Terbit: 18 January 2020
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Antonius Hapindra Kasim

Cacar air adalah infeksi menular yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. Kondisi ini sering kali terjadi pada anak-anak, meski begitu orang dewasa juga bisa mendapatkannya. Kondisi ini umumnya ringan, terutama pada anak-anak. Tetapi dalam kasus yang parah, lepuh dapat menyebar ke hidung, mulut, mata, dan bahkan alat kelamin.

Cacar Air: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Di Indonesia, cacar air adalah kondisi yang sering dianggap sepele karena banyak masyarakat menganggap penyakit ini adalah mitos, yakni penyakit yang harus dialami dan tidak mungkin dicegah. Simak penyebab, gejala, hingga cara mengobatinya selengkapnya di bawah ini.

Penyebab Cacar Air

Varicella atau yang dikenal sebagai cacar air adalah penyakit infeksi virus yang disebabkan karena virus Varicella zoster. Virus dapat menyebar melalui cairan droplet dari bersin atau batuk, atau melalui kontak kulit dengan cairan tubuh dari lepuh Varicella.

Faktor Risiko yang Meningkatkan Cacar Air

Terdapat beberapa faktor yang mungkin meningkatkan risiko Anda untuk mengalami penyakit ini. Faktor-faktor tersebut meliputi:

  • Belum pernah terkena cacar air.
  • Belum menerima vaksin cacar air, terutama ibu hamil.
  • Memiliki imunitas tubuh yang lemah, misalnya karena mengidap HIV, menggunakan obat-obatan steroid, atau menjalani kemoterapi.

Perlu diketahui juga virus Varicella zoster bisa menyebabkan herpes zoster atau cacar ular. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintil kulit berisi air pada salah satu sisi tubuh dan terasa nyeri.

Gejala Cacar Air

Gejala cacar air akan muncul setelah 10-21 hari setelah paparan virus. Penularan penyakit ini dapat berlangsung 1-2 hari sebelum ruam muncul sampai lepuh benar-benar mengering.

Selain itu, gejalanya dimulai dengan adanya demam tinggi, sakit kepala, nafsu makan yang menurun, perasaan lemas atau tidak enak badan. Beberapa saat setelah demam, akan muncul ruam atau bintik kemerahan pada kulit yang lama kelamaan akan membentuk lepuh berisikan cairan (vesikel).

Vesikel yang muncul sebagai gejala juga dapat muncul di mulut, kulit kepala, sekitar mata hingga alat kelamin. Gejala lainnya yang menyertai ruam adalah demam tinggi dapat muncul sebelum ruam timbul. Siklus ini berulang ke area tubuh yang belum terkena cacar, dan berlangsung sekitar dua minggu sampai semua luka sembuh.

Ciri ciri cacar air seperti ruam dan lepuh ini biasanya muncul pada tubuh dan wajah kemudian dapat menyebar ke anggota gerak.

Dalam waktu beberapa hari, cairan lepuh dapat mengering dan membentuk keropeng. Keropeng ini dapat rontok dengan sendirinya, namun apabila digaruk atau dikelopek, hal ini dapat menimbulkan bekas luka atau jaringan parut. Ruam dan lepuh ini disertai dengan rasa gatal.

Penting untuk diketahui, tidak semua penderita mengalami gangguan berupa ruam yang sama. Ada yang mengalaminya di sekujur tubuh. Namun ada juga yang hanya pada bagian tubuh tertentu saja seperti kulit kepala, wajah, lengan, dan kaki.

Tahapan Gejala Cacar Air:

  • Munculnya ruam atau bercak kemerahan.
  • Lepuh biasanya berisi cairan, berdinding tipis, dan rentan pecah.
  • Setelah beberapa hari, bintil akan mengering dan mengelupas dengan sendirinya.

Yang paling menyakitkan dari kondisi ini adalah rasa gatal yang menyerang. Rasa gatal yang timbul dari penyakit cacar air sering kali membuat penderitanya tak tahan untuk menggaruknya. Aktivitas menggaruk bisa membuat kulit infeksi atau memicu munculnya luka parut (scar) setelah Anda sembuh.

Pada penderita usia remaja dan dewasa, biasanya gejala cacar air yang muncul lebih parah dibanding pada anak-anak. Orang dewasa yang mengalami kondisi ini juga memiliki risiko lebih tinggi terkena komplikasi.

Terlebih jika Anda sedang hamil atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter agar mendapat penanganan tepat dan mencegah terjadinya komplikasi.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Segera berkunjung ke dokter, jika Anda atau anak mengalami kondisi seperti:

  • Ruam menyebar ke satu atau kedua mata.
  • Ruam menjadi sangat merah, hangat atau lunak. Kondisi ini bisa mengindikasikan infeksi kulit bakteri sekunder.
  • Ruam tersebut disertai dengan pusing, disorientasi, detak jantung yang cepat, sesak napas, tremor, kehilangan koordinasi otot, batuk yang memburuk, muntah, leher kaku atau demam yang lebih tinggi dari 38,9 Celcius.
  • Memiliki masalah dengan sistem kekebalan atau usia di bawah 6 bulan.

Komplikasi Cacar Air

  • Ruam kulit atau lepuh sangatlah rentan terhadap infeksi bakteri. Tanda-tanda dari infeksi bakteri sekunder adalah apabila cacar air disertai dengan nanah.
  • Komplikasi yang ditakutkan adalah meningitis (peradangan dari selaput otak) dan ensefalitis (peradangan otak) yang disebabkan karena penyebaran virus ke otak. Gejala dari komplikasi ini adalah kejang, sakit kepala, mual muntah dan mengantuk terus-menerus.

Diagnosis Cacar Air

Pada umumnya dokter mendiagnosis cacar air berdasarkan ruam yang muncul. Jika terdapat keraguan tentang diagnosis, cacar air dapat dikonfirmasi dengan tes laboratorium, termasuk tes darah atau kultur sampel lesi.

Pengobatan Cacar Air

Cara mengobati cacar air sangat bergantung pada perbaikan kondisi kekebalan tubuh penderita. Berikut adalah cara mengobati secara medis atau alami yang bisa Anda lakukan, di antaranya:

  • Perawatan Rumahan

Hal yang perlu diperhatikan sebagai salah satu cara menyembuhkan kondisi ini adalah istirahat yang cukup dan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Selain itu, perlu juga untuk menjaga kebersihan kulit dengan tetap mandi dan mengeringkan tubuh dengan perlahan.

Jangan lupa juga untuk minum banyak cairan guna membantu tubuh menghilangkan virus dengan lebih cepat. Langkah ini menjadi penting karena bisa mencegah tubuh mengalami dehidrasi.

  • Perawatan Medis

Anda juga dapat menggunakan analgesik dan antipiretik untuk mengurangi gejala demam dan sakit kepala. Selain itu, resep asiklovir sebagai obat antivirus juga efektif untuk memperpendek durasi gejala dan dapat direkomendasikan untuk wanita hamil atau orang dengan imunitas tubuh lemah yang mengalami cacar air. Obat ini paling efektif diberikan 24 jam saat ruam muncul dan durasi pemberian obat selama 1-2 minggu.

Dokter juga biasanya merekomendasikan obat antihistamin untuk menghilangkan gatal dan pembengkakan. Antibiotik juga bisa diberikan jika infeksi bakteri sekunder pada kulit muncul atau jika orang dengan kondisi ini mengalami pneumonia bakterial.

Sebisa mungkin jangan keluar rumah sampai penyakit ini benar-benar sembuh. Sebagian besar kasus diobati dengan memberikan obat antidemam atau antimuntah.

Pencegahan Cacar Air

American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar anak-anak diimunisasi dengan vaksin cacar air setelah usia 1 tahun sebanyak 1 kali. Sedangkan untuk dewasa atau anak yang telah berusia 13 tahun keatas, pemberian vaksin dapat dilakukan sebanyak 2 kali dengan jarak 4-8 minggu.

Vaksin ini juga merupakan perlindungan bagi orang-orang yang rentan, seperti wanita dengan sistem imun lemah yang berencana untuk hamil. Konsultasikan dengan dokter mengenai tindakan yang bisa diambil.

Vaksin dengan dosis yang lebih tinggi juga disarankan untuk orang tua yang sudah menderita cacar air—untuk mencegah wabah herpes zoster. Mereka yang berusia di atas 65 tahun dapat berkonsultasi dengan dokter untuk melihat apakah vaksin dosis tinggi dapat membantu mengatasi kondisi.

 

  1. Chickenpox. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chickenpox/symptoms-causes/syc-20351282. (Diakses pada 18 Desember 2019).
  2. What is Chickenpox?. https://www.webmd.com/children/what-is-chickenpox. (Diakses pada 18 Desember 2019).
  3. Selner, Marissa. 2017. Chickenpox. https://www.healthline.com/health/chickenpox. (Diakses pada 18 Desember 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi