Terbit: 25 April 2018 | Diperbarui: 4 August 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Demi mendukung kehamilan yang sehat, ibu hamil sebaiknya melakukan imunisasi secara rutin. Apa saja jenis imunisasi untuk ibu hamil yang penting dilakukan? Simak daftarnya berikut ini.

Jenis Imunisasi yang Direkomendasikan untuk Ibu Hamil

Jenis Imunisasi yang Direkomendasikan untuk Ibu Hamil

Imunisasi merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan, termasuk pada ibu hamil. Tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh ibu, imunisasi dapat membantu menjaga kesehatan janin di dalam kandungan.

Jenis imunisasi yang direkomendasikan bagi Bumil mungkin akan berbeda-beda. Hal ini bergantung pada usia, kondisi medis, gaya hidup, dan vaksin yang sudah dilakukan sebelumnya.

Selain itu, beberapa jenis vaksin tergolong tidak aman bagi kehamilan. Jadi, sebelum melakukan imunisasi, ibu hamil dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Secara umum, beberapa jenis imunisasi untuk ibu hamil yang direkomendasikan, antara lain:

1. Vaksin Influenza

Salah satu jenis vaksin yang sebaiknya didapatkan oleh ibu hamil adalah vaksin influenza. Ketahuilah, meskipun flu dianggap sebagai penyakit ringan, Anda tidak boleh mengabaikannya.

Selama kehamilan, daya tahan tubuh ibu hamil dapat berkurang. Hal inilah yang membuat flu yang menghinggap bisa sangat mengganggu, bahkan memicu gangguan kesehatan lain yang berisiko mengancam kesehatan ibu dan janin.

Vaksin influenza berasal dari virus yang telah dimatikan sehingga aman bagi ibu dan janin di dalam kandungan. Namun, Bumil sebaiknya menghindari vaksin semprot melalui hidung karena berasal dari virus yang masih hidup.

Baca JugaImunisasi Tetanus (TT) pada Ibu Hamil: Manfaat dan Efek Samping

2. Vaksin DPT

Vaksin DPT atau juga dikenal sebagai DTaP (diphtheria, tetanus, and pertussis) adalah salah satu jenis vaksin yang direkomendasikan untuk ibu hamil.

Pemberian vaksin bermanfaat untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Bumil bisa mendapatkan vaksin kapan saja di usia kehamilan berapa pun.

Namun, pemberian vaksin DPT lebih direkomendasikan ketika ibu hamil memasuki trimester tiga atau sekitar minggu ke-27-36 kehamilan.

3. Vaksin Hepatitis B

Ibu hamil yang mengalami hepatitis saat hamil berisiko menularkan penyakit ini pada janinnya. Maka dari itu, Bumil perlu melakukan imunisasi hepatitis B untuk mencegahnya.

Penularan bisa terjadi pada saat persalinan, baik melalui persalinan normal (melalui vagina) maupun operasi caesar.

Apabila Anda berisiko terkena hepatitis B, penting untuk melakukan imunisasi ini selama kehamilan. Umumnya, vaksin hepatitis B diberikan sebanyak 3 kali sepanjang usia kehamilan.

4. Vaksin Hepatitis A

Vaksin hepatitis A termasuk jenis imunisasi yang boleh dilakukan ibu hamil pada kondisi tertentu. Vaksin dapat diberikan sebanyak 2 dosis dengan rentang waktu 6-8 bulan.

Biasanya, dokter atau tenaga medis akan merekomendasikan vaksin ini pada ibu hamil yang berisiko terkena infeksi parah atau sudah memiliki penyakit hati kronis.

Sebelum memutuskan untuk memberikan vaksin ini, dokter akan mempertimbangkan tentang manfaat dan risikonya terlebih dahulu.

5. Vaksin COVID-19

Penyakit corona 2019 (COVID-19) terjadi akibat infeksi virus yang dikenal sebagai coronavirus (SARS-CoV-2). Jika mengalaminya, seseorang bisa mengalami demam, sesak napas, batuk-batuk, dan beberapa gejala lain.

Infeksi yang menyerang pada ibu hamil dapat menyebabkan gejala berlangsung lebih parah dibandingkan orang yang tidak hamil.

Oleh karena itu, vaksin COVID-19 sebaiknya diberikan pada Bumil untuk menurunkan risiko infeksi dan mengurangi keparahan gejala penyakit saat terkena infeksi.

Baca JugaHal-hal Penting Seputar Vaksin COVID-19 untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Jenis Imunisasi yang Perlu Dihindari Ibu Hamil

Umumnya, imunisasi dilakukan untuk menurunkan berbagai infeksi dan penyakit tertentu. Namun, beberapa jenis vaksin justru akan berdampak sebaliknya jika diberikan pada ibu hamil.

Perlu Anda ketahui, tidak semua vaksin aman diberikan saat hamil. Vaksin yang terbuat dari virus hidup tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.

Vaksin dari virus hidup diberikan pada ibu hamil berisiko menyebabkan cacat lahir. Namun, jika dokter merasa manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya, vaksin dapat diberikan.

Beberapa jenis imunisasi yang tidak direkomendasikan saat hamil, antara lain:

1. Vaksin Cacar Air

Vaksin cacar air dapat melindungi Anda dari infeksi virus varicella-zoster, penyebab cacar air (chickenpox). Risiko penyakit ini meningkat pada bayi yang lahir dari ibu hamil yang terinfeksi cacar air.

Bumil yang menderita cacar air saat hamil berisiko mengalami pneumonia yang parah. Sementara jika menimpa bayi, cacar air dapat menyebabkan sejumlah komplikasi kesehatan, seperti berat badan lahir rendah, masalah pada otak, mata, dan tungkai, serta bekas luka di kulit.

Imunisasi sebaiknya dilakukan sebelum kehamilan. Dengan begitu, risiko Anda mengalami cacar air saat hamil bisa berkurang.

2. Vaksin MMR

Vaksin MMR (mups, measles, rubella) tidak direkomendasikan bagi ibu hamil. Jika diberikan, vaksin berisiko menyebabkan sindrom rubela kongenital, kelainan jantung, gangguan pendengaran, dan kecacatan intelektual pada bayi.

Vaksin sebaiknya diberikan sebelum berencana hamil dan setelah melahirkan. Pemberian yang tepat dapat melindungi Anda dari tiga jenis penyakit, yaitu campak, gondongan, dan rubela (campak jerman).

3. Vaksin HPV

Vaksin HPV (human papillomavirus) biasanya akan diberikan pada wanita dewasa dengan rentang usia 27-45 tahun. Menurut CDC, imunisasi yang dilakukan berisiko menyebabkan masalah pada ibu dan bayi.

Pemberian vaksin ini saat hamil tidak direkomendasikan. Dokter biasanya baru akan merekomendasikan vaksin setelah kehamilan selesai.

Baca Juga: Sebelum Hamil, Wanita Sebaiknya Melakukan Vaksinasi Ini

Pentingnya Imunisasi untuk bagi Ibu Hamil dan Janin

Beberapa jenis imunisasi untuk ibu hamil aman dilakukan saat hamil. Namun, ada beberapa jenis vaksin yang tidak direkomendasikan untuk didapatkan selama kehamilan.

Pada dasarnya, imunisasi sebaiknya Anda lakukan sebelum mulai merencanakan program kehamilan, mengingat ada berbagai risiko kesehatan yang bisa mengancam kesehatan Anda dan calon buah hati.

Infeksi serius yang menyerang saat kehamilan dapat mengganggu tumbuh kembang janin serta berisiko menyebabkan sejumlah komplikasi kehamilan, seperti keguguran, cacat lahir, dan berat badan lahir rendah.

Jadi, imunisasi sangat penting dilakukan bagi ibu dan janin. Selain mendatangkan manfaat bagi ibu hamil, imunisasi juga bermanfaat untuk kesehatan dan tumbuh kembang janin di dalam kandungan.

Kalaupun ada efek samping imunisasi yang menimpa Bumil, gejalanya cenderung ringan, misalnya demam, kelelahan, dan ruam pada luka bekas suntikan.

Kini Anda sudah mengetahui jenis-jenis imunisasi yang direkomendasikan untuk ibu hamil. Konsultasikan terlebih dahulu ke dokter untuk mengetahui jenis vaksin yang perlu didapatkan selama kehamilan. Semoga bermanfaat!

 

  1. Anonim. 2020. MMR (Measles, Mumps and Rubella) Vaccine. https://www.nhs.uk/conditions/vaccinations/mmr-vaccine/. (Diakses pada 3 Augustus 2023).
  2. Anonim. 2021. Chickenpox During Pregnancy. https://www.marchofdimes.org/find-support/topics/pregnancy/chickenpox-during-pregnancy. (Diakses pada 3 Augustus 2023).
  3. Anonim. 2022. Guidelines for Vaccinating Pregnant Women. https://www.cdc.gov/vaccines/pregnancy/hcp-toolkit/guidelines.html. (Diakses pada 3 Augustus 2023).
  4. Anonim. 2022. Vaccine Information for Young Women. https://www.cdc.gov/std/hpv/stdfact-hpv-vaccine-young-women.htm. (Diakses pada 3 Augustus 2023).
  5. Anonim. Patient Education: Vaccination During Pregnancy (Beyond the Basics). https://www.uptodate.com/contents/vaccination-during-pregnancy-beyond-the-basics. (Diakses pada 3 Augustus 2023).
  6. Marnach, Mary. 2022. Which Vaccines During Pregnancy are Recommended and Which Ones Should I Avoid? https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/pregnancy-week-by-week/expert-answers/vaccines-during-pregnancy/faq-20057799. (Diakses pada 3 Augustus 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi