kepala bayi.

2. Vakum dengan Soft Cup

Jenis vakum yang kedua adalah vakum dengan soft cup.

Bentuknya yang lebih fleksibel membuat soft cup lebih jarang menyebabkan cedera pada kepala bayi. Namun tingkat kegagalan untuk penggunaan vakum soft cup lebih tinggi jika dibandingkan vakum dengan metal cup.

Umumnya soft cup memiliki bentuk seperti corong atau lonceng. Namun terdapat juga yang memiliki bentuk jamur sehingga dianggap memiliki keunggulan gabungan dari metal cup dan soft cup.

Kapan Melahirkan Vakum Dilakukan?

Ekstraksi vakum tidak dilakukan pada semua persalinan. Dokter akan memutuskan untuk menggunakan metode ini saat kondisi tertentu saja. 

Dokter dapat menjalankan metode ekstraksi, apabila:

1. Muncul Masalah pada Detak Jantung Bayi

Jika persalinan berlangsung terlalu lama, akan muncul risiko detak jantung bayi semakin melemah. Pada saat ini dokter akan mempertimbangkan untuk menggunakan metode ekstraksi vakum.

Pasalnya, detak jantung bayi yang memiliki masalah dapat mengancam nyawanya, sehingga persalinan perlu segera dilakukan.

Dalam kondisi ini, ekstraksi vakum dapat mempercepat proses persalinan normal. Namun, tetap saja prosedur ekstraksi vakum hanya bisa dilakukan jika bayi tidak dalam kondisi gawat janin.

2. Tidak Ada Kemajuan Persalinan

Ketika ibu sudah mengalami pembukaan lengkap, tiba saatnya untuk mengejan agar bayi segera lahir. 

Namun, pada beberapa kasus proses keluarnya bayi bisa membutuhkan waktu yang sangat lama. Jika dokter melihat kondisi ibu sudah sangat lelah tetapi bayi tidak kunjung lahir, maka metode ekstraksi vakum dapat dilakukan.

3. Ada Masalah Kesehatan Khusus pada Ibu

Keselamatan ibu selama persalinan merupakan faktor yang penting. Jika diketahui ibu memiliki kondisi kesehatan khusus seperti katur aorta yang menyempit atau masalah lain, maka metode ekstraksi vakum diperlukan. 

Melalui bantuan ekstraksi vakum, usaha ibu untuk mengejan akan lebih sedikit. 

Syarat Melahirkan Vakum

Sebelum memilih prosedur melahirkan vakum, dokter juga harus memastikan apakah proses kelahiran tersebut dapat memenuhi syarat penggunaan vakum.

Penggunaan vakum hanya dapat dilakukan apabila proses kelahiran memenuhi kriteria meliputi:

  • Usia kandungan sudah mencapai 37 minggu
  • Kepala janin berada di dekat panggul ibu, atau kepala janin berada di bawah
  • Kepala sudah turun mendekati vagina
  • Ibu sudah tampak kelelahan
  • Kehamilan bayi tunggal
  • Sudah ada tanda-tanda melahirkan berupa pembukaan lengkap.

Kondisi yang Membuat Melahirkan Vakum Tidak Disarankan

Melahirkan dengan vakum memang bertujuan untuk mempermudah proses kelahiran. Meskipun begitu, terdapat beberapa kondisi di mana dokter mungkin tidak merekomendasikan prosedur satu ini, karena mungkin risikonya akan lebih besar terhadap ibu maupun bayi.

Beberapa kondisi di mana melahirkan dengan vakum tidak disarankan adalah seperti:

  • Usia kehamilan Anda masih kurang dari 34 minggu.
  • Kondisi medis tertentu pada bayi seperti osteogenesis imperfecta yang merupakan kondisi yang memengaruhi kekuatan tulang atau gangguan darah seperti hemofilia.
  • Posisi kepala bayi belum bergerak melewati titik tengah jalan lahir.
  • Posisi kepala bayi tidak diketahui.
  • Bayi tidak dapat masuk ke panggul karena ukuran panggul atau karena ukuran bayi yang terlalu besar.
  • Bukan kepala, melainkan bahu, lengan, bokong, atau kaki bayi yang ada di jalan lahir.

Prosedur Melahirkan dengan Vakum

Sebelum dokter menyarankan prosedur melahirkan vakum, beberapa cara lain mungkin akan dicoba untuk membantu proses kelahiran. Contohnya seperti pemberian obat yang dapat merangsang kontraksi atau prosedur episiotomi (membuat sayatan di jaringan antara vagina dan anus).

Apabila ekstraksi vakum dianggap sebagai pilihan terbaik, dokter akan menjelaskan tentang manfaat dan risiko dari prosedur ini. Pilihan operasi caesar bisa menjadi pertimbangan, namun umumnya prosedur ini baru dipilih apabila persalinan dengan vakum tidak berhasil atau ada kondisi lain yang mengharuskan operasi caesar dilakukan.

Prosedur melahirkan vakum dimulai dengan memasukkan cup vakum ke dalam vagina dan memasangkannya di kepala bayi. Dokter akan memastikan tidak ada jaringan vagina yang terjepit antara kepala bayi dan cup.

Setelah itu, dokter akan menggunakan pompa vakum untuk menghisap. Apabila kontraksi terjadi, dokter akan meningkatkan tekanan hisap vakum dan mencoba membimbing kepala bayi untuk keluar melalui jalan lahir selagi ibu mengejan.

Apabila kontraksi hilang dan kepala bayi belum keluar, dokter mungkin akan mengurangi tekanan hisap pada vakum dan meningkatkannya lagi setelah kontraksi datang kembali. Setelah kepala bayi berhasil keluar, dokter dapat melepaskan cup vakum dan menarik tubuh bayi keluar.

Hal yang Diperhatikan Setelah Prosedur Melahirkan Vakum

Setelah bayi lahir, dokter akan memeriksa apakah terdapat cedera yang disebabkan oleh vakum. Apabila terdapat cedera atau sobekan, dokter akan segera menangani. Dokter juga akan menjahit kembali apabila sebelumnya dilakukan episiotomi.

Bayi akan diperiksa untuk memastikan apabila terdapat komplikasi yang mungkin disebabkan oleh ekstraksi vakum.

Pemulihan Setelah Melahirkan Vakum

Apabila dilakukan episiotomi atau Anda mendapatkan robekan vagina selama persalinan, lukanya mungkin akan terasa sakit selama beberapa minggu. Semakin lebar luka maka akan membutuhkan waktu yang semakin lama untuk pulih.

Selama masa penyembuhan, ketidaknyamanan dan rasa sakit seharusnya semakin berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Apabila rasa sakit justru memburuk dan Anda mengalami demam atau tanda infeksi lainnya, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan.

Konsultasikan dengan dokter juga apabila Anda mengalami inkontinensia tinja (tidak dapat mengontrol buang air besar).

Risiko dan Efek Melahirkan Vakum untuk Ibu

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, prosedur melahirkan vakum memiliki risiko dan efek sampingnya sendiri. Efek melahirkan vakum dapat memengaruhi ibu maupun bayi.

Risiko atau efek melahirkan vakum yang mungkin terjadi pada ibu adalah seperti:

1. Masalah pada Saluran Genital Bagian Bawah

Melahirkan vakum dapat menyebabkan risiko seperti nyeri pada perineum (jaringan antara vagina dan anus).

Melahirkan normal dengan bantuan vakum juga berpotensi menyebabkan sobekan pada saluran genital bagian bawah. Selain itu, sebelumnya juga disebutkan bahwa proses melahirkan dengan vakum juga mungkin melibatkan episiotomi.

2. Masalah pada Kandung Kemih

Efek yang mungkin terjadi setelah melahirkan dengan vakum adalah masalah dengan kandung kemih.

Masalah ini dapat berupa kesulitan jangka pendek untuk mengosongkan kandung kemih atau buang air kecil. Masalah lainnya yang mungkin terjadi adalah inkontinensia urin (kesulitan untuk mengendalikan keluarnya urin) yang terjadi jangka pendek hingga jangka panjang.

Selain inkontinensia urin, inkontinensia feses juga mungkin dirasakan oleh ibu yang melahirkan dengan vakum.

Perlu diketahui bahwa risiko yang terjadi pada persalinan dengan bantuan vakum ini pada dasarnya bisa juga terjadi pada persalinan normal yang terjadi secara alami dan tidak menggunakan bantuan apapun seperti vakum.

Risiko dan Efek Melahirkan Vakum untuk Bayi

Selain berisiko bagi ibu, prosedur melahirkan vakum juga bisa memberikan efek pada bayi. Efek penggunaan vakum pada bayi meliputi:

1. Luka pada Permukaan Kulit Kepala

Pembengkakan pada kepala bayi yang baru lahir pada dasarnya merupakan hal yang biasa.

Kondisi ini terjadi karena serviks dan jalan lahir memberikan banyak tekanan pada kepala bayi yang bergerak menuju jalan lahir. Penggunaan vakum juga dapat menyebabkan pembengkakan yang sama. Umumnya kondisi ini dapat hilang dalam dua hingga tiga hari.

Vakum juga terkadang dapat menyebabkan luka kecil pada kulit kepala bayi. Namun umumnya luka ini tidak serius dan sembuh dengan cepat serta tidak meninggalkan bekas luka yang permanen.

2. Hematoma

Hematoma adalah kumpulan darah di bawah kulit di luar pembuluh darah.

Hematoma biasanya terjadi ketika pembuluh darah atau arteri mengalami cedera, sehingga darah merembes keluar pembuluh darah dan masuk ke jaringan yang ada di sekitarnya. Terdapat dua jenis hematoma yang mungkin terjadi akibat proses persalinan menggunakan vakum:

  • Cephalohematoma. Pendarahan terbatas pada ruang di bawah penutup tulang tengkorak.
  • Hematoma subgaleal. Darah menumpuk tepat di bawah kulit kepala. Ruang subgaleal besar, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan sejumlah besar darah hilang di bagian tengkorak tertentu.

3. Pendarahan Intrakranial

Pendarahan intrakranial adalah pendarahan yang terjadi di dalam tengkorak.

Kondisi ini termasuk kondisi serius, namun jarang terjadi. Kondisi ini dapat terjadi apabila vakum yang dipasang di kepala bayi merusak atau melukai pembuluh darah.

Baca Juga15 Komplikasi Persalinan yang Harus Diwaspadai Ibu Hamil

4. Pendarahan Retina

Pendarahan retina atau pendarahan di bagian belakang mata sebenarnya umum terjadi pada bayi baru lahir.

Penyebab dari kondisi ini diduga akibat tekanan pada kepala bayi saat melewati jalan lahir. Kondisi ini biasanya tidak serius dan dapat hilang dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi.

5. Fraktur Tengkorak

Pendarahan di sekitar otak terkadang disertai dengan fraktur tengkorak. Terdapat beberapa klasifikasi fraktur tengkorak meliputi:

  • Linear skull fracture. Fraktur garis rambut tipis yang tidak merusak kepala.
  • Depressed skull fracture. Fraktur yang melibatkan depresi yang aktual pada tulang tengkorak.
  • Occipital osteodiastasis. Jenis fraktur langka yang melibatkan robekan pada jaringan di kepala.

6. Ikterus pada Bayi

Ikterus atau penyakit kuning pada bayi sebenarnya juga merupakan kondisi yang umum terjadi pada bayi baru lahir.

Kondisi ini terjadi ketika bayi memiliki kadar bilirubin yang tinggi dalam darah. Memar yang dapat terjadi akibat penggunaan vakum berpotensi menyebabkan kadar bilirubin dalam darah meningkat. Ikterus biasanya akan membaik dalam waktu dua hingga tiga minggu.

Ekstraksi vakum bertujuan untuk membantu persalinan normal. Perlu diketahui bahwa prosedur ini tidak selalu berhasil. Apabila penggunaan vakum tidak dapat membantu proses kelahiran bayi, dokter biasanya akan menyarankan operasi caesar.

  1. Ali, Unzila A dan Errol R Norwitz. 2009. Vacuum-Assisted Vaginal Delivery. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2672989/. (Diakses pada 11 Mei 2023).
  2. Cleveland Clinic. 2022. Vacuum Extraction Delivery. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/22305-vacuum-extraction-delivery. (Diakses pada 11 Mei 2023).
  3. Healthline Editorial Team. 2017. Vacuum-Assisted Delivery: Do You Know the Risks?. https://www.healthline.com/health/pregnancy/risks-vacuum-assisted-delivery. (Diakses pada 11 Mei 2023).
  4. Masters, Maria. 2022. Vacuum Extraction During Delivery. https://www.whattoexpect.com/pregnancy/labor-and-delivery/procedures-and-interventions/vacuum-extraction.aspx. (Diakses pada 11 Mei 2023).
  5. Putta, Lakshmidevi V dan Jeanne P Spencer. 2000. Assisted Vaginal Delivery Using the Vacuum Extractor. https://www.aafp.org/afp/2000/0915/p1316.html#afp20000915p1316-b4. (Diakses pada 11 Mei 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi