Terbit: 23 October 2022
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Alexithymia adalah istilah untuk seseorang yang sulit mengekspresikan emosinya. Bagaimana kondisi ini bisa terjadi? Adakah cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Alexithymia, Kondisi yang Membuat Seseorang Sulit Ungkapkan Emosinya

Apa itu Alexithymia?

Alexithymia adalah istilah medis yang digunakan untuk semua masalah dengan mengekspresikan perasaan dan emosi. Seseorang dengan kondisi ini sulit untuk mengukapkan perasaan, merasakan empati, serta mengidentifikasi emosinya sendiri.

Seseorang dengan kepribadian ini bukan apatis; hanya saja tidak mengerti bagaimana mengomunikasikan emosi dan perasaannya. Psikiater dan profesor emeritus psikiatri di Harvard Medical School, Peter Sifneos, adalah orang yang pertama kali mencetuskan alexithymia.

Berdasarkan beberapa penelitian, ada sekitar 13% populasi manusia mengalami alexithymia. Kondisi ini juga dikaitkan dengan disabilitas kesehatan mental termasuk bentuk dari depresi, efek peristiwa traumatis, dan autisme.

Gejala Alexithymia

Pada beberapa kasus, gejala dari kondisi ini sulit diidentifikasi karena seseorang mungkin merasa baik-baik saja. Namun penderita gangguan emosi ini mengalami masalah pribadi dalam konteks sosial, termasuk:

  • Tidak dapat menunjukkan, mengekspresikan, dan mengomunikasan perasaan pada orang lain (dalam konteks sosial).
  • Tidak mampu atau sulit mengidentifikasi perasaan dan emosi diri sendiri.
  • Memiliki pikiran yang sangat logis dan kaku.
  • Memiliki kemampuan koping yang buruk saat stres atau kecewa.
  • Memilih tidak memiliki hubungan sosial.
  • Tidak memiliki selera humor.
  • Kurang memiliki imajinasi atau fantasi.
  • Tidak merasa puas dalam hidup.
  • Tidak dapat membaca ekspresi orang lain.
  • Tidak dapat membedakan antara emosi dan sensasi tubuh terkait ungkapan emosi.
  • Kurang kasih sayang.
  • Cenderung merasa panik.
  • Merasa tidak nyaman.
  • Kebingungan.
  • Suka marah.

Orang dengan masalah perasaan dan emosi juga memiliki gejala lain, sebagai berikut:

  • Memiliki masalah dalam introspeksi, termasuk mengenali perilaku mental dan emosional diri sendiri.
  • Perlu berjuan untuk menunjukan emosi sederhana pada orang lain.
  • Orang lain menganggapnya apatis dalam konteks sosial.

Penderita alexithymia juga hampir tidak dapat mengungkapkan kebahagiaan, ketakutan, atau kesedihannya. Hal tersebutnya membuatnya cenderung terlihat datar dan kaku setiap saat.

Baca Juga: Pentingnya Kecerdasan Emosional dan Cara Melatihnya

Kapan Harus ke Dokter?

Seseorang mungkin tidak menyadari memiliki gangguan emosional karena gejalanya memang sulit dikenali. Namun jika kondisi ini mengganggu keseimbangan hidup Anda, konsultasi dengan psikiater diperlukan.

Pasalnya, gangguan emosi juga dikaitkan atau gejalanya muncul bersamaan dengan masalah mental seperti depresi, gangguan makan, skizofrenia, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan post-traumatic stress disorder (PTSD).

Penyebab Alexithymia

Penyebab pastinya belum diketahui dengan pasti. Namun, kondisi ini diduga terjadi akibat kerusakan otak pada insula. Insula adalah sel-sel otak yang bekerja untuk mengatur emosi, empati, kondisi mental, dan keterampilan sosial.

Kondisi ini juga dikaitkan dengan gangguan kesehatan mental dan otak, seperti:

  • Gangguan depresi, skizofrenia, dan postpartum mayor dapat membuat seseorang juga sulit mengenali dan menunjukan perasaan. Berdasarkan penelitian, 32 dari 51 orang dengan depresi juga mengalami alexithymia.
  • Trauma di masa kanak-kanak seperti mengalami pengabaian dari keluarga dapat menyebabkan gangguan pada emosi anak saat ia tumbuh besar.
  • Autisme, penelitian menunjukan bahwa separuh anak dengan autisme juga mengalami gangguan emosi.
  • Faktor lingkungan, tumbuh di lingkungan yang tidak sehat untuk mental dapat membuat seseorang terganggu secara emosional.
  • Cedera otak, penelitian menunjukan bahwa orang dengan riwayat cedera otak meningkatkan level gejala alexithymia.
  • Faktor genetik, sementara ini gangguan emosi diduga berasal dari faktor keturunan juga.

Selebihnya, penyebab pasti gangguan perasaan dan emosi belum dapat dipastikan. Kemungkinan besar dikembangkan oleh masalah kesehatan mental dari akumulasi kejadian traumatis di masa lalu.

Faktor Risiko

Berikut ini beberapa faktor yang meningkatkan risiko gangguan emosional:

  • Laki-laki dua kali lebih rentan mengalami kondisi ini.
  • Lansia.
  • Orang dengan edukasi yang lebih minim.
  • Orang dengan status sosial ekonomi rendah.
  • Orang dengan kecerdasan emosional rendah.
  • Orang dengan cedera neurologis seperti pasien epilepsi, penyakit Alzheimer, Parkinson, stroke, atau cedera otak traumatis.

Diagnosis Alexithymia

Anda harus konsultasi dengan psikiater atau seorang profesional kesehatan mental. Gangguan emosi ini sebenarnya tidak masuk dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) atau buku manual yang membahas penyakit mental.

Psikiater mungkin akan memberi jadwal konsultasi untuk mengenali gejala dan efeknya pada diri Anda. Kemudian, Anda akan diminta untuk menjawab kuesioner yang berisi pertanyaan seputar kondisi mental. Kuesioner dengan Skala Twenty-Item Toronto Alexithymia (TAS-20) menilai tentang:

  • Kemampuan seseorang dalam menunjukkan perasaan ke orang lain.
  • Kemampuan seseorang dalam mengidentifikasikan perasaan sendiri.
  • Kemampuan seseorang dalam membedakan emosi dan sensasi fisik.
  • Pemikiran berorientasi eksternal.

Kuesioner dengan Bermond – Vorst Alexithymia Questionnaire (BVAQ) yang terdiri dari 40 item dalam lima subskala, sebagai berikut:

  • Kemampuan emosional.
  • Kemampuan berfantasi.
  • Kemampuan analisis.
  • Kemampuan verbalisasi.

Psikiater juga mungkin menggunakan Skala Alexithymia Observer (OAS) atau indikator skala lainnya untuk mendiagnosis kondisi ini.

Baca Juga: Macam-Macam Emosi pada Manusia dan Pengaruhnya pada Kesehatan

Perawatan Alexithymia

Seperti gangguan kesehatan mental lainnya, setiap orang memiliki cara perawatan berbeda sesuai dengan gejala dan kebutuhan masing-masing. Profesional kesehatan mental juga harus mencari tahu akar masalah dari gangguan emosi tersebut; apakah akibat depresi, gangguan kecemasan, PTSD, efek traumatis, atau kemungkinan lainnya.

Secara umum, masalah kesehatan mental dapat diatasi dengan terapi untuk mengelola emosi dan merubah sudut pandang menjadi lebih baik. Berikut ini beberapa terapi psikologi yang paling sering digunakan:

1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

Cognitive behavioral therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif digunakan untuk membantu pasien dalam mengenali pola pikir negatif, mengidentifikasi emosi, dan merubah sudut pandang menjadi lebih positif. Terapis akan fokus pada pemicu masalah mental dari masa lalu dan bagaimana cara mengelolanya.

2. Terapi Grup

Group therapy atau terapi grup adalah sesi terapi yang dilakukan secara berkelompok. Misalnya, satu kelompok terdiri dari 4-5 orang dengan masalah mental yang serupa. Sesi dipimpin oleh satu terapis sesuai dengan keahliannya. Jadwal terapi disesuaikan dengan setiap anggota.

Terapi grup dinilai lebih efisien secara biaya dan juga lebih efektif karena Anda memiliki teman lain untuk saling mendukung dan diskusi tentang gejala yang sama.

3. Psikoterapi

Psikoterapi adalah istilah luas untuk konsultasi seputar kesehatan mental baik dengan terapis, psikolog, psikiater, atau tenaga kesehatan mental profesional lainnya. Konsultasi tersebut akan membahas semua gejala yang Anda alami.

Anda akan dipandu untuk meningkatkan kesehatan mental, emosional, kesejahteraan umum untuk hidup Anda. Terapi grup dan terapi perilaku kognitif juga termasuk dalam jenis psikoterapi.

Pencegahan Alexithymia

Gangguan pada kesehatan mental mungkin sulit untuk dicegah, namun setiap orang disarankan untuk melatih kemampuan koping yang baik. Terdapat beberapa cara untuk membuat perasaan Anda lebih baik, antara lain:

  • Lakukan meditasi kesadaran setiap hari untuk mengenali emosi, respon fisiologis, dan diri Anda sendiri.
  • Latihan pernapasan dalam untuk membuat Anda lebih tenang.
  • Coba bicara dengan orang-orang dekat yang Anda percaya.
  • Pelajari cara mengenali emosi diri Anda sendiri. Kelola emosi tersebut dan jangan melawannya.

Perlu diingat bahwa alexithymia dapat mengganggu orang-orang di sekitar Anda karena mereka akan berpikir Anda tidak peduli dan apatis padanya.

Sangat disarankan untuk konsultasi dengan profesional kesehatan mental bila Anda merasa tidak baik-baik saja. Memperbaiki kesehatan mental sangat membantu dalam meningkatkan kualitas hidup serta hubungan dengan orang-orang yang Anda cintai.

 

  1. Cherney, Kristeen. 2020. All About Alexithymia, or Difficulty Recognizing Feelings. https://www.healthline.com/health/autism/alexithymia. (Diakses pada 25 September 2020).
  2. Leonard, Jayne. 2019. What to know about alexithymia. https://www.medicalnewstoday.com/articles/326451. (Diakses pada 25 September 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi