Terbit: 26 April 2023
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Limfoma merupakan kanker yang menyerang kelenjar getah bening dan dapat menyebar ke seluruh tubuh. Simak penjelasan lengkap mengenai gejala, penyebab, hingga cara mengobatinya di bawah ini.

Limfoma: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Limfoma?

Limfoma merupakan kondisi tubuh di mana terdapat pertumbuhan sel tidak normal pada limfosit, yaitu sel yang memiliki tugas untuk melawan infeksi. 

Tubuh manusia memiliki sistem limfatik yang terdiri dari kelenjar getah bening, pembuluh limfa, dan cairan limfa atau getah bening yang tersebar di seluruh tubuh. Cairan getah bening ini berisi limfosit yang bertugas melawan infeksi. 

Sistem limfatik memang memiliki tugas untuk melindungi tubuh, tetapi limfosit sendiri dapat bermutasi dan berkembang menjadi kanker

Limfoma dapat menyebar (metastasis) dengan cepat ke berbagai jaringan dan organ di seluruh tubuh. Namun, sel kanker paling sering menyebar ke hati, sumsum tulang, atau paru-paru.

Sel kanker dari limfosit dapat menumpuk di kelenjar getah bening seluruh tubuh, tetapi penumpukan paling sering ditemukan di ketiak, leher, atau selangkangan. 

Limfoma dapat menyerang pada usia berapapun, tetapi kasus limfoma paling banyak ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda pada usia 15-24 tahun. 

Kanker ini memiliki kemungkinan untuk ditangani dan tingkat kesembuhannya bergantung tipe limfoma dan stadiumnya. 

Gejala Limfoma 

Limfoma tahap awal tidak selalu menimbulkan gejala, sehingga jarang disadari penderitanya. Adapun gejala limfoma adalah benjolan kecil dan lembut di bawah kulit pada beberapa bagian tubuh, termasuk di leher, dada atas, ketiak, perut, dan sekitar selangkangan.

Tanda awal yang umum meliputi:

  • Nyeri tulang.
  • Batuk.
  • Kelelahan.
  • Limpa yang membesar.
  • Demam.
  • Keringat malam.
  • Rasa sakit saat minum alkohol.
  • Gatal gatal.
  • Ruam pada lipatan kulit.
  • Sesak napas.
  • Kulit gatal.
  • Sakit perut.
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Anda perlu memeriksakan diri ke dokter apabila menyadari adanya benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan. Benjolan ini dapat menjadi suatu tanda dari limfoma.

Selain itu, orang HIV/AIDS, penderita autoimun, serta orang yang konsumsi obat imunosupresan dalam jangka panjang disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter secara rutin. Dokter dapat membantu untuk mendeteksi dini kemunculan limfoma.

Penderita limfoma yang sudah selesai menjalani pengobatan dan dinyatakan sembuh, tetap perlu rutin melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendeteksi apakah sel kanker muncul kembali.

Limfoma merupakan kanker yang memiliki peluang tinggi untuk disembuhkan, terutama ketika dideteksi pada stadium awal dan menjalani pengobatan yang tepat.

Baca Juga: Perbedaan Kelenjar Getah Bening yang Terkena Kanker dan Infeksi

Penyebab Limfoma 

Limfoma muncul ketika limfosit atau sel darah putih tumbuh di luar kendali. Perubahan DNA dalam sel limfosit menyebabkan sel tidak normal ini menyebar dan bertambah banyak. 

Para peneliti belum mengetahui secara pasti penyebab pasti dari penyakit limfoma non-Hodgkin. Namun, mutasi DNA dan masalah pada sistem imun diketahui berkontribusi dalam kondisi tersebut.

Sementara itu, para peneliti menduga bahwa limfoma Hodgkin dapat disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr. Virus ini dapat menyebabkan perubahan DNA pada limfosit B dan pada beberapa kasus terjadi perkembangan sel Reed-Sternberg. 

Sel Reed-Sternberg merupakan sel kanker pada limfoma Hodgkin. Sel ini dapat membuat sitokin dan menarik sel lain ke dalam kelenjar getah bening. Hal inilah yang kemudian membuat kelenjar membengkak.  

Faktor Risiko

Meskipun belum diketahui penyebab pasti dari limfoma, tetapi ada beberapa faktor yang diketahui dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker ini. 

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko limfoma, di antaranya:

1. Usia

Orang berusia di atas 60 tahun berisiko mengalami non-Hodgkin, sedangkan usia antara 20-30 dan orang berusia di atas 55 tahun berisiko mengalami limfoma Hodgkin.

2. Jenis Kelamin

Pria memiliki risiko lebih tinggi penyakit ini daripada wanita.

3. Gangguan Sistem Kekebalan Tubuh

Limfoma lebih sering terjadi pada penderita penyakit sistem kekebalan tubuh atau pada pengguna obat yang menekan sistem kekebalan tubuh, serta memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat HIV/AIDS.

Selain itu, individu yang memiliki penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis dan celiac disease memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena limfoma. 

4. Infeksi Tertentu

Beberapa infeksi terkait dengan peningkatan risiko penyakit ini, termasuk virus Epstein-Barr, human T-cell leukemia/lymphotropic virus (HTLV-1), hepatitis C, atau infeksi Helicobacter pylori.

5. Paparan Kimia dan Radiasi 

Terpapar bahan kimia dalam pestisida, pupuk, dan herbisida juga berisiko lebih tinggi. Radiasi nuklir juga dapat meningkatkan risiko non-Hodgkin.

Orang yang terpapar bahan kimia dalam pestisida, pupuk, dan herbisida juga berisiko lebih tinggi. Radiasi nuklir juga dapat meningkatkan risiko non-Hodgkin.

6. Obesitas

Kelebihan berat badan terkait dengan limfoma. Meski begitu, klaim ini memerlukan penelitian lebih banyak untuk memahami faktor risiko yang mungkin terjadi.

7. Riwayat Keluarga

Seseorang berisiko tinggi jika memiliki salah satu anggota keluarga ada yang mengalami limfoma, terutama untuk jenis limfoma Hodgkin.

Baca Juga: 7 Obat Kelenjar Getah Bening yang Membengkak (Efektif)

Seberapa umum Penyakit Limfoma Terjadi?

Limfoma non-Hodgkin merupakan jenis kanker yang banyak ditemukan di Indonesia. 

Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat bahwa pada tahun 2020, limfoma non-Hodgkin menempati urutan tujuh pada jenis kanker dengan jumlah kasus tertinggi di Indonesia. Jumlah kasus yang tercatat adalah 16.125 kasus. 

Secara umum limfoma non-Hodgkin dapat muncul pada usia berapapun, tetapi jenis kanker ini merupakan jenis kanker yang umum pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Risiko terkena kanker ini akan meningkat seiring bertambahnya usia.

Pada kasus limfoma Hodgkin, penderitanya banyak ditemukan pada usia sekitar 20 tahun. Risiko kanker ini akan kembali naik pada usia di atas 55 tahun. 

Jenis Limfoma

Kondisi ini terbagi menjadi dua jenis: limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin. Kedua jenis tersebut masih memiliki banyak subtipe. Berikut penjelasannya:

1. Non-Hodgkin

Limfoma non-Hodgkin adalah jenis yang paling umum dan biasanya berkembang dari limfosit B dan T (sel) di kelenjar getah bening atau jaringan di seluruh tubuh. 

Pertumbuhan tumor pada non-Hodgkin tidak memengaruhi kelenjar getah bening, tetapi biasanya sebagian dan beberapa bagian tubuh lainnya.

Berikut ini jenis limfoma non-Hodgkin:

  • B-cell lymphoma. Jenis yang paling agresif dan berasal dari pertumbuhan sel B yang tidak normal. 
  • T-cell lymphoma. Jenis limfoma yang berasal dari pertumbuhan sel T yang tidak normal dan kasus ini hanya menyumbang 15 persen dari semua limfoma non-Hodgkin.
  • Burkitt’s lymphoma. Jenis ini jarang ditemukan tetapi bersifat agresif dan sering ditemukan pada orang yang mengalami gangguan sistem imun.
  • Follicular lymphoma. Kanker ini dimulai dari pertumbuhan sel darah putih yang tidak normal dan umum ditemukan pada lanjut usia (sekitar 60 tahun). 
  • Mantle cell lymphoma. Tipe limfoma yang langka karena hanya menyumbang 6 persen dari semua kasus limfoma non-Hodgkin, tetapi bersifat agresif. 
  • Primary mediastinal B cell lymphoma. Jenis limfoma yang banyak menyerang wanita pada usia sekitar 20 sampai 30 tahun.
  • Small lymphocytic lymphoma. Tipe limfoma yang berkembang dengan lambat dan kebanyakan ditemukan pada kelenjar getah bening. 
  • Waldenstrom macroglobulinemia (lymphoplasmacytic lymphoma). Menyebabkan produksi antibodi tidak normal, banyak menyerang orang dewasa, dan kasus limfoma jenis ini hanya ditemukan 2 persen dari seluruh limfoma. 

2. Hodgkin

Limfoma Hodgkin adalah kanker pada sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini dapat diidentifikasi dengan adanya sel Reed-Sternberg, yang merupakan limfosit B abnormal besar. Pada penderita limfoma Hodgkin, kanker biasanya bergerak dari satu kelenjar getah bening ke sekitarnya.

Berikut ini jenis limfoma Hodgkin:

  • Lymphocyte-depleted Hodgkin’s disease. Jenis limfoma langka, agresif, dan umumnya menyerang orang berusia sekitar 30 tahun. Individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, seperti penderita HIV/AIDS cenderung mengalami kanker ini. 
  • Lymphocyte-rich Hodgkin’s disease. Banyak dialami pria dan umumnya bisa dideteksi pada stadium awal. 
  • Mixed cellularity Hodgkin’s lymphoma. Jenis limfoma Hodgkin yang umum ditemukan dan lebih banyak ditemukan pada pria dewasa. 
  • Nodular lymphocyte-predominant Hodgkin’s disease. Banyak ditemukan pada individu usia 30 sampai 50 tahun dan lebih banyak diderita pria.
  • Nodular sclerosis Hodgkin’s lymphoma. Tipe limfoma ini muncul dalam kelenjar getah bening dengan jaringan yang luka atau sklerosis. Selain itu tipe ini merupakan limfoma yang paling umum ditemukan dan banyak menyerang dewasa muda. 

Diagnosis Limfoma

Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Pasien akan mendapatkan pertanyaan seputar gejala yang dialami, riwayat kesehatan, serta riwayat kesehatan keluarga. 

Jika ditemukan kecurigaan yang mengarah kepada kanker, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani beberapa pemeriksaan, di antaranya:

1. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan memeriksa kondisi pembengkakan kelenjar getah bening di tubuh, seperti leher, ketik, dan selangkangan. Dokter juga akan memeriksa pembengkakan limpa dan hati.

2. Tes Darah

Pemeriksaan ini mencakup complete blood count (CBC), yang menghitung jumlah sel darah. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah memastikan kehadiran sel kanker dalam tubuh.

3. Biopsi Kelenjar Getah Bening

Pada prosedur biopsi, dokter akan mengambil sampel jaringan kelenjar getah bening menggunakan jarum khusus. Sampel kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui ada atau tidaknya sel kanker di kelenjar getah bening. 

4. Aspirasi atau Biopsi Sumsum Tulang

Dokter akan menggunakan jarum untuk mengeluarkan cairan atau jaringan dari sumsum tulang untuk mencari ada tidaknya sel limfoma.

5. Tes Pencitraan

Jika kemudian ditemukan adanya sel kanker pada kelenjar getah bening atau sumsum tulang, dokter juga akan merekomendasikan Anda untuk menjalani tes pencitraan, seperti MRI scan, PET scan, atau CT scan. Tujuannya adalah mencari tahu penyebaran dari sel kanker dalam tubuh. 

Stadium Limfoma

Kedua jenis limfoma dikategorikan menjadi empat stadium. Keduanya ditentukan oleh letak dan seberapa jauh kanker telah menyebar.

  • Stadium I. Sel kanker telah menyerang satu kelompok kelenjar getah bening. Ini dapat terjadi di bagian tubuh mana pun, baik bagian tubuh atas atau bawah, tetapi masih dalam sisi yang sama (kanan saja atau kiri saja).
  • Stadium II. Kanker menyerang dua kelompok kelenjar getah bening atau menyebar di sekitarnya, namun penyebarannya hanya pada bagian tubuh atas dan bawah sebatas diafragma, namun masih dalam sisi yang sama (kanan saja atau kiri saja)
  • Stadium III. Pada tahap ini, kanker berada di kelenjar getah bening pada kedua sisi tubuh dan di beberapa kelenjar getah bening.
  • Stadium IV. Kanker menyerang organ dan menyebar di luar kelenjar getah bening di sekitarnya. Bagian tubuh yang paling umum untuk non-Hodgkin yaitu hati, sumsum tulang, dan paru-paru.

Pengobatan Limfoma

Perawatan limfoma tergantung pada jenis, stadium, dan kesehatan secara keseluruhan. Tujuan pengobatannya untuk menghancurkan sel kanker dan mengurangi gejalanya.

Berikut ini beberapa cara mengobati limfoma, di antaranya:

1. Pengawasan Aktif

Beberapa bentuk penyakit limfoma tumbuh sangat lambat. Pasien dan dokter mungkin memutuskan menunggu ketika penyakit ini menyebabkan tanda dan gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Seiring waktu, pasien dapat menjalani tes berkala untuk memantau kondisi penyakit.

2. Kemoterapi

Perawatan ini menggunakan obat untuk menghancurkan sel kanker yang berkembang dengan. Obat-obatan ini diberikan melalui pembuluh darah atau secara oral yang dalam bentuk pil.

3. Radioterapi

Radioterapi merupakan perawatan yang  menggunakan sinar energi berkekuatan tinggi seperti sinar X dan proton yang berfungsi untuk membunuh sel kanker.

4. Transplantasi Sumsum Tulang

Perawatan yang juga dikenal sebagai transplantasi sel induk ini dibantu dengan kemoterapi dan radiasi dosis tinggi untuk menekan sumsum tulang.

Sel-sel induk sumsum tulang yang sehat dalam tubuh pasien atau dari donor kemudian dimasukkan ke dalam darah pasien di mana sel-sel ini beredar di tulang dan membangun kembali sumsum tulang.

5. Radioimunoterapi

Ini adalah terapi kanker dengan memberikan dosis radioaktif bertenaga tinggi langsung ke sel B kanker dan sel T untuk menghancurkannya.

6. Terapi Target

Obat lain yang digunakan untuk pengobatan termasuk obat yang ditargetkan dengan fokus pada tempat di mana kanker tumbuh.

7. Operasi

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat limpa atau organ lain setelah penyakit limfoma menyebar dalam tubuh. Dokter mungkin akan lebih sering melakukan operasi untuk saat melakukan biopsi.

Baca Juga: Pantangan Makanan untuk Penderita Kelenjar Getah Bening

Komplikasi Limfoma

Komplikasi yang umum terjadi karena limfoma adalah sistem kekebalan tubuh melemah. Ini akibat obat-obatan yang digunakan untuk perawatan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Penderita penyakit ini menjadi lebih rentan mengalami infeksi dan berisiko mengembangkan komplikasi serius dari infeksi. Beberapa gejala yang ditimbulkan akibat infeksi, di antaranya:

  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot.
  • Kelelahan.
  • Diare.
  • Ruam melepuh yang menyakitkan.

Pengobatan untuk penyakit limfoma juga dapat menyebabkan komplikasi berkut:

  • Infertilitas. Ini sering kali bersifat sementara atau mungkin efek samping permanen. Biasanya, pasien yang sangat berisiko kemandulan setelah mendapatkan kemoterapi dan radioterapi dosis sangat tinggi.
  • Masalah kesehatan. Perawatannya dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan seperti penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit tiroid, diabetes, dan katarak pada usia yang lebih muda. Kanker juga dapat meningkatkan risiko depresi.
  • Kanker baru. Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah pasien yang memiliki satu kanker meningkatkan risiko mengalami kanker baru, yang mungkin sama atau berbeda dengan kanker pertama. Pengobatan yang berisiko tinggi, termasuk kemoterapi dan radioterapi.

Pencegahan Limfoma

Mengingat penyebab penyakit ini tidak diketahui secara pasti, sehingga sulit untuk melakukan pencegahan. Namun, ada banyak faktor risiko yang dapat dicegah, meliputi:

  • Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko terkena infeksi AIDS dan hepatitis C, karena keduanya dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
  • Menghindari paparan radiasi dan kimia, misalnya di tempat kerja.
  • Mempertahankan berat badan normal dan konsumsi makanan sehat.
  • Hindari implan payudara pada wanita. Meskipun jarang, prosedur ini dapat mengembangkan penyakit limfoma di jaringan perut sekitar implan payudara.
  • Aktif secara fisik dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, sehingga membantu mencegah penyakit.

 

  1. Anonim. 2021. Non-Hodgkin Lymphoma. https://www.healthdirect.gov.au/non-hodgkin-lymphoma. (Diakses pada 24 Februari 2023).
  2. Anonim. 2020. Seeing your GP. https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/non-hodgkin-lymphoma/getting-diagnosed/gp. (Diakses pada 24 Februari 2023). 
  3. Anonim. 2022. Non-Hodgkin Lymphoma. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15662-non-hodgkin-lymphoma#prevention. (Diakses pada 24 Februari 2023).
  4. Anonim. 2023.Key Statistics for Hodgkin Lymphoma. https://www.cancer.org/cancer/hodgkin-lymphoma/about/key-statistics.html. (Diakses pada 24 Februari 2023).
  5. Anonim. 2023. Key Statistics for Non-Hodgkin Lymphoma. https://www.cancer.org/cancer/non-hodgkin-lymphoma/about/key-statistics.html. (Diakses pada 24 Februari 2023).
  6. Anonim. 2018. What Causes Hodgkin Lymphoma? https://www.cancer.org/cancer/hodgkin-lymphoma/causes-risks-prevention/what-causes.html. (Diakses pada 24 Februari 2023).
  7. Anonim. 2018. What Causes Non-Hodgkin Lymphoma? https://www.cancer.org/cancer/non-hodgkin-lymphoma/causes-risks-prevention/what-causes.html. (Diakses pada 24 Februari 2023).
  8. Anonim. 2021. Cancer Fact Sheet: Indonesia. https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf. (Diakses pada 24 Februari 2023). 
  9. Felman, Adam. 2019. What To Know About Lymphoma. https://www.medicalnewstoday.com/articles/146136. (Diakses pada 24 Februari 2023).
  10. Nall, Rachel. 2022. Everything You Need to Know About Lymphoma. https://www.healthline.com/health/lymphoma. (Diakses pada 24 Februari 2023). 
  11. Watson, Stephanie. 2022. What Is Lymphoma? https://www.webmd.com/cancer/lymphoma/lymphoma-cancer. (Diakses pada 24 Februari 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi