Setiap kehamilan memiliki risiko untuk mengalami keguguran. Pada beberapa kondisi, seorang wanita ada yang mengalaminya hingga lebih dari satu kali. Lantas, apa yang menjadi penyebab keguguran berulang? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut.
Mengenali Faktor Penyebab Keguguran Berulang
Keguguran merupakan kondisi yang ternyata cukup umum ditemui. Bahkan, menurut studi dalam jurnal Rev Obstet Gynecol, sekitar 15 persen kehamilan berujung pada keguguran.
Kasus kematian bayi di dalam janin ini tentu akan berdampak pada pasangan, baik secara fisik maupun mental. Apalagi jika keguguran terjadi lebih dari satu kali.
Keguguran yang terjadi berulang dikenal sebagai recurrent pregnancy loss (RPL). Ini adalah keguguran yang terjadi lebih dari dua kali.
Sebelum Anda dan pasangan mencoba melakukan program hamil kembali, kenali berbagai faktor penyebab keguguran berulang berikut ini:
1. Kelainan Genetik
Salah satu faktor yang bisa mengakibatkan keguguran berulang adalah masalah pada kromosom. Menurut penelitian tahun 2009, sekitar dua hingga 4 persen kejadian recurrent pregnancy loss berkaitan dengan masalah pada kromosom.
Pada sekitar 4 persen pasangan yang mengalami keguguran berulang; salah satu pasangan atau keduanya memiliki kelainan struktur kromosom.
2. Masalah pada Hormon
Faktor penyebab keguguran berulang selanjutnya yaitu adanya masalah pada sistem endokrin. Endokrin sendiri merupakan kelenjar yang bertugas melepaskan hormon.
Beberapa gangguan pada endokrin yang bisa mencetuskan keguguran hingga 17 sampai 20 persen, yaitu:
- Luteal phase defect (LPD).
- Sindrom ovarium polikistik (PCOS).
- Diabetes melitus.
- Penyakit tiroid.
- Hiperprolaktinemia (kondisi ketika kadar hormon prolaktin dalam darah lebih banyak dari jumlah normal).
Baca Juga: Keguguran: Penyebab, Gejala, Perawatan
3. Gangguan Darah
Kelainan bawaan membuat beberapa wanita rentan mengalami pembekuan darah (trombofilia). Kondisi ini ternyata bisa menjadi penyebab keguguran berulang.
Risiko kejadian keguguran karena trombofilia bisa meningkat pada wanita yang pernah mengalami keguguran pada akhir trimester pertama atau trimester kedua.
Sementara itu, sekitar 15-20 persen wanita yang mengalami keguguran berulang memiliki sindrom antifosfolipid (APS). Ini adalah kondisi yang membuat darah wanita hamil menggumpal.
4. Kelainan pada Rahim
Wanita dengan kelainan pada rongga rahim berisiko mengalami keguguran berulang. Kondisi ini menyumbang sekitar 10-15 persen kasus yang ada. Contoh kelainan pada rahim yaitu fibroid, polip, dan kelainan rahim bawaan.
Kelainan rahim bawaan memang sering kali berkaitan dengan keguguran pada trimester kedua dan kelahiran prematur. Namun, kondisi ini juga dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran berulang.
5. Adanya Infeksi
Infeksi tertentu bisa meningkatkan kejadian keguguran berulang. Beberapa infeksi yang dimaksud, yaitu:
- Chlamydia trachomatis.
- Mikoplasma.
- Ureaplasma.
- L. monocytogenes.
- Herpes simpleks virus (HSV).
Baca Juga: Kapan Waktu yang Aman untuk Hamil Lagi Setelah Keguguran?
6. Penyakit Autoimun
Penyebab keguguran berulang selanjutnya adalah penyakit autoimun. Mengutip studi yang diterbitkan di jurnal Agromedicine Unila, berbagai penyebab autoimun tersebut, di antaranya:
- Sindrom antifosfolipid.
- Diabetes melitus.
- Crohn’s disease.
- Inflammatory bowel syndrome.
- Systemic lupus erythematosus (SLE).
- Penyakit tiroid.
7. Gaya Hidup Tidak Sehat
Faktor keguguran berulang bisa terjadi karena pola hidup yang tidak baik, seperti kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol dan kafein yang berlebihan. Kebiasaan tersebut bisa mengganggu perkembangan janin di dalam kandungan.
Oleh karena itu, jika merencanakan kehamilan kembali, ubahlah gaya hidup menjadi lebih sehat. Hindari berbagai kebiasaan yang disebutkan sebelumnya.
Selain itu, kelola stres dengan baik serta jaga selalu berat badan dalam batas ideal.
8. Kelemahan Serviks
Jika Anda memiliki riwayat keguguran terlambat (late miscarriages) dan dianggap berisiko mengalami inkompetensi serviks atau kelemahan serviks. Dengan kondisi ini mungkin Anda akan disarankan skrining ketika 14 minggu kehamilan untuk menilai panjang serviks Anda.
Bergantung pada kehamilan dan riwayat medis dan/atau temuan pemindaian, Anda mungkin disarankan untuk menjalani cerclage serviks (jahitan serviks) sebelum atau selama kehamilan.
Baca Juga: 11 Ciri-ciri Kehamilan Sehat yang Harus Bunda Ketahui
Cara Mencegah Keguguran Berulang
Sebagian besar keguguran berulang disebabkan oleh faktor kelainan kromosom, yang berarti tidak bisa dicegah. Namun, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk mencegah keguguran dan mempersiapkan kehamilan yang sehat.
Berikut ini cara mencegah keguguran berulang, di antaranya:
1. Batasi Konsumsi Kafein
Meskipun studi tentang kaitan antara kafein dan keguguran memiliki hasil yang beragam, bahan kimia tersebut telah terbukti dapat melewati plasenta yang menyediakan oksigen dan nutrisi untuk bayi di dalam kandungan.
Kafein dapat menurunkan aliran darah ke plasenta, jadi dokter mungkin menyarankan Anda untuk membatasi asupan kafein hingga kurang dari 200 miligram per hari. Ini jumlah dalam secangkir kopi.
2. Kelola Stres
Selain meningkatkan suasana hati (mood) Anda secara keseluruhan, tetap rileks juga bisa membantu kehamilan yang sehat.
Menurut studi di tahun 2017 bahwa stres dapat meningkatkan risiko keguguran sebanyak 42%. Namun, perlu diingat bahwa ketegangan atau kecemasan sehari-hari tidak terkait dengan keguguran.
Masalahnya terjadi karena tekanan besar, seperti perceraian, pelecehan, atau jenis kehilangan lainnya. Jika Anda mengalami stres yang signifikan, sebaiknya bicarakan dengan dokter tentang cara meredakan stres, seperti terapi atau pengobatan.
3. Kelola Diabetes dan Kondisi Kronis Lainnya
Peningkatan kadar gula darah dapat menyebabkan malformasi janin dan keguguran berulang, sehingga ibu hamil dengan diabetes harus mengontrol kondisinya.
Langkah pencegahan terbaik adalah menemui dokter sebelum hamil untuk mengoptimalkan kesehatan Anda. Gangguan medis kronis lainnya termasuk hipotiroidisme, hipertensi, dan penyakit autoimun perlu ditangani dan dikontrol dengan baik sebelum kehamilan.
Memulai perawatan dengan dokter di awal kehamilan adalah kunci keberhasilan kehamilan pada wanita dengan kondisi medis kronis.
4. Olahraga Ringan
Meskipun sedang hamil, Anda masih bisa melakukan rutinitas olahraga ringan. Namun, sebaiknya lakukan setelah trimester pertama kehamilan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik yang sangat tinggi dan kuat dapat dikaitkan dengan keguguran dini, meskipun kaitan pastinya tidak 100% jelas. Untuk itu, lakukan jenis olahraga untuk ibu hamil, seperti yoga, senam hamil, atau berenang.
5. Skrining Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual (PMS) tertentu dapat meningkatkan risiko keguguran. Jika Anda mengeluhkan gejala seperti gatal-gatal pada vagina, keputihan, atau buang air kecil yang menyakitkan, atau jika Anda merasa terkena PMS, penting untuk menjalani tes sebelum berencana untuk hamil.
Sebaiknya kunjungi dokter untuk pemeriksaan terhadap penyakit radang panggul, klamidia, sifilis, gonore, dan herpes, yang semuanya meningkatkan risiko keguguran.
6. Konsumsi Asam Folat
Biasanya, dokter kandungan menganjurkan agar wanita yang menjalani program hamil untuk mengonsumsi asam folat setiap hari. Suplemen vitamin B ini dapat membantu mengurangi kemungkinan keguguran dan cacat lahir. Dokter akan menentukan jumlah atau dosis yang tepat untuk Anda.
Nah, itulah berbagai kondisi yang bisa menjadi faktor penyebab keguguran berulang dan cara mencegahnya. Jika Anda mengalami kondisi ini, segera konsultasikan dengan dokter kandungan untuk mendapatkan solusi terbaik. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!
- Anonim. 2020. Repeated Miscarriages. https://www.acog.org/womens-health/faqs/repeated-miscarriages. (Diakses pada 8 Desember 2022).
- Anonim. Recurrent Pregnancy Loss Causes. https://www.ucsfhealth.org/conditions/recurrent-pregnancy-loss/causes. (Diakses pada 8 Desember 2022).
- Anonim. Tanpa Tahun. Preventing Recurrent Miscarriage. https://nyulangone.org/conditions/recurrent-miscarriage/prevention (Diakses pada 4 April 2023)
- Ford, Holly B. & Schust, Danny J. 2009. Recurrent Pregnancy Loss: Etiology, Diagnosis, and Therapy. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2709325/. (Diakses pada 8 Desember 2022).
- Rodiani & Yanita, Bella. 2018. Recurrent Pregnancy Loss. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/2124. (Diakses pada 8 Desember 2022).
- Vengrow, Bonnie G. 2023. 10 Ways to Lower Your Miscarriage Risk. https://www.parents.com/pregnancy/complications/miscarriage/preventing-miscarriage-is-there-anything-you-can-do/ (Diakses pada 4 April 2023)