Penggunaan banyak obat-obatan dan juga toksin dapat menyebabkan tremor. Banyak obat yang diindikasikan untuk menangani penyakit tertentu. Dalam banyak kasus, tremor adalah efek samping yang tidak diinginkan yang dapat dikendalikan hanya dengan mengurangi obat. Dalam kasus lain obat harus dihentikan. Dalam kasus tremor sekunder akibat paparan racun, sumber racun harus dibuang dari dalam tubuh. Selain itu, ada perawatan khusus yang tersedia.
Jenis tremor akibat obat yang paling umum adalah tremor fisiologis terkait dengan penggunaan obat-obatan seperti stimulan, steroid, antidepresan, dan kafein. Tremor Parkinson juga sering terlihat sebagai tremor akibat obat pada pasien yang menggunakan beberapa jenis obat tertentu.
Berikut ini adalah daftar obat-obatan dan toksin yang bisa menginduksi tremor pada individu sehat lainnya:
- Asam valproik/ sodium divalproex (Depakene/ Depakote).
- Banyak antidepresan, terutama antidepresan trisiklik [misalnya amitriptyline (Endep, Elavil), imipramine (Tofranil).
- Lithium (Eskalith, Lithobid).
- Neuroleptik: fenotiazin; butyrophenones.
- Kokain.
- Agonis beta.
- Dopamin.
- Teofilin (Theo-Dur, Respbid, Slo-Bid, Theo-24, Theolair, Uniphyl, Slo-Phyllin).
- Amfetamin.
- Methylphenidate (Ritalin, Ritalin SR, Ritalin LA).
- Hormon tiroid.
- Reaksi dari gejala putus obat (withdrawal syndrome, yaitu gejala yang terjadi ketika seseorang tiba-tiba menghentikan obat ketika tubuh sudah terbiasa dengan adanya obat tersebut).
- Kafein.
- Nikotin.
- Keracunan timbal.
- Keracunan alkohol.
- Keracunan arsenik.
Tremor Psikogenik
Tremor psikogenik sangat kompleks dan tidak sesuai dengan kategorisasi sebelumnya. Individu dengan tremor Psikogenik mungkin menunjukkan karakteristik tremor postural maupun resting tremor, dengan ciri klinis yang berubah dalam waktu singkat dan dengan tingkat disabilitas yang tidak sebanding dengan tremor. Permulaan tremor mungkin sangat akut dan tidak terkait dengan suatu penyakit.
Dalam beberapa kasus, tremor ini mungkin disebabkan oleh sugesti pikiran saja. Beberapa pasien memiliki riwayat somatisasi sebelumnya (tekanan psikologis yang ditunjukkan dalam penyakit fisik). Dalam beberapa kasus, ada beberapa gangguan sekunder terkait atau perilaku seperti tremor untuk mencari perhatian. Jika kondisi emosional memang mendasari kondisi tremor, pasien sebaiknya dirujuk ke psikolog atau psikiater.