Terbit: 18 October 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

DokterSehat.Com – Depresi adalah gangguan suasana hati yang dapat terlihat dari perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli terus menerus. Depresi bisa memengaruhi perasaan, perilaku dan membuat penderitanya memiliki berbagai masalah emosi dan fisik.

Depresi: Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatan

Kondisi ini juga disebut gangguan depresi mayor atau depresi klinis, yang memengaruhi cara seseorang merasakan, berpikir, dan berperilaku, serta dapat menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik.

Penderita depresi mungkin mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang normal, dan terkadang merasa seolah hidup tidak berguna.

Depresi tidak mudah diobati, karena memerlukan perawatan jangka panjang. Tetapi, kebanyakan penderita depresi akan merasa lebih baik setelah mendapatkan pengobatan, psikoterapi atau keduanya.

Jenis Depresi

Terdapat berbagai jenis depresi dengan gejala yang beragam, mulai dari yang ringan sampai dengan yang parah. Beberapa jenis gangguan depresi umum yang bisa dikenali adalah:

1. Depresi Katatonik

Sebuah kondisi di mana seseorang menjadi tidak responsif pada interkasi sosial dan penderita jenis depresi ini mungkin tidak tergerak sama sekali.

2. Depresi Psikotik

Seseorang yang mengalami jenis depresi ini cenderung tidak dapat menilai kenyataan yang terjadi atau disebut psikotik. Bentuk dari depresi ini adalah delusi ide, paranoia dan halusinasi.

3. Gangguan Afektif Musiman (Seasonal Affective Disorder)

Jenis depresi ini biasanya terjadi pada seseorang di setiap tahun pada waktu yang sama (pola musiman), selama musim gugur atau musim dingin ketika paparan sinar matahari kurang.

4. Gangguan Bipolar (Depresi Akut)

Seseorang yang mengalami bipolar menunjukkan suana hati yang parah. Penderita bisa menjadi tertekan setelah itu menjadi bahagia di waktu lain. Penderitanya bisa mengalami periode depresi serta periode mania, dengan suasana hati yang normal di antara kedua periode tersebut.

5. Dysthymia (Depresi Kronis)

Ini adalah jenis depresi yang lebih ringan tetapi kronis, di mana gejala dapat muncul untuk jangka waktu yang lama. Pasien dengan kondisi ini masih dalam kondisi yang normal, tetapi terlihat tidak bahagia terus-menerus.

6. Depresi Sebelum dan Pasca-Melahirkan

Kondisi ini juga dikenal sebagai baby blues, di mana kondisi terkait dengan stres bisa terjadi pada wanita salama kehamilan dan setelah melahirkan.

7. Gangguan Depresi Mayor (Major Depressive Disorder)

Seseorang yang mengalami jenis depresi ini merasakan putus asa yang terus menerus sehingga mereka tidak dapat hidup secara normal dan tidak menikmati hidup.

Penting untuk diketahui, menggolongkan beberapa jenis depresi ini dapat menentukan jenis pengobatan terbaik bagi penderitanya.

Penyebab Depresi

Terdapat berbagai faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami depresi, di antaranya:

1. Penganiayaan

Penyebab depresi yang pertama adalah penyiksaan fisik, seksual, atau emosional di masa lalu, yang dapat meningkatkan risiko terhadap depresi secara klinis di kemudian hari.

3. Obat-Obatan Tertentu

Beberapa obat tertentu dapat meningkatkan risiko depresi, seperti isotretinoin (digunakan untuk mengobati jerawat), obat antivirus interferon-alfa, dan kortikosteroid.

3. Konflik

Seseorang yang memiliki kerentanan biologis untuk mengalami depresi yang dapat dipicu dari konflik pribadi atau perselisihan dengan anggota keluarga atau teman.

4. Kematian atau Kehilangan Seseorang

Kesedihan atau kesedihan karena kematian atau kehilangan orang yang dicintai, meskipun wajar, dapat menjadi penyebab depresi.

5. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang mengalami depresi dapat meningkatkan risiko. Depresi adalah sifat yang kompleks, artinya mungkin ada banyak gen berbeda yang masing-masing menimbulkan efek kecil, daripada gen tunggal yang berkontribusi terhadap risiko penyakit.

Depresi akibat riwayat keluarga, seperti kebanyakan gangguan kejiwaan, tidak sesederhana atau langsung seperti pada penyakit genetik murni – Huntington’s chorea atau cystic fibrosis.

6. Peristiwa Besar

Peristiwa baik seperti memulai pekerjaan baru, lulus sekolah, atau menikah bahkan dapat menjadi penyebab depresi.

Pindah pekerjaan, kehilangan pekerjaan atau penghasilan, bercerai, atau pensiun juga berisiko depresi. Namun, sindrom depresi klinis tidak pernah sekadar respons normal terhadap peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.

7. Masalah Pribadi Lainnya

Berbagai masalah seperti dikucilkan di lingkungan karena penyakit mental lainnya, diusir dari keluarga, atau kelompok sosial, dapat meningkatkan risiko depresi klinis.

8. Penyakit Serius

Terkadang depresi hidup berdampingan dengan penyakit serius atau dapat dipicu oleh kondisi medis lainnya.

9. Penyalahgunaan Narkoba

Penyebab depresi berikutnya diakibatkan oleh penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras.

Hampir 30% orang mengalami masalah penyalahgunaan zat juga mengalami depresi berat atau klinis. Bahkan jika narkoba atau alkohol sementara membuat seseorang merasa lebih baik, pada akhirnya Ia akan memperburuk depresi.

Gejala Depresi

Ketika menderita depresi, beberapa orang akan tidur lebih banyak, sementara ciri-ciri orang depresi lainnya bisa menimbulkan menurunkan nafsu makan dan gejala sulit tidur.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri orang depresi paling umum yang bisa mengarah pada kehadiran depresi, di antaranya:

1. Perasaan

  • Kesedihan
  • Putus asa
  • Merasa bersalah
  • Murung
  • Mudah marah
  • Tidak tertarik berinteraksi dengan teman-teman, keluarga dan kegiatan favorit, termasuk seks

2. Pikiran

  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Kesulitan membuat keputusan
  • Kesulitan mengingat
  • Pikiran yang merugikan diri sendiri
  • Delusi atau halusinasi juga dapat terjadi dalam kasus-kasus depresi berat

3. Perilaku

  • Menarik diri dari kehidupan sosial
  • Penyalahgunaan zat (NAPZA)
  • Kehilangan pekerjaan
  • Melakukan upaya yang merugikan diri sendiri seperti mencoba bunuh diri atau menyakiti diri sendiri

4. Masalah fisik

  • Kelelahan atau kekurangan energi
  • Sakit dan nyeri tanpa sebab
  • Perubahan nafsu makan
  • Masalah berat badan
  • Perubahan pola tidur, kebanyakan tidur atau terlalu banyak tidur

5. Masalah Seksual

Kurangnya gairah seksual sehingga berujung pada ketidakharmonisan rumah tangga.

Pada akhirnya, jika beberapa gejala depresi yang disebutkan di atas tengah Anda alami, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan pengobatan depresi yang tepat.

Diagnosis Depresi

Sebelum mendapatkan penanganan dokter, penderita mungkin merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana depresi didiagnosis. Berikut beberapa tes depresi yang dilakukan untuk mendiagnosis depresi:

1. Evaluasi kejiwaan

Para dokter umumnya mengajukan serangkaian pertanyaan yang disebut alat skrining untuk mengidentifikasi depresi dengan pertanyaan berikut:

  • Bagaimana perasaan Anda saat ini?
  • Bagaimana perasaan Anda selama 1 minggu terakhir?
  • Apakah Anda menarik diri dari kehidupan sosial?

2. Pemeriksaan Fisik

Dokter dapat melakukan tes depresi dengan pemeriksaan fisik dan bertanya tentang kesehatan Anda. Dalam beberapa kasus, depresi dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik yang mendasarinya.

3. Tes Laboratorium

Dokter mungkin menganjurkan tes darah yang disebut hitung darah lengkap atau menguji tiroid  untuk memastikan berfungsi dengan baik.

4. DSM-5

Tes depresi berikutnya psikolog dapat menggunakan kriteria untuk depresi yang tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5), yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association.

Komplikasi Depresi

Depresi adalah gangguan serius yang bisa berakibat fatal bagi penderitanya. Depresi biasanya menjadi lebih buruk jika tidak segera diobati, mengakibatkan masalah emosional, perilaku dan kesehatan.

Sejumlah komplikasi yang terkait dengan depresi meliputi:

  1. Kelebihan berat badan (obesitas), yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan diabetes.
  2. Nyeri atau penyakit fisik
  3. Alkohol atau penyalahgunaan narkoba
  4. Kecemasan, mudah panik atau fobia sosial
  5. Konflik keluarga, kesulitan manjalani hubungan, dan masalah pekerjaan atau sekolah
  6. Isolasi sosial atau terkucilkan
  7. Percobaan bunuh diri
  8. Menyiksa diri sendiri secara fisik
  9. Kematian dini akibat kondisi medis

Pengobatan Depresi

Beberapa cara untuk pengobatan depresi tergantung pada karakteristik dan gejala masing-masing individu. Beberapa langkah untuk mengatasi penyakit depresi di antaranya:

1. Obat-obatan

Dokter mungkin menyarankan sejumlah obat antidepresan atau obat mood-stabilizer. Beberapa obat yang sering digunakan yaitu fluoxetine, sertraline, paroxetine, citalopram dan escitalopram. Obat-obat tersebut termasuk obat golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).

Selain itu juga ada obat bupropion, venlafaxine dan duloxetine. Beberapa obat ini menimbulkan efek samping seperti mual, gangguan seksual, dan meningkatnya berat badan.

2. Psikoterapi

Psikoterapi adalah sebuah metode yang mengajarkan penderita depresi untuk berperilaku dan berpikir dalam cara yang baru. Terapi ini bisa membantu penderita untuk melewati kondisi yang menyebabkannya depresi.

3. Terapi Elektrokonvulsif

Penderita depresi berat yang tidak merespons setelah diberikan obat-obatan dan psikoterapi, sering kali dilakukan terapi elektrokonvulsif (ECT) yang dilakukan di bawah pengaruh obat bius.

ECT adalah sebuah terapi yang berisiko. ECT bisa menyebabkan efek samping seperti amnesia (hilang ingatan) dan kebingungan. Efek samping yang terjadi hanya sementara, namun terkadang efek tersebut juga bisa menempel terus.

4. Olahraga

Usahakanlah melakukan aktivitas fisik selama 30 menit, tiga hingga lima hari dalam seminggu. Olahraga dapat meningkatkan produksi endorfin dalam tubuh, merupakan hormon yang meningkatkan suasana hati.

5. Terapi Cahaya

Paparan cahaya putih sesuai dosis dapat membantu mengatur suasana hati dan mengatasi gejala depresi. Terapi cara ini biasanya digunakan pada depresi musiman.

6. Terapi Alternatif

Konsultasikan dengan dokter tentang akupunktur atau meditasi. Beberapa suplemen herbal juga dapat digunakan untuk mengobati depresi.

Sebelum menggunakan suplemen atau menggabungkan suplemen dengan obat resep, konsultasikan dengan dokter karena beberapa suplemen dapat bereaksi dengan obat-obatan tertentu. Beberapa suplemen juga dapat memperburuk depresi atau mengurangi efektivitas pengobatan.

Pencegahan Depresi

Tidak ada cara secara pasti yang dapat mencegah depresi. Tetapi, tips berikut ini dapat membantu:

  1. Lakukan langkah-langkah yang dapat mengendalikan stres, untuk meningkatkan ketahanan dan meningkatkan harga diri Anda.
  2. Dekaatilah keluarga dan teman-teman, terutama di saat krisis, untuk membantu Anda menghadapi kesulitan.
  3. Carilah perawatan untuk gejala depresi paling awal dari suatu masalah untuk membantu mencegah depresi memburuk.
  4. Pertimbangkan untuk mendapatkan perawatan pemeliharaan jangka panjang untuk membantu mencegah kekambuhan gejala depresi.

 

 

Sumber:

  1. Depression (major depressive disorder). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/symptoms-causes/syc-20356007. (Diakses 18 Oktober 2019)
  2. Causes of Depression. https://www.webmd.com/depression/guide/causes-depression#1. (Diakses 18 Oktober 2019)
  3. 7 Common Types of Depression. https://www.verywellmind.com/common-types-of-depression-1067313. (Diakses 18 Oktober 2019)
  4. Everything You Want to Know About Depression. https://www.healthline.com/health/depression#natural-treatment. (Diakses 18 Oktober 2019)

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi