Terbit: 4 January 2021
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Eksibisionis adalah gangguan seksual di mana pelakunya suka memamerkan alat kelaminnya di depan orang asing. Simak penjelasan lengkap mengenai gejala, penyebab, hingga cara mengatasi kondisi tersebut di bawah ini.

Eksibisionis: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Apa itu Eksibisionis?

Eksibisionisme adalah salah satu jenis penyimpangan seksual (paraphilia) yang ditandai dengan fantasi seksual, dorongan, dan perilaku intens untuk pamer alat kelamin di tempat umum di depan orang yang tidak dikenal atau orang yang tidak menaruh curiga padanya.

Pelakunya —lebih sering laki-laki— akan merasa puas, terangsang, dan bersemangat secara seksual saat mengekspos alat kelamin mereka pada orang yang sebenarnya tidak menyetujui aktivitas tersebut atau saat korban (biasanya wanita dan anak-anak perempuan) merasa takut dan tidak mau melihatnya

Seorang eksibisionis biasanya hanya ingin ‘pamer’ alat kelamin tanpa melakukan pemerkosaan atau kontak seksual, sehingga pelaku jarang dilaporkan.

Walaupun demikian, mereka mungkin masturbsi sambil menunjukan alat kelaminnya. Gangguan eksibisionistik terjadi pada 2-4% populasi pria yang bisa terjadi sejak usia remaja namun cenderung terjadi pada pria yang sudah menikah tapi pernikahannya bermasalah.

Gejala Eksibisionis

Perilaku eksibisionisme dijelaskan pada buku panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition: DSM-5 (DSM-5) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association. Buku DSM-5 digunakan sebagai acuan untuk diagnosis gangguan kesehatan mental.

Berdasarkan DSM-5, ciri-ciri eksibisionis termasuk:

  • Memiliki fantasi dan dorongan secara seksual yang intens untuk memamerkan alat kelamin pada orang asing yang tidak menaruh curiga.
  • Fantasi dan perilaku tersebut sudah berlangsung setidaknya 6 bulan.
  • Kesenangan secara seksual tersebut ditunjukkan pada orang yang tidak menyetujuinya.
  • Fantasi seksual tersebut menyebabkan pelaku memiliki tekanan dan kesulitan dalam situasi sosial atau kehidupan interpersonal.

Seorang eksibisionis biasanya tidak menyadari gejala-gejala tersebut karena mereka merasa senang dan nyaman dengan aktivitas seksual seperti itu.

Baca Juga: Masokis: Gejala, Penyebab, hingga Cara Mengatasinya

Kapan Harus ke Dokter?

Seorang eksibisionis biasanya tidak menyadari dirinya memiliki kecenderungan eksibisionisme. Jarang ada pelaku yang memeriksakan diri ke dokter atau psikolog kecuali setelah mereka dilaporkan atau ditangkap oleh petugas sosial.

Bila pasangan Anda atau seseorang yang Anda kenal memiliki gejala eksibisionisme, Anda bisa bicara padanya baik-baik dan membujuknya untuk berobat. Anda juga bisa melaporkan pada petugas sosial atau pusat pelayanan untuk konsultasi kesehatan mental.

Penyebab Eksibisionis

Penyebab eksibisionis tidak diketahui, namun beberapa faktor diduga memengaruhi kecenderungan seksual seseorang, termasuk:

1. Psikologis

Seseorang yang tumbuh dengan perkembangan psikologis tidak sempurna bisa memicu gangguan kesehatan mental seperti perilaku nascism dan eksibisionisme.

Mereka mungkin merasa senang menjadi pusat perhatian, termasuk senang mempertontonkan alat kelamin pada orang lain.

Masalah psikologis yang membentuk seseorang menjadi eksibisionisme, termasuk kecanduan seks, kecanduan alkohol, cenderung antisosial, dan pedofilia – tertarik secara seksual pada anak-anak.

2. Biologis

Sebagian besar pelaku eksibisionisme adalah laki-laki yang diduga mengalami disfungsi pada lobus temporalis atau kelebihan hormon seks pria (hormon androgen).

Dalam teori biologis, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor hormonal.

3. Lingkungan Sosial

Lingkungan dapat memengaruhi perilaku seseorang, termasuk cara berpikir, perilaku, hingga kecenderungan seksual. Apa yang dilihat di lingkungan dapat menjadi stimulus bagi individu dalam melakukan suatu tindakan.

Oleh karena itu, lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap penyimpangan eksibisionisme. Seorang eksibisionis biasanya tumbuh tanpa mendapatkan rasa empati dari orang-orang di sekitarnya.

Tidak hanya orang tua yang protektif saja, orang tua yang sering menghina, bertindak kasar, sering mengkritik, sering mempermalukan, juga dapat menimbulkan trauma masa kecil.

Akibat trauma tersebut, terbentuklah sifat narsisme yang berlebihan sehingga ketika berandak dewasa nanti ingin diperhatikan dan dikagumi orang lain.

Faktor Risiko Eksibisionis

Faktor lain yang dicurigai menjadi penyebab eksibisionis, termasuk:

  • Gangguan kepribadian antisosial.
  • Penyalahgunaan alkohol.
  • Minat pada pedofilia.
  • Trauma masa kecil akibat pelecehan seksual dan emosional saat masih kecil.
  • Akses konten seksual saat masih anak-anak.
  • Memiliki kecenderungan paraphilia (penyimpangan seksual) lain seperti hiperseksual.
  • Laki-laki dengan masalah pernikahan.
  • Memiliki gangguan kepribadian yang cukup serius.

Preferensi seksual tersebut bisa terjadi atau mulai berkembang pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Setidaknya sekitar 1/3 dari kejahatan seks yang dilaporkan ke polisi melibatkan insiden eksibisionisme, walaupun penyebab pastinya sulit diidentifikasi.

Baca Juga: Pedofilia: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Diagnosis Eksibisionis

Dokter akan mengevaluasi gangguan atau penyimpangan seksual seseorang berdasarkan buku panduan DSM-5. Kriterianya sebagai berikut:

  • Telah mengekspos atau pamer alat kelamin pada orang lain yang tidak menyetujuinya demi fantasi seksual dan telah melakukannya berulang kali atau berlangsung selama 6 bulan.
  • Mengekspresikan gairah seksual dengan dorongan intens untuk pamer alat kelamin.
  • Memiliki disfungsi sosial seperti masalah dengan keluarga, pekerjaan, dan interaksi seksual.

Apabila seseorang memenuhi kriteria tersebut, maka orang tersebut mengalami eksibisionisme. Umumnya, perilaku eksibisionisme lebih mudah untuk dikenali karena gejalanya cukup spesifik.

Jenis Eksibisionis

Perilaku eksibisionis memiliki beberapa subtipe tergantung pada usia dan jenis kelamin korban yang ditargetkan, termasuk:

  • Seorang eksibisionis yang hanya akan pamer alat kelamin pada orang lain yang menyetujuinya, misalnya pasangan seksual mereka.
  • Perilaku eksibisionis yang pamer alat kelamin pada orang asing yang tidak menyetujui perbuatan tersebut.
  • Preferensi pamer alat kelamin hanya pada anak-anak, remaja, wanita dewasa, atau semuanya.

Sementara itu, gangguan eksibisionis jarang terjadi pada wanita. Wanita memiliki cara lain untuk mengekspos dirinya seperti dengan menggunakan pakaian yang menarik perhatian atau tampil menarik di tempat umum dan media sosial, namun itu tidak termasuk penyimpangan seksual.

Pelaku eksibisionisme tidak hanya memperlihatkan bagian alat kelaminnya saja, namun juga aktivitas seksualnya kepada orang lain secara sembarangan. Perilaku ini antara lain:

  • Anasyrma. Pelaku eksibisionis melakukan aksinya dengan mengangkat roknya saat tidak mengenakan pakaian dalam.
  • Martymachlia. Pelaku eksibisionisme memperlihatkan aktivitas seksualnya kepada orang lain. Misalnya ketika melakukan masturbasi hingga berhubungan seks.
  • Candaulism. Pelaku eksibisionisme dengan secara sengaja mengekspos tubuh pasangannya agar orang lain dapat melihatnya dan merasa terangsang dengan reaksi orang lain tersebut.
  • Telephone Scatology. Pelaku eksibisionis cenderung melakukan phone sex tanpa persetujuan korban.

Baca Juga: 16 Jenis Orientasi Seksual pada Manusia, Anda yang Mana?

Cara Mengatasi Eksibisionis

Kebanyakan orang dengan gangguan eksibisionistik tidak akan mencari perawatan atau pengobatan untuk kondisinya. Mereka baru akan berobat bila tertangkap dan diberi kewajiban untuk menjalani perawatan tertentu. Perawatan eksibisionis biasanya melibatkan psikoterapi dan pengobatan, seperti sebagai berikut:

1. Psikoterapi

Terapis atau ahli kesehatan mental akan mengajari Anda tentang kemampuan koping, relaksasi, pelatihan empati, dan pengelolaan penyimpangan seksual. Ahli kesehatan mental juga akan membantu Anda untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan akar masalah dari suatu masalah kesehatan mental.

2. Terapi Kognitif

Salah satu jenis psikoterapi untuk mengatasi gangguan eksibisionistik adalah dengan terapi kognitif. Dalam terapi ini, pasien akan belajar cara mengidentifikasi pemicu pamer alat kelamin dan bagaimana cara mengelola dorongan dan fantasi seksual tersebut. Psikolog atau ahli kesehatan mental akan membantu Anda untuk mengalihkan fantasi seksual dalam bentuk lain yang lebih positif dan melakukan restrukturisasi kognitif.

3. Obat-obatan

Selama melakukan psikoterapi, Anda mungkin akan diberi resep obat-obatan untuk menghambat hormon seksual. Anda juga mungkin diberi obat penurun hasrat seksual, obat antidepresan, dan obat untuk mengatasi gangguan suasana hati seperti obat SSRI atau obat inhibitor reuptake serotonin selektif, leuprolide, dan medroksiprogesteron asetat.

Baca Juga: Terapi Konversi untuk Menyembuhkan LGBT, Efektifkah?

Dampak Negatif Eksibisionis pada Korban

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, perilaku eksibisionis sebenarnya tidak membahayakan korban karena cenderung tidak ada kontak seksual secara langsung atau pemerkosaan, namun perilaku menyimpang ini tetap sangat meresahkan korban dan dianggap sebagai kejahatan seksual.

Korban bisa merasa terancam, terhina, tidak nyaman, bahkan mungkin trauma secara seksual.

Selain itu, pelaku eksibisionis cenderung akan mengalami gangguan kepribadian, masalah dengan pasangan, serta disfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Pelaku juga akan dijauhi dan dikucilkan oleh masyarakat.

Cara Mencegah Eksibisionis

Seperti banyak kasus penyimpangan seksual lainnya, gangguan eksibisionistik mungkin sulit dicegah. Walaupun demikian, Anda bisa melakukan kontrol pada diri sendiri.

Bila Anda memiliki gejala eksibisionistik, mohon minta pertolongan pada orang terdekat lalu hubungi psikolog. Bagaimanapun, perilaku eksibisionistik bisa merugikan orang lain juga.

Selain itu, jika Anda melihat orang lain melakukan motif eksibisionisme, segera laporkan orang tersebut pada dinas sosial atau lembaga yang melayani aduan tentang kejahatan seksual.

 

  1. Anonim. 2019. Exhibitionism. https://www.psychologytoday.com/intl/conditions/exhibitionism. (Diakses pada 4 Januari 2021).
  2. Anonim. 2019. Exhibitionism. https://www.britannica.com/topic/exhibitionism. (Diakses pada 4 Januari 2021).
  3. Brown , George. 2019. Exhibitionism. https://www.msdmanuals.com/home/mental-health-disorders/sexuality-and-sexual-disorders/exhibitionism. (Diakses pada 4 Januari 2021).
  4. Stöppler, Melissa Conrad. 2019. Medical Definition of Exhibitionism. https://www.medicinenet.com/exhibitionism/definition.htm. (Diakses pada 4 Januari 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi