Terbit: 21 June 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Neuroblastoma adalah salah satu jenis kanker yang menyerang anak-anak. Kanker ini bermula dari saraf tertentu yang sangat awal, paling sering pada embrio atau janin. Simak penjelasan lengkap mengenai gejala, penyebab, hingga pengobatannya dalam ulasan berikut.

Neuroblastoma: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Neuroblastoma?

Sekitar 75 persen kanker langka ini diderita anak dibawah usia 5 tahun. Istilah ‘neuro’ pada penyakit ini mengacu pada saraf, sedangkan ‘blastoma’ mengacu pada kanker yang bermula pada sel-sel saraf yang belum berkembang. 

Neuroblastoma kerap kali berasal dari jaringan kelenjar adrenal di perut. Sebagian lagi, muncul pertama kali pada ganglion simpatis dekat tulang belakang pada area dada, leher, atau panggul. Belum diketahui pasti penyebab munculnya kanker ini, namun faktor keturunan diduga ikut berperan dalam terbentuknya sel-sel tumor.

Neuroblastoma bisa tumbuh dan menyebar dengan cepat, namun ada juga yang bermetastasis dengan lambat. Namun, pada kasus tertentu terutama pada anak kecil, sel kanker mati dan tumor menghilang dengan sendirinya. 

Seberapa Umum Penyakit Neuroblastoma Terjadi?

Neuroblastoma adalah jenis kanker yang paling sering menyerang anak-anak, daripada orang dewasa. Penyakit ini umumnya menjadi kondisi bawaan sejak lahir, tetapi sering kali terlambat didiagnosis. 

Usia rata-rata anak yang didiagnosa mengalami neuroblastoma adalah sekitar 1-2 tahun. Perlu diketahui, kondisi jarang terdeteksi terdeteksi dengan USG saat pemeriksaan kandungan. Sekitar 9 dari 10 kasus neuroblastoma terdiagnosa pada usia 5 tahun. 

Baca Juga: Kenali 9 Jenis Kanker yang Rentan Menyerang Anak

Gejala Neuroblastoma

Gejala awal biasanya perut yang membesar, perut terasa penuh, dan perut terasa nyeri. Gejalanya juga bisa berhubungan dengan penyebaran tumor. Namun, neuroblastoma umumnya ditandai dengan keluhan seperti: 

  • Nyeri perut
  • Muntah
  • Hilang nafsu makan
  • Berat badan menurun
  • Tubuh mudah lelah
  • Nyeri tulang
  • Demam

Selain beberapa gejala di atas, gejala lain juga bisa terjadi tergantung pada bagian tubuh yang terserang dan tingkat keparahannya. Berikut penjelasannya:

1. Neuroblastoma di Perut

  • Sembelit.
  • Diare.
  • Kulit perut terasa keras jika disentuh.
  • Pembengkakan pada perut.

2. Neuroblastoma di Dada

  • Sesak napas disertai mengi.
  • Nyeri dada.
  • Perbedaan ukuran pupil dan penurunan kelopak mata. 

3. Neuroblastoma di Saraf Tulang Belakang 

  • Pincang. 
  • Kelumpuhan.
  • Gangguan buang air kecil dan buang air besar.

Baca Juga: Sistem Saraf pada Manusia: Jenis, Fungsi, dan Penyakit yang Bisa Terjadi

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Periksakan kondisi anak Anda ke dokter apabila mengalami  gejala seperti yang sudah disebutkan di atas. Beri tahu dokter, jika anak mengalami perubahan perilaku.

Neuroblastoma dapat menyerupai gejala dari penyakit lain sehingga pemeriksaan perlu dilakukan guna memastikan kondisi yang dialami. Hal ini memungkinkan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan peluang untuk sembuh. 

Penyebab Neuroblastoma

Belum diketahui secara pasti penyebab kemunculan kanker ini, namun beberapa kondisi diduga berperan dalam terbentuknya sel-sel tumor. 

Sel saraf dan sel kelenjar adrenal manusia berkembang dari neuroblast saat masih di dalam rahim. Setelah lahir, tidak ada lagi neuroblast yang tersisa.

Kalaupun masih ada, sel-sel tersebut berangsur-langsung akan menghilang dengan sendirinya seiring waktu. Akan tetapi, pada neuroblastoma, sisa neuroblast yang ada justru terus berkembang hingga membentuk tumor

Faktor Risiko

Bayi yang lahir dengan cacat bawaan diketahui lebih berisiko terkena neuroblastoma. Selain itu, penyakit ini juga lebih rentan terjadi pada seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat kondisi ini. Meski begitu, neuroblastoma umumnya bukan penyakit turunan.

Dalam kebanyakan kasus, baik penyebab dan faktor risikonya tidak bisa diketahui secara pasti. 

Diagnosis Neuroblastoma

Guna mendiagnosis kondisi ini, dokter biasanya akan melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami, riwayat penyakit, dan riwayat kanker pada keluarga.

Setelah itu, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan saraf dengan melihat fungsi, refleks dan kemampuan koordinasi saraf. Pemeriksaan tersebut meliputi: 

  • Tes darah atau urine, untuk mendeteksi kadar zat katekolamin yang sangat tinggi di dalam tubuh akibat produksi berlebihan oleh sel neuroblastoma
  • Pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI, untuk mendeteksi dan melihat tumor
  • Aspirasi dan biopsi sumsum tulang, yaitu pengambilan sampel sel kanker untuk diuji di laboratorium, bila neuroblastoma dicurigai sudah menyebar ke sumsum tulang. 

Sedangkan untuk melihat penyebaran sel kanker, dokter umumnya melakukan MIBG atau meta-iodobenzyl-guanidine, bahan radioaktif yang disuntikan ke darah dan kemudian mengikat sel neuroblastoma. 

Perkembangan neuroblastoma itu sendiri, dapat digolongkan menjadi empat stadium, yaitu: 

  • Stadium I. Pada tahap ini, kanker berada di satu bagian tubuh dan belum menyebar. Pada stadium ini tumor dapat diangkat sepenuhnya dengan prosedur operasi. 
  • Stadium II. Pada tahap ini, sel kanker belum menyebar dan masih berada di satu bagian tubuh. Akan tetapi, kanker tidak dapat diangkat sepenuhnya melalui prosedur operasi.
  • Stadium III. Kanker bisa dihilangkan melalui operasi karena ukurannya yang sudah besar. Pada stadium ini, kanker berpotensi menyebar ke kelenjar getah bening terdekat. 
  • Stadium IV. Pada tahap ini, kanker sudah menyebar ke organ lain.

Baca Juga: Pemberian ASI Eksklusif Turunkan Risiko Leukemia pada Anak

Pengobatan Neuroblastoma

Pengobatan tergantung pada stadium dan tingkat keparahan. Kondisi lainnya seperti adanya kelainan pada gen dan kromosom anak atau tidak juga bisa menjadi pertimbangan. 

Berikut ini adalah beberapa metode penanganan yang dapat dilakukan untuk mengobati neuroblastoma, di antaranya: 

1. Tindakan Operasi

Operasi dilakukan pada kondisi neuroblastoma yang belum menyebar. Namun, jika area tumbuhnya tumor dekat dengan organ vital, seperti di sekitar saraf tulang belakang ata paru-paru, tindakan operasi bisa membahayakan pasien. Dokter biasanya akan melakukan prosedur lain. 

2. Kemoterapi

Jika operasi terlalu membahayakan pasien, kemoterapi bisa menjadi alternatif penanganan lainnya. Terapi ini dilakukan pada kondisi tertentu, misalnya karena sel tumor berukuran cukup besar atau telah menyebar.

Prosedur ini menggunakan obat khusus untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker dan menyatukannya. Setelah ukurannya mengecil, operasi pengangkatan kanker akan dilakukan.

3. Radioterapi

Radioterapi atau terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi, seperti sinar X untuk menghancurkan sel kanker.

Umumnya, terapi ini dapat dikombinasikan dengan operasi dan kemoterapi. Radioterapi juga dapat dilakukan untuk mencegah neuroblastoma kambuh.

4. Imunoterapi

Terapi menggunakan obat khusus yang dapat merangsang sistem kekebalan tubuh pasien untuk membunuh sel neuroblastoma. 

5. Transplantasi Sumsum Tulang 

Transplantasi sel punca (stem cell) dilakukan dengan mengambil sel punca dari sumsum tulang belakang pasien sendiri.

6. MIBG (meta-iodo benzyl-guanidine)

Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan MIBG yang mengandung radioaktif ke dalam aliran darah. MIBG ini nantinya akan masuk ke dalam sel kanker dan melepaskan radiasi untuk membunuh sel kanker.

Komplikasi Neuroblastoma

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita neuroblastoma, antara lain: 

  • Penyebaran sel kanker. Sel kanker menyebar hingga kebagian tubuh lain, seperti hati, sumsum tulang, kulit, hingga tulang.
  • Sindrom paraneoplastik. Sindrom ini terjadi akibat zat yang dikeluarkan oleh sel neuroblastoma. Umumnya menimbulkan gejala seperti, diare, perut bengkak, dan pergerakan mata cepat. 
  • Tekanan pada saraf tulang belakang. Kondisi ini terjadi akibat pertumbuhan tumor menekan saraf tulang belakang. Biasanya menyebabkan nyeri hingga kelumpuhan. 

Nah, itulah penjelasan lengkap seputar neuroblastoma yang umumnya terjadi pada anak-anak. Meski belum diketahui secara pasti bagaimana cara mencegah penyakit ini, pemeriksaan genetik dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan anak memiliki kondisi ini, terlebih jika terdapat riwayat di dalam keluarga.

 

  1. Anonim. 2022. Neuroblastoma. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/neuroblastoma/symptoms-causes/syc-20351017. (Diakses pada 12 Maret 2023) 
  2. Anonim. Key Statistics About Neuroblastoma. https://www.cancer.org/cancer/neuroblastoma/about/key-statistics.html. (Diakses pada 12 Maret 2023)
  3. Anonim. Sign and Symptoms of Neuroblastoma. https://www.cancer.org/cancer/neuroblastoma/detection-diagnosis-staging/signs-and-symptoms.html. (Diakses pada 12 Maret 2023) 
  4. Anonim. Neuroblastoma. https://www.nhs.uk/conditions/neuroblastoma/. (Diakses pada 12 Maret 2023) 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi