Terbit: 17 April 2020 | Diperbarui: 18 January 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Adrian Setiaji

Imunisasi DPT itu apa? Imunisasi DPT adalah imunisasi yang menggunakan vaksin DPT (difteri, pertusis, dan tetanus). Vaksin DPT dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Baca terus untuk mengetahui lebih lanjut tentang vaksin DPT, termasuk informasi tentang apa itu vaksin DPT, cara penyuntikkan, indikasi, kontraindikasi, manfaat, dosis, dan efek sampingnya.

Imunisasi DPT: Manfaat, Dosis, dan Efek Samping, dll

Rangkuman Informasi Imunisasi DPT

Nama Obat Imunisasi DPT
Kandungan Obat Toksoid difteri, tetanus, dan pertusis.
Kelas Obat Vaksin dan Antisera
Kategori Obat resep
Manfaat Obat Mencegah difteri, pertusis, dan tetanus
Kontraindikasi Hipersensitif
Sediaan Obat Obat suntik
Harga Obat Rp250.000 sampai Rp850.000

Apa Itu Imunisasi DPT?

Imunisasi DPT adalah imunisasi yang menggunakan vaksin virus hidup dengan kandungan racun kuman difteri, pertusis, dan tetanus yang telah dihilangkan sifat racunnya.

Meskipun racunnya telah hilang tetapi vaksin tersebut dapat merangsang pembentukan zat anti atau toksoid. Imunisasi DPT adalah salah satu program imunisasi wajib yang dicanangkan oleh pemerintah untuk menekan penyebaran penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.

Tahap Pemberian Vaksin DPT

Pemberian vaksin DPT memerlukan beberapa tahap. Tahap pertama pemberian vaksin DPT hanya sedikit saja karena baru tahap pengenalan. Organ-organ tubuh sudah mulai aktif untuk membuat zat anti meskipun tidak banyak.

Tahap kedua dan ketiga, imunisasi ini dilakukan dengan jumlah yang meningkat. Hal ini bertujuan agar organ-organ tubuh terangsang untuk membentuk zat anti yang cukup sehingga mampu melindungi tubuh dari serangan difteri, pertusis, dan tetanus.

Kapan Vaksin DPT Diberikan?

Sebaiknya bayi dan anak-anak diberikan imunisasi DPT berdasarkan usia. Anak-anak harus menerima lima dosis vaksin DPT sesuai dengan jadwal berikut:

  • Satu dosis pada usia 2 bulan
  • Satu dosis pada usia 4 bulan
  • Satu dosis pada usia 6 bulan
  • Satu dosis pada usia 15 hingga 18 bulan
  • Satu dosis pada usia 4 hingga 6 tahun

Imunisasi DPT juga harus diberikan pada usia 11 hingga 12 tahun, dan untuk remaja yang lebih tua dan orang dewasa yang belum memiliki booster dengan cakupan pertusis.

Cara Penyuntikan Imunisasi DPT

Bentuk sediaan vaksin DPT sama dengan bentuk sediaan vaksin lain pada umumnya. Vaksin DPT tersedia dalam bentuk cairan injeksi. Cairan injeksi vaksin DPT ini akan diberikan secara intramuskular (injeksi atau suntikan ke dalam otot).

Suntikan vaksin DPT diberikan dengan menyuntikkannya ke bawah kulit pada salah satu sisi lengan. Penyuntikkan vaksin DPT harus dilakukan oleh tenaga medis profesional untuk menghindari kesalahan teknis dalam memberikan suntikan vaksin DPT.

Vaksin DPT untuk Siapa?

Vaksin DPT diperuntukkan bagi anak sejak usia lebih dari 2 bulan hingga 18 tahun. Pada anak usia 2 bulan hingga 7 tahun, vaksin DPT yang diberikan adalah vaksin DTaP atau DTwP. Ini merupakan tahap awal pemberian vaksin DPT.

Anak-anak yang berusia 7 hingga 18 tahun, imunisasi DPT dijalankan dalam bentuk vaksin Td (tetanus dan difteri) atau Tdap (tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, dan acellular pertusis vaccine adsorbed).

Vaksin Td juga diberikan kepada anak usia lebih dari 7 tahun yang kontraindikasi dengan komponen pertusis. Hal ini bertujuan agar risiko kejadian pasca-imunisasi karena toxoid difteri berkurang.

Wanita hamil juga harus mendapatkan vaksin Tdap di paruh kedua setiap kehamilan, bahkan jika sudah divaksinasi sebelumnya. Vaksin Tdap juga dapat diberikan setelah mengalami luka dalam atau luka bakar parah untuk mencegah infeksi tetanus.

Indikasi Imunisasi DPT

Pemberian imunisasi harus sesuai dengan indikasinya. Indikasi pelaksanaan imunisasi DPT dasar adalah untuk anak mulai usia 2 bulan hingga 7 tahun. Anak usia lebih dari 7 tahun hingga 18 tahun adalah indikasi pelaksanaan vaksin DPT tahap selanjutnya.

Kontraindikasi Vaksinasi DPT

Ada beberapa anak yang tidak bisa mendapatkan vaksinasi DPT. Hal ini dikarenakan anak tersebut memiliki kontraindikasi dengan kandungan yang ada di dalam vaksin DPT. Anak yang hipersensitif terhadap komponen vaksin DPT tidak dapat menerima vaksin DPT.

Vaksin DPT juga tidak boleh diberikan pada anak yang memiliki riwayat ensefalopati dengan catatan bahwa etiologinya yang tidak diketahui selama 7 hari setelah pemberian vaksin yang mengandung pertusis.

Peringatan Penggunaan Vaksin DPT

Apabila anak Anda sedang dalam kondisi demam akut yang parah maka sebaiknya pemberian vaksin DPT ditunda dulu. Berhati-hatilah dalam melaksanakan imunisasi jika anak menderita trombositopenia atau gangguan perdarahan.

Hal tersebut dikarenakan efek samping imunisasi DPT bisa menyebabkan perdarahan karena teknik penyuntikan intramuskular yang keliru. Orang dewasa, ibu hamil, dan ibu menyusui tidak perlu mendapatkan vaksin ini.

Anak-anak yang menerima terapi imunosupresif atau mengalami penurunan imunitas sebaiknya harus mendapatkan vaksin DPT secara hati-hati. Hal ini dikarenakan pemberian vaksin DPT pada anak dengan imunitas tubuh lemah membuat respons imunitas menjadi tidak optimal.

Selain itu konsultasi dengan dokter tentang apakah pemberian vaksin adalah ide yang baik jika anak memiliki salah satu dari kondisi berikut ini setelah suntikan vaksin DPT sebelumnya:

  • Reaksi alergi yang serius
  • Masalah otak atau sistem saraf, seperti koma atau kejang
  • Sindrom Guillain-Barré
  • Sakit parah atau pembengkakan pada seluruh lengan atau kaki

Manfaat Imunisasi DPT

Manfaat imunisasi DPT adalah untuk menekan tersebarnya wabah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Pelaksanaan imunisasi ini dapat menurunkan risiko dan mencegah terkena penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.

Dosis Vaksin DPT

Penyakit difteri, pertusis, dan tetanus bisa dicegah dan diturunkan faktor risikonya jika anak mendapatkan vaksin DPT dengan dosis yang tepat dan sesuai kondisinya. Dosis vaksin DPT adalah 0,5 mL untuk tahap pengenalan sebanyak 3 kali.

Pemberian vaksin DPT booster memiliki dosis yang berbeda. Dosis booster vaksin DPT lebih besar dari dosis vaksin DPT primer. Pelaksanaan vaksin DPT booster dilakukan jika anak telah berusia 2 hingga 6 tahun.

Efek Samping Imunisasi DPT

Serupa dengan penggunaan obat-obatan, pelaksanaan imunisasi ini juga bukan upaya kesehatan yang sempurna. Pelaksanaan imunisasi yang tidak sesuai prosedur atau adanya reaksi berbeda pada anak bisa menimbulkan efek samping tertentu.

Imunisasi ini bisa menimbulkan efek samping yang ringan dan berat. Efek samping imunisasi DPT yang ringan, di antaranya:

  • Demam
  • Diare
  • Muntah
  • Rewel
  • Kehilangan nafsu makan
  • Penurunan berat badan
  • Mudah ngantuk

Kesalahan teknis pada saat menyuntikkan vaksin DPT bisa menimbulkan efek samping berupa ulserasi atau abses subkutan. Hal tersebut akan membuat area tubuh anak yang disuntik terasa sakit atau nyeri, kemerahan, dan bengkak.

Sementara efek samping imunisasi DPT yang berat termasuk:

  • Menangis hebat lebih dari 4 jam
  • Kejang-kejang
  • Tidak sadarkan diri
  • Syok
  • Ensefalopati (disfungsi otak)

Harga Imunisasi DPT

Imunisasi DPT bisa didapatkan berdasarkan resep dari dokter. Harga imunisasi DPT berbeda-beda berdasarkan jenisnya, yakni dalam kisaran harga antara Rp250.000 hingga Rp850.000.

 

  1. Anonim. 2019. DTaP and Tdap Vaccines. https://www.webmd.com/children/vaccines/dtap-and-tdap-vaccines. (Diakses pada 17 April 2020)
  2. Anonim. 2020. Your Child’s Immunizations: Diphtheria, Tetanus & Pertussis Vaccine (DTaP). https://kidshealth.org/en/parents/dtap-vaccine.html. (Diakses 17 April 2020)
  3. Anonim. 2020. DTaP (Diphtheria, Tetanus, Pertussis) VIS. https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/vis/vis-statements/dtap.html. (Diakses pada 17 April 2020)
  4. dr JB Suharjo BC Sp.PD, dkk. 2010. Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Kanisius.
  5. PIONAS-BPOM. Difteri, Tetanus, Pertusis. http://pionas.pom.go.id/monografi/difteri-tetanus-pertusis. (diakses pada 6 Maret 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi