Terbit: 28 October 2021
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Aborsi adalah tindakan medis yang dilakukan untuk menggugurkan kandungan karena alasan medis. Tindakan ini dapat menimbulkan risiko yang berbahaya jika dilakukan tidak benar. Apa saja bahayanya bagi kesehatan? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini!

10 Bahaya Aborsi bagi Kesehatan Wanita, Depresi hingga Kanker!

Apa itu Aborsi?

Aborsi adalah prosedur medis yang bertujuan untuk mengakhiri kehamilan sebelum usia kehamilan 28 minggu (sebelum trimester kedua selesai).. Tindakan ini menggunakan obat-obatan atau operasi untuk mengeluarkan embrio atau janin dan plasenta dari rahim. Prosedur ini dilakukan oleh profesional perawatan kesehatan berlisensi.

Keputusan untuk mengakhiri kehamilan atau mengeluarkan janin sebelum cukup bulan untuk lahir sangat bersifat pribadi. Jika berpikir untuk melakukan aborsi, sebagian besar penyedia layanan kesehatan menyarankan untuk melakukan konseling.

Bahaya Aborsi bagi Kesehatan Wanita

Tindakan aborsi atau pengguguran dengan metode yang direkomendasikan WHO dan oleh profesional perawatan kesehatan ketika menginjak tiga bulan pertama kehamilan lebih aman dan lebih mudah. Sebaliknya jika metode yang salah dan dilakukan pada usia kandungan tiga bulan pertama, mungkin akan menimbulkan dampak buruk, baik selama aborsi dengan bedah atau obat.

Berikut ini beberapa bahaya dari tindakan aborsi:

1. Depresi

Baik akibat kondisi medis tertentu atau dilakukan secara sengaja, tindakan aborsi adalah suatu tindakan yang bisa memberikan efek traumatik. Jika hal ini tidak segera mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat, kemungkinan buruknya menyebabkan depresi.

Beberapa wanita yang melakukan pengguguran mungkin merasa lega, sementara yang lain mungkin akan hidup dengan perasaan yang sulit. Psikolog telah menyebut bahwa reaksi emosional ini sebagai stres pasca-pengguguran.

2. Sepsis

Infeksi bakteri yang telah masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh adalah kondisi yang disebut sepsis. Ketika infeksi terlanjur menyerang tubuh, hal ini dapat menyebabkan tekanan darah menurun yang disebut syok sepsis.

Sepsis dapat terjadi baik karena pengguguran dengan obat maupun bedah. Ini dapat terjadi terutama sebelum atau setelah 14 minggu usia kehamilan.

3. Endometritis

Mengingat aborsi adalah tindakan untuk mencegah kehamilan yang berisiko terkena infeksi, dampaknya adalah munculnya endometritis—peradangan pada lapisan rahim.

Meskipun dapat terjadi pada semua wanita yang melakukan pengguguran, endometritis lebih sering terjadi pada remaja. Remaja perempuan 2,5 kali lebih berisiko mengalami endometritis setelah pengguguran daripada wanita dengan usia 20-29. Komplikasi yang bisa terjadi adalah masalah kesuburan.

4. Radang panggul

Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah penyakit serius yang dapat meningkatkan risiko kehamilan ektopik dan penurunan kesuburan.

Wanita yang memiliki infeksi klamidia pada saat menjalani pengguguran, berisiko mengembangkan PID dalam waktu 4 minggu setelah pengguguran.

Penelitian telah menemukan bahwa 20 hingga 27% pasien yang melakukan aborsi menderita infeksi klamidia. Sekitar 5% pasien yang tidak terinfeksi klamidia mengalami PID dalam waktu 4 minggu setelah pengguguran trimester pertama.

5. Plasenta previa

Bahaya aborsi dapat meningkatkan risiko mengalami plasenta previa pada kehamilan berikutnya Ini adalah kondisi yang mengancam nyawa ibu dan janin sebanyak tujuh hingga 15 kali lipat.

Perkembangan plasenta yang tidak normal karena kerusakan rahim dapat meningkatkan risiko malformasi janin, kematian perinatal, dan perdarahan berlebihan selama persalinan.

Baca Juga: 5 Jenis Aborsi Sesuai Usia Kandungan, Kenali Risiko dan Prosedurnya

6. Disfungsi seksual

Sekitar 30 hingga 50 persen wanita yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan aborsi sebelumnya melaporkan telah mengalami disfungsi seksual, baik jangka pendek maupun panjang, yang mulai terjadi segera setelah pengguguran.

Gejala disfungsi seksual yang mungkin dialami sekitar satu atau lebih dari beberapa gejala berikut berikut ini:

  • Hilangnya kesenangan dari hubungan seksual.
  • Peningkatan rasa sakit.
  • Keengganan untuk seks.

7. Cacat lahir pada bayi

Bahaya aborsi dapat memicu kerusakan serviks dan rahim yang dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur, komplikasi persalinan, dan perkembangan abnormal plasenta pada kehamilan berikutnya yang diharapkan. Komplikasi reproduksi ini adalah penyebab utama dari kecacatan pada bayi baru lahir.

8. Perforasi uterus

Wanita yang melakukan aborsi berisiko menderita perforasi uterus atau rahim, namun sebagian besar cedera ini akan tetap tidak terdiagnosis dan tidak diobati kecuali melakukan laparoskopi—pembedahan untuk diagnosis.

Risiko perforasi rahim meningkat pada wanita yang pernah melahirkan dan mereka yang menerima anestesi ketika pengguguran. Kerusakan uterus dapat menyebabkan komplikasi di kehamilan berikutnya dan pada akhirnya berkembang menjadi masalah yang memerlukan histerektomi, yang meningkatkan risiko beberapa komplikasi dan cedera tambahan, termasuk osteoporosis.

9. Kanker

Wanita yang memiliki riwayat satu kali aborsi berisiko lebih tinggi terkena kanker serviks. Pengguguran sebanyak dua atau lebih menghadapi risiko yang relatif. Peningkatan risiko serupa dari kanker ovarium dan kanker hati juga dikaitkan dengan pengguguran satu dan dua kali.

Peningkatan risiko kanker untuk wanita setelah pengguguran mungkin terkait dengan gangguan tidak wajar. Ini termasuk perubahan hormonal yang menyertai kehamilan dan kerusakan serviks yang tidak diobati atau peningkatan stres dan dampak negatif stres pada sistem kekebalan tubuh.

10. Kematian

Menurut penelitian, wanita yang melakukan aborsi cenderung berisiko mengalami kematian. Wanita yang menggugurkan kandungan berisiko empat kali lebih mungkin meninggal di tahun berikutnya daripada wanita tidak menggugurkan kandungan.

Wanita yang melahirkan hingga cukup bulan juga memiliki separuh kemungkinan meninggal daripada wanita yang tidak hamil.

Baca Juga: 12 Penyebab Keguguran yang Harus Diwaspadai Bumil

Siapa yang Berisiko Mengalami Aborsi?

Setiap wanita dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak dapat mengakses aborsi yang aman berisiko melakukan aborsi yang tidak aman. Wanita yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan wanita miskin lebih mungkin untuk melakukan pengguguran yang tidak aman.

Kematian dan cedera lebih tinggi jika penguguran tidak aman dilakukan di kemudian hari dalam kehamilan. Jumlah wanita yang melakukan aborsi tidak aman lebih tinggi di mana akses ke kontrasepsi yang efektif dan pengguguran yang aman terbatas atau tidak tersedia.

Itulah deretan bahaya aborsi yang mungkin terjadi pada wanita dan patut diwaspadai. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!

 

  1. Anonim. Abortion Side Effects | Abortion Dangers – After Abortion. https://afterabortion.org/abortion-risks-abortion-complications-abortion-dangers-abortion-side-effects/. (Diakses pada 27 Oktober 2021)
  2. Anonim. 2020. Risks Abortion. https://www.nhs.uk/conditions/abortion/risks/. https://www.nhs.uk/conditions/abortion/risks/. (Diakses pada 27 Oktober 2021)
  3. Anonim. 2020. Preventing unsafe abortion. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preventing-unsafe-abortion. (Diakses pada 27 Oktober 2021)
  4. Anonim. Abortion. https://americanpregnancy.org/unplanned-pregnancy/abortion/. (Diakses pada 27 Oktober 2021)


DokterSehat | © 2023 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi