Terbit: 28 May 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Risiko hamil di usia remaja salah satunya menyebabkan banyak gangguan kesehatan pada calon ibu dan juga janin. Gangguan ini bisa saja terjadi pada fisik dan psikis. Dengan risiko yang cukup besar ini, maka wanita berusia remaja disarankan untuk menunda kehamilan dahulu hingga usianya cukup. Begitu  berusia 20 tahun, kehamilan bisa diupayakan. 

10 Risiko Berbahaya Hamil di Usia Remaja dan Tips Sehatnya

Dampak Kehamilan Remaja yang Berbahaya

Ada berbagai alasan yang mendasari kenapa wanita hamil yang belum terlalu cukup umur sangat berisiko dan akhirnya melakukan persalinan. Beriku dampak kehamilan remaja yang patut diwaspadai:

1. Keguguran

Wanita memang mengalami puber saat usianya memasuki 11 atau 12 tahun. Organ di dalam tubuhnya susah mulai bekerja sebagaimana mestinya. Ovarium menghasilkan sel telur dan rahim sudah menghasilkan endometrium yang nantinya luruh menjadi darah menstruasi. Siklus yang berulang-ulang ini menandakan wanita sudah dewasa.

Meski organ reproduksinya sudah mulai berjalan dengan lancar, kematangannya masih terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Bila kematangan ini tidak diperhatikan dan wanita hamil di usia yang masih muda, risiko remaja hamil kemungkinan terjadi keguguran cukup tinggi.

2. Kelahiran Prematur dan Cacat Bawaan

Seperti yang sebelumnya dijelaskan, risiko hamil di usia remaja bisa menyebabkan persalinan secara prematur. Bayi dengan usia 7 atau 8 bulan yang belum siap dilahirkan harus segera keluar dari rahim karena wanita tidak kuat lagi menahannya. Dinding rahim juga tidak kuat dengan bobot bayi yang besar.

Bayi yang lahir prematur juga akan mengalami bobot yang terlalu rendah. Kondisi ini membuat bayi yang dilahirkan rawan sekali tidak tumbuh sempurna hingga mengalami kematian. Beberapa wanita yang sempat mengonsumsi obat tertentu untuk menggugurkan kandungan biasanya memiliki bayi dengan kondisi cacat bawaan yang parah.

3. Gangguan pada Vagina

Saat melahirkan, bayi akan keluar dari rahim ke serviks hingga akhirnya keluar melalui lubang vagina. Kondisi ini menyebabkan luka di vagina menjadi terlalu besar. Area perineum akan mengalami luka yang cukup besar sehingga jahitan yang dialami juga besar dan bisa menurunkan estetik dari vagina.

Selain gangguan pada area vulva, dampak kehamilan remaja adalah kerusakan di area serviks dan sekitarnya juga menyebabkan gangguan yang besar. Wanita dengan usia di atas 20 tahun mungkin juga akan mengalami luka robek di vagina. Namun, fungsi organnya sudah maksimal sehingga kemungkinan penyembuhan juga lebih besar.

4. Perdarahan dan Anemia

Dampak kehamilan remaja biasanya mengalami anemia yang cukup parah. Terbaginya darah ibu dengan bayi dan kebutuhan zat besi yang besar bisa menyebabkan wanita mengalami lemas terlalu besar. Bahkan, beberapa kasus bisa menyebabkan pingsan.

Selain anemia yang menyebabkan rasa lemas terlalu besar. Pada saat melakukan persalinan, wanita juga akan mengalami perdarahan. Kontraksi dari rahim yang belum sempurna rawan sebabkan perdarahan akut dan berujung pada kematian dari ibu yang melakukan persalinan.

Baca juga: Bahaya Anemia pada Ibu Hamil yang Perlu Anda Waspadai

5. Depresi

Remaja yang berhasil melakukan persalinan tidak hanya akan mengalami cacat atau luka pada vagina saja. Risiko remaja hamil juga akan mengalami depresi yang cukup akut. Depresi ini muncul pasca-persalinan dalam bentuk baby blues atau gangguan lainnya.

Secara fisik, remaja mungkin bisa melahirkan dengan baik. Namun, secara mental tidak semua remaja sudah siap menjadi ibu. Hamil yang muncul akibat seks pranikah juga bisa menjadi penyebab depresi ini.

6. Tekanan Darah Tinggi

Memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan bisa sangat berbahaya bagi ibu dan janin. Ketika Anda mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan, ini juga dikenal sebagai hipertensi gestasional.

Jenis dampak kehamilan remaja pada ibu dan janin akan tergantung pada tingkat keparahan kondisinya dan dapat berkisar dari yang ringan sampai yang parah. Kondisi ini dapat merusak ginjal remaja yang sedang hamil serta organ-organ penting lainnya.

Kondisi ini juga menyebabkan kelahiran prematur dan berat lahir rendah pada bayi. Dalam kasus yang paling serius, tekanan darah tinggi saat kehamilan dapat menyebabkan preeklampsia bahkan eklampsia yang menyebabkan kondisi mengancam jiwa bagi ibu dan janin.

7. Penyakit Menular Seksual (PMS)

Ketika remaja mengalami banyak hormon yang bergejolak, ia juga berada pada usia di mana mereka bereksperimen dengan seksualitas.

Jika remaja berhubungan seks setelah hamil, dia mungkin berisiko tinggi terkena beberapa penyakit menular seksual (PMS) lainnya. PMS bisa sangat berbahaya bagi kesehatan remaja yang hamil dan bagi kesehatan janin.

8. Gizi Buruk

Karena remaja masih dalam tahap perkembangan, tubuhnya akan membutuhkan banyak nutrisi untuk berkembang. Jika wanita hamil di usia remaja, maka dia akan membutuhkan lebih banyak makanan bergizi yang seharusnya dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya, karena bayi dalam kandungan akan bergantung pada asupan nutrisi ibu.

Sementara beberapa remaja mungkin mengontrol berat berat (diet) yang diperlukan agar bisa mengenakan pakaian yang cukup selama kehamilan, namun ini berbahaya untuk kebutuhan nutrisi ibu dan janin.

Banyak remaja juga sangat sadar tentang berat badannya dan sering mengalami gangguan makan. Jika mengalami gangguan makan, ia berisiko mengalami anoreksia atau bulimia, itu bisa sangat berbahaya bagi kesehatan ibu dan janin.

9. Perawatan Kehamilan yang Tidak Benar

Dalam kebanyakan kasus, penyebab kehamilan pada remaja mungkin tidak menyadari cara terbaik untuk menggunakan perlindungan saat berhubungan seks. Akibatnya, dia mungkin tidak selalu yakin apakah dia hamil atau tidak, terutama karena dia mungkin masih bingung terhadap tanda-tanda dan gejala hamil.

Perawatan prenatal sangat penting untuk kesehatan ibu dan bayinya, tetapi jika remaja tidak menyadarinya, kemungkinan ia akan melewatkan tes, obat-obatan dan vaksinasi yang penting untuk ibu dan janin. Dan dampak kehamilan remaja dapat menyebabkan masalah kesehatan pada calon ibu dan janin.

10. Berat Lahir Rendah

Risiko remaja hamil cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rendah – yaitu bayi dengan berat kurang dari 5,5 kg. Sebuah penelitian April 2007 yang diterbitkan dalam  International Journal of Epidemiology, menemukan bahwa ibu yang berusia 10 hingga 19 tahun memiliki kemungkinan 14 persen lebih tinggi memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang berusia 20 hingga 24 tahun.

Bayi yang lahir dengan berat badan rendah berisiko lebih tinggi untuk sejumlah masalah yang dapat mempengaruhi jantung, paru-paru, dan otak ibu dan janin.

Baca juga: 15 Ciri-ciri Kehamilan Sehat yang Harus Bunda Ketahui

Tips Menjaga Kehamilan di Usia Muda

Menjaga kesehatan wanita yang hamil di bawah usia 20 tahun sebenarnya hampir sama dengan kehamilan yang umumnya terjadi pada usia matang. 

Akan tetapi, ibu hamil di usia remaja tetap perlu mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai kesehatan saat hamil. Hal ini bertujuan agar ibu hamil tidak lagi sembarangan dalam mengonsumsi makanan maupun melakukan aktivitas. Berikut ini beberapa tips menjaga kesehatan untuk ibu hamil di usia muda, yaitu: 

1. Mengontrol Asupan Kalori

Janin di dalam kandungan juga membutuhkan makanan untuk proses tumbuh kembangnya. Ibu hamil setidaknya membutuhkan sekitar 300 kalori tambahan setiap harinya. Sehingga tidak disarankan untuk mengonsumsi asupan kalori secara berlebihan. 

Saat masa kehamilan, termasuk hamil di usia remaja sebaiknya hindari makanan berkalori tinggi, seperti makanan manis dan makanan cepat saji, yang tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi ibu dan janin. 

2. Penuhi Asupan Gizi

Saat hamil tubuh membutuhkan asupan zat besi, kalsium, asam folat, protein, vitamin dan juga zinc. Agar nutrisi tetap terpenuhi dengan seharusnya, ibu hamil di usia muda dapat perbanyak konsumsi makanan alami dan kurangi makanan olahan dalam kemasan. 

Jika upaya memperbaiki gizi dirasa kurang optimal, konsultasikan pada dokter kandungan atau ahli gizi. 

3. Perbanyak Minum Air Putih

Selain kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan juga harus diperhatikan oleh ibu hamil. Saat hamil, setidaknya ibu hamil disarankan untuk minum air putih sebanyak 8 -12 gelas setiap hari. Tercukupinya kebutuhan cairan tubuh juga menurunkan risiko dehidrasi, sembelit, hingga infeksi pada ibu hamil. 

Asupan cairan, juga bisa ibu hamil dapatkan dengan mengonsumsi sup atau jus. Jika ingin menambahkan gula, pastikan tidak berlebihan. 

4. Menghindari Kebiasaan yang Kurang Baik 

Kehamilan bisa saja membuat sebagian orang menjadi malas bergerak. Akan tetapi, ibu hamil sebaiknya mengurangi kebiasaan buruk ini. 

Beberapa kebiasaan yang membahayakan janin seperti merokok dan minum alkohol juga harus dihentikan. Sebab, semua kebiasaan buruk tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit, seperti hipertensi, diabetes, hingga gangguan perkembangan bayi.

5. Rutin Berolahraga

Kesehatan ibu hamil di usia muda akan lebih baik jika diimbangi dengan berolahraga secara rutin. Olahraga untuk ibu hamil, akan membuat tubuh ibu hamil terus bergerak. 

Dengan berolahraga, ibu hamil tidak hanya mencegah kenaikan berat badan berlebih, jenis olahraga tertentu juga dapat mencegah nyeri punggung dan menjaga mood ibu hamil. 

6. Rutin Periksa Kesehatan Kehamilan

Langkah terakhir untuk menjaga kesehatan saat hamil muda adalah dengan rutin memeriksakan kehamilan pada dokter kandungan. 

Selain untuk mengetahui bagaimana perkembangan janin, langkah ini dinilai memudahkan ibu hamil untuk mendapatkan penanganan yang tepat apabila mengalami gangguan kesehatan. 

Kiat Mencegah Hamil yang Tidak Diinginkan di Usia Muda

Berikut beberapa kiat untuk mencegah kehamilan di usia muda yang tidak diinginkan, di antaranya: 

  • Hindari berhubungan intim saat masa subur. Agar kehamilan bisa dicegah, Anda bisa menghitung masa subur dan ovulasi dengan kalkulator masa subur, atau menggunakan alat tes kesuburan. 
  • Pahami metode kontrasepsi yang cocok. Pelajari jenis-jenis kontrasepsi seperti kondom, pil KB, KB spiral atau IUD, atau KB suntik. Setelah itu, tentukan dengan pasangan jenis KB apa yang sesuai dengan kebutuhan. 
  • Gunakan kontrasepsi dengan benar. Bacalah aturan pakai kondom atau pil KB, serta cari tahu kapan Anda harus periksa dengan dokter bila menggunakan KB spiral atau suntik.

Mengingat gangguan atau risiko remaja hamil cukup tinggi, ada baiknya untuk mencegah penyebab kehamilan pada remaja, pernikahan dini atau tidak melakukan seks pranikah yang tidak aman dan berisiko ya, Teman Sehat!

  1. American Pregnancy Association. How to Have a Healthy Teen Pregnancy. https://americanpregnancy.org/unplanned-pregnancy/healthy-teen-pregnancy/. (Diakses pada 21 April 2023) 
  2. Rokom. 2017. Inilah Risiko Hamil di Usia Remaja. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20170930/5823163/inilah-risiko-hamil-usia-remaja/. (Diakses pada 21 April 2023)
  3. Hodgkinson Stacy. Et al. 2014. Addressing the Mental Health Needs of Pregnant and Parenting Adolescents. https://publications.aap.org/pediatrics/article-abstract/133/1/114/68415/Addressing-the-Mental-Health-Needs-of-Pregnant-and?redirectedFrom=fulltext. (Diakses pada 21 April 2023) 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi