Terbit: 28 October 2021
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Aborsi adalah tindakan yang dilakukan untuk menggugurkan kandungan karena alasan medis. Tindakan ini dapat menimbulkan risiko yang berbahaya jika dilakukan tidak benar. Apa saja bahaya aborsi bagi kesehatan? Simak penjelasannya berikut ini!

Mengenal 8 Bahaya Aborsi bagi Kesehatan

Apa itu Aborsi?

Aborsi adalah prosedur medis yang bertujuan untuk menggugurkan kandungan sebelum usia kehamilan 20 minggu (sebelum trimester kedua selesai). Tindakan ini dapat dilakukan karena alasan tertentu, misalnya kehamilan mengancam nyawa ibu, keguguran, atau kehamilan akibat pemerkosaan.

Tindakan biasanya melibatkan pemberian obat-obatan atau operasi. Keduanya bertujuan untuk mengeluarkan embrio atau janin dan plasenta dari rahim. Prosedur ini harus dilakukan oleh tenaga medis profesional yang berlisensi.

Keputusan untuk mengakhiri kehamilan sangat bersifat pribadi. Jika berpikir untuk melakukan aborsi, sebagian besar penyedia layanan kesehatan menyarankan untuk melakukan konseling.

Baca Juga8 Faktor Penyebab Keguguran Berulang dan Tips Mencegahnya

Sejumlah Bahaya Aborsi

Setelah wanita menjalani aborsi, ada sejumlah efek samping ringan yang dapat dialami, seperti mual, kram perut, lemas, dan perdarahan ringan. Seiring dengan berjalannya waktu, keluhan akan berkurang.

Pada beberapa kondisi, aborsi dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius. Beberapa bahaya dari tindakan aborsi, antara lain:

1. Perdarahan

Perdarahan yang parah berisiko terjadi setelah tindakan aborsi dilakukan. Risiko ini dapat meningkat jika tindakan dilakukan pada usia kehamilan di atas 20 minggu.

Selain usia kehamilan, faktor lain yang meningkatkan risiko perdarahan berat setelah aborsi adalah adanya ari-ari atau jaringan janin yang tertinggal di dalam rahim. Jika mengalaminya, tindakan kuret dan transfusi darah harus dilakukan.

2. Infeksi

Salah satu bahaya aborsi adalah risiko infeksi. Gejala yang bisa muncul akibat infeksi, yaitu nyeri pada panggul dan keputihan yang berbau.

Pada infeksi yang berat, sepsis bisa dialami. Ini dapat terjadi apabila infeksi bakteri masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Ketika infeksi terlanjur menyerang tubuh, hal ini dapat menyebabkan tekanan darah menurun. Kondisi ini dikenal dengan syok sepsis.

Sepsis dapat terjadi pada aborsi dengan menggunakan obat maupun tindakan bedah. Risiko juga akan meningkat jika pengguguran dilakukan sebelum atau setelah 14 minggu usia kehamilan.

3. Kerusakan pada Vagina dan Rahim

Aborsi yang tidak dilakukan dengan benar dapat menyebabkan kerusakan pada vagina dan rahim. Kerusakan yang dimaksud dapat berupa adanya luka yang berat di area vagina dan rahim.

Selain itu, aborsi juga dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit pada organ reproduksi wanita, termasuk radang panggul dan endrometritis.

Baca JugaIni Bahayanya Jika Perut Ibu Hamil Terbentur

4. Plasenta Previa

Bahaya aborsi dapat meningkatkan risiko mengalami plasenta previa pada kehamilan berikutnya. Ini adalah kondisi yang mengancam nyawa ibu dan janin sebanyak tujuh hingga 15 kali lipat.

Perkembangan plasenta yang tidak normal karena kerusakan rahim akibat aborsi dapat meningkatkan risiko malformasi janin, bayi lahir mati, dan perdarahan berlebihan selama persalinan.

5. Cacat Lahir pada Bayi

Tidak hanya pada ibu, bahaya aborsi juga bisa menimpa bayi. Hal ini berkaitan dengan kerusakan serviks dan rahim pascatindakan.

Kerusakan pada serviks dan rahim dapat meningkatkan kelahiran prematur, komplikasi persalinan, dan perkembangan abnormal plasenta pada kehamilan berikutnya. Komplikasi reproduksi ini adalah penyebab utama dari kecacatan pada bayi baru lahir.

6. Disfungsi seksual

Sekitar 30 hingga 50 persen wanita yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan aborsi sebelumnya melaporkan telah mengalami disfungsi seksual, baik jangka pendek maupun panjang setelah aborsi.

Kondisi ini ditandai dengan hilangnya hasrat untuk berhubungan seksual, nyeri pada saat berhubungan, hingga keengganan untuk melakukan seks.

7. Kanker

Bahaya aborsi yang harus diwaspadai selanjutnya adalah risiko kanker. Wanita yang memiliki riwayat satu kali aborsi diketahui berisiko lebih tinggi terkena kanker serviks.

Meningkatnya risiko kanker kemungkinan disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti perubahan hormonal saat hamil, kerusakan rahim, dan stres yang memengaruhi kekebalan tubuh.

8. Masalah Psikologis

Aborsi adalah suatu tindakan yang bisa memberikan efek traumatis.  Jika hal ini tidak segera mendapatkan penanganan cepat dan tepat, kemungkinan buruknya adalah depresi.

Beberapa wanita yang melakukan pengguguran mungkin merasa lega, sedangkan yang lain mungkin akan hidup dengan perasaan yang sulit. Reaksi emosional ini dikenal sebagai stres pascapengguguran.

Baca JugaMengenal Ciri Rahim Bersih Tanpa Kuret Setelah Keguguran

Kemungkinan untuk Kembali Hamil Setelah Aborsi

Ovulasi bisa berlangsung setelah 2 minggu pascatindakan aborsi. Ini artinya, pasien bisa hamil lagi setelah aborsi.

Namun, siklus ovulasi pada setiap wanita bervariasi. Jika siklus lebih pendek, Anda mungkin bisa berovulasi dengan cepat.

Selain siklus, faktor lainnya yang ikut memengaruhi waktu terjadinya ovulasi adalah durasi kehamilan sebelum aborsi.

Jika aborsi dilakukan di trimester akhir kehamilan, pasien kemungkinan tidak akan berovulasi beberapa minggu setelah tindakan. Hal ini disebabkan oleh hormon kehamilan yang masih ada di dalam tubuh.

Namun, penting untuk diingat bahwa pasien harus memeriksakan kondisi 2 minggu setelah tindakan. Hal ini penting untuk memastikan jika tindakan sudah berhasil dan tidak mengakibatkan komplikasi.

Perlu diketahui juga bahwa pasien yang mengalami perdarahan berat, infeksi rahim tanpa penanganan, dan kerusakan dinding rahim lebih berisiko terhadap gangguan kesuburan.

Tidak hanya memicu gangguan kesuburan, aborsi juga dapat memperbesar kejadian kelahiran prematur dan kehamilan ektopik di kehamilan berikutnya

Itulah sederet bahaya aborsi yang sebaiknya diketahui. Sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter kandungan. Pastikan juga Anda sudah memperoleh informasi secara lengkap.

 

  1. Anonim. 2020. Risks Abortion. https://www.nhs.uk/conditions/abortion/risks/.(Diakses pada 23 Juni 2023).
  2. Anonim. 2021. Abortion. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preventing-unsafe-abortion. (Diakses pada 23 Juni 2023).
  3. Anonim. Abortion Side Effects | Abortion Dangers – After Abortion. https://afterabortion.org/abortion-risks-abortion-complications-abortion-dangers-abortion-side-effects/. (Diakses pada 23 Juni 2023).
  4. Anonim. Abortion. https://americanpregnancy.org/unplanned-pregnancy/abortion/. (Diakses pada 23 Juni 2023).
  5. Leonard, Jayne. 2023. What to Know about Getting Pregnant After an Abortion. https://www.medicalnewstoday.com/articles/327287. (Diakses pada 23 Juni 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi