Terbit: 10 June 2013 | Diperbarui: 12 March 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal rentang usia. Tidak hanya orang dewasa, penyakit mematikan ini juga dapat terjadi pada anak-anak. Salah satunya, kanker neuroblastoma. Sekitar 75 persen kanker ini diderita anak dibawah usia 5 tahun. Simak pembahasan lengkapnya berikut ini. 

Neuroblastoma: Definisi, Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Pengertian Neuroblastoma

Neuroblastoma adalah salah satu jenis kanker yang menyerang anak-anak. Kanker ini bermula pada bentuk saraf tertentu yang sangat awal, paling sering pada embrio atau janin.

Istilah ‘’neuro” pada penyakit ini mengacu pada saraf, sedangkan “blastoma” mengacu pada kanker yang bermula pada sel yang belum berkembang. 

Neuroblastoma kerap kali berasal dari jaringan kelenjar adrenal di perut. Sebagian lagi, muncul pertama kali pada ganglia simpatik dekat tulang belakang pada area dada, leher, atau panggul. Belum diketahui pasti penyebab munculnya kanker ini, namun faktor keturunan diduga ikut berperan dalam terbentuknya sel-sel tumor.

Pada beberapa kasus, kanker neuroblastoma bisa tumbuh dan menyebar dengan cepat, namun ada juga yang bermetastasis cukup lambat. 

Bahkan, pada kasus tertentu terutama pada anak kecil, sel kanker mati dan tumor menghilang dengan sendirinya. 

Seberapa Umum Penyakit Neuroblastoma Terjadi?

Neuroblastoma adalah jenis kanker yang paling sering menyerang anak-anak, daripada orang dewasa. Penyakit ini umumnya menjadi kondisi bawaan sejak lahir, tetapi sering kali terlambat didiagnosis. 

Terdapat sekitar 700 hingga 800 kasus baru neuroblastoma setiap tahunnya di Amerika Serikat. Jumlah ini bertahun-tahun tetap sama. Usia rata-rata anak yang didiagnosa mengalami neuroblastoma adalah sekitar 1 – 2 tahun. Jarang sekali neuroblastoma terdeteksi dengan USG bahkan sebelum lahir. Sekitar 9 dari 10 kasus neuroblastoma terdiagnosa pada usia 5 tahun. 

Baca juga: Kenali 9 Jenis Kanker yang Rentan Menyerang Anak

Penyebab Neuroblastoma

Belum diketahui secara pasti penyebab kemunculan kanker ini, namun beberapa kondisi diduga berperan dalam terbentuknya sel-sel tumor. 

Sel saraf dan sel kelenjar adrenal manusia berkembang dari neuroblast saat masih di dalam rahim. Setelah lahir, tidak ada lagi neuroblast yang tersisa. Kalaupun masih ada, sel-sel tersebut berangsur-langsung akan menghilang dengan sendirinya seiring waktu. Akan tetapi, pada neuroblastoma, sisa neuroblast yang ada justru terus berkembang hingga membentuk tumor

Faktor Risiko Neuroblastoma

Bayi yang lahir dengan cacat bawaan diketahui lebih berisiko terkena neuroblastoma. Selain itu, penyakit ini juga lebih rentan terjadi pada seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat neuroblastoma. Meski begitu, neuroblastoma umumnya bukan penyakit turunan. 

Namun, kasus seperti ini cukup jarang terjadi. Dalam kebanyakan kasus, baik penyebab dan faktor risikonya tidak bisa diketahui secara pasti. 

Baca juga: Kanker Payudara Dapat Diwariskan kepada Anak

Gejala Neuroblastoma

Gejalanya tergantung kepada asal tumor dan luas penyebarannya. Gejala awal biasanya berupa perut yang membesar, perut terasa penuh dan nyeri perut. Gejalanya juga bisa berhubungan dengan penyebaran tumor. Namun, neuroblastoma umumnya ditandai dengan keluhan berikut ini: 

  • Nyeri perut
  • Muntah
  • Hilang nafsu makan
  • Berat badan menurun
  • Tubuh mudah lelah
  • Nyeri tulang
  • Demam

Selain gejala umum di atas, gejala lain juga bisa terjadi tergantung pada bagian tubuh yang terserang dan tingkat keparahannya. Beberapa gejala tersebut yakni: 

1. Neuroblastoma di perut

  • Sembelit 
  • Diare
  • Kulit perut terasa keras jika disentuh
  • Pembengkakan pada perut

2. Neuroblastoma di  dada

  • Sesak napas disertai mengi
  • Nyeri dada
  • Perbedaan ukuran pupil dan penurunan kelopak mata. 

3. Neuroblastoma di saraf tulang belakang

  • Pincang 
  • Kelumpuhan
  • Gangguan buang air kecil dan buang air besar

Baca juga: Mata Juling pada Bayi: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Kapan Harus ke Dokter?

Periksakan kondisi anak Anda ke dokter apabila mengalami  gejala seperti yang sudah disebutkan di atas. Beri tahu dokter, jika anak mengalami perubahan perilaku. Penyakit neuroblastoma dapat menyerupai gejala dari penyakit lain sehingga pemeriksaan perlu dilakukan guna memastikan kondisi yang dialami. Hal ini memungkinkan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan peluang untuk sembuh. 

Diagnosis Neuroblastoma

Guna mendiagnosis neuroblastoma, dokter biasanya akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami, riwayat penyakit, dan riwayat kanker pada keluarga.

Setelah itu, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik  secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan saraf dengan melihat fungsi, refleks dan kemampuan koordinasi saraf. Pemeriksaan tersebut meliputi: 

  • Tes darah atau urine, untuk mendeteksi kadar zat katekolamin yang sangat tinggi di dalam tubuh akibat produksi berlebihan oleh sel neuroblastoma
  • Pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI, untuk mendeteksi dan melihat tumor
  • Aspirasi dan biopsi sumsum tulang, yaitu pengambilan sampel sel kanker untuk diuji di laboratorium, bila neuroblastoma dicurigai sudah menyebar ke sumsum tulang. 

Sedangkan untuk melihat penyebaran sel kanker, dokter umumnya melakukan MIBG atau meta-iodobenzyl-guanidine, bahan radioaktif yang disuntikan ke darah dan kemudian mengikat sel neuroblastoma. 

Perkembangan neuroblastoma itu sendiri, dapat digolongkan menjadi empat stadium, yaitu: 

Stadium 1
Pada tahap ini, kanker berada di satu bagian tubuh dan belum menyebar. Pada stadium ini tumor dapat diangkat sepenuhnya dengan prosedur operasi. 

Stadium 2
Pada tahap ini, sel kanker belum menyebar dan masih berada di satu bagian tubuh. Akan tetapi, kanker tidak dapat diangkat sepenuhnya melalui prosedur operasi.

Stadium 3
Kanker bisa dihilangkan melalui operasi karena ukurannya yang sudah besar. Pada stadium ini, kanker berpotensi menyebar ke kelenjar getah bening terdekat. 

Stadium 4
Sedangkan pada tahap ini, kanker sudah menyebar ke organ lain. 

Pengobatan Neuroblastoma

Pengobatan neuroblastoma tergantung pada stadium dan tingkat keparahan kondisi anak. Hal seperti ada kelainan pada gen dan kromosom anak atau tidak juga bisa menjadi pertimbangan lainnya. 

Berikut ini adalah beberapa metode penanganan yang dapat dilakukan untuk mengobati neuroblastoma, di antaranya: 

1. Tindakan Operasi

Operasi dilakukan pada kondisi neuroblastoma yang belum menyebar. Namun, jika area tumbuhnya tumor dekat dengan organ vital, seperti di sekitar saraf tulang belakang ata paru-paru, tindakan operasi bisa membahayakan pasien. Dokter biasanya akan melakukan prosedur lain. 

2. Kemoterapi

Jika operasi terlalu membahayakan pasien, kemoterapi bisa menjadi alternatif penanganan lainnya. Terapi ini dilakukan pada kondisi tertentu, misalnya karena sel tumor berukuran cukup besar atau telah menyebar. Prosedur ini menggunakan obat khusus untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker dan menyatukannya. Setelah ukurannya mengecil, operasi pengangkatan kanker akan dilakukan.

3. Radioterapi

Radioterapi atau terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi, seperti sinar X untuk menghancurkan sel kanker. Umumnya, terapi ini dapat dikombinasikan dengan operasi dan kemoterapi. Radioterapi juga dapat dilakukan untuk mencegah neuroblastoma kambuh.

4. Imunoterapi

Terapi menggunakan obat khusus yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh pasien untuk membunuh sel neuroblastoma. 

5. Transplantasi Sumsum Tulang 

Transplantasi sel punca (stem cell) dilakukan dengan mengambil sel punca dari sumsum tulang belakang pasien sendiri.

6. MIBG (meta-iodo benzyl-guanidine)

Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan MIBG yang mengandung radioaktif ke dalam aliran darah. MIBG ini nantinya akan masuk ke dalam sel kanker dan melepaskan radiasi untuk membunuh sel kanker.

Komplikasi Neuroblastoma

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita neuroblastoma antara lain: 

  • Penyebaran sel kanker. Sel kanker menyebar hingga kebagian tubuh lain, seperti hati, sumsum tulang, kulit, hingga tulang.
  • Sindrom Paraneoplastik. Sindrom ini terjadi akibat zat yang dikeluarkan oleh sel neuroblastoma. Umumnya menimbulkan gejala seperti, diare, perut bengkak, dan pergerakan mata cepat. 
  • Tekanan pada saraf tulang belakang. Kondisi ini terjadi akibat pertumbuhan tumor menekan saraf tulang belakang. Biasanya menyebabkan nyeri hingga kelumpuhan. 

Pencegahan Neuroblastoma

Langkah untuk mencegah neuroblastoma belum dapat diketahui secara pasti. Meski begitu, pemeriksaan genetik dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan anak menderita neuroblastoma. Terlebih, jika terdapat riwayat neuroblastoma di dalam keluarga. 

Itulah pembahasan lengkap mengenai penyakit neuroblastoma yang umumnya terjadi pada anak-anak. Semoga bermanfaat, Teman Sehat!

 

  1. Anonim. 2022. Neuroblastoma. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/neuroblastoma/symptoms-causes/syc-20351017. (Diakses pada 12 Maret 2023) 
  2. American Cancer Society. Key Statistics About Neuroblastoma. https://www.cancer.org/cancer/neuroblastoma/about/key-statistics.html. (Diakses pada 12 Maret 2023)
  3. Anonim. Sign and Symptoms of Neuroblastoma. https://www.cancer.org/cancer/neuroblastoma/detection-diagnosis-staging/signs-and-symptoms.html. (Diakses pada 12 Maret 2023) 
  4. National Health Service UK. Neuroblastoma. https://www.nhs.uk/conditions/neuroblastoma/. (Diakses pada 12 Maret 2023) 

 


DokterSehat | © 2023 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi