Terbit: 10 May 2023
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Kanker anus terjadi ketika sel-sel kanker tumbuh dan berkembang di anus. Meski kasusnya tergolong jarang, risiko kematian akibat penyakit ini cukup tinggi. Simak penjelasan mengenai gejala, penyebab, hingga cara mengobatinya dalam ulasan berikut.

Kanker Anus: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Kanker Anus?

Kanker anus adalah jenis kanker yang muncul di bagian manapun di anus atau dubur. Anus merupakan ujung dari usus besar yang letaknya di bawah rektum. Fungsinya adalah sebagai saluran untuk membuang kotoran atau feses.

Keparahan kondisi bergantung pada lokasi kanker, seberapa besar ukurannya, apakah kanker tersebut sudah menyebar, dan kondisi kesehatan pasien secara umum.

Seberapa Umum Penyakit Kanker Anus Terjadi?

Penyakit ini tergolong langka, tetapi cukup berisiko menyebabkan kematian. Risiko terdiagnosis jenis kanker ini adalah sekitar 1:500.

American Cancer Society memperkirakan bahwa kasus kanker anus akan menyentuh angka 9 ribuan penderita di tahun 2023; dengan perempuan yang lebih banyak mengalaminya dibanding pria.

Sementara itu, kematian diperkirakan akan terjadi sebanyak 1.800 an kasus; dengan kasus tertinggi terjadi pada pria dibanding wanita.

Gejala Kanker Anus

Gejala yang paling umum ditemui pada penderita adalah adanya perdarahan. Selain itu, gatal-gatal pada dubur juga bisa menjadi salah satu tandanya. Pada beberapa kasus, kondisi ini sering disalahartikan sebagai wasir atau ambeien.

Berikut ini beberapa gejala yang sebaiknya diwaspadai:

  • Pendarahan: gejala paling umum dari kanker ini adalah pendarahan dari bagian dubur. Kondisi inilah yang mungkin menyebabkan BAB berdarah.
  • Rasa sakit: timbulnya rasa sakit di sekitar area anal bersama dengan perdarahan. Kondisi ini mungkin diperparah ketika sembelit.
  • Gatal yang parah: Penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang parah (pruritus) di sekitar anus.
  • Benjolan: Kanker menimbulkan benjolan yang mungkin dirasakan di sekitar anus.
  • Anus keluar lendir: Lendir yang berasal dari anus (keputihan) bisa menjadi tanda kanker dubur.
  • Ketidakmampuan mengendalikan BAB. Kanker mungkin menyebabkan penderitanya kesulitan mengendalikan usus (inkontinensia tinja). Kondisi ini mengakibatkan lebih sering BAB.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Segera berkonsultasi dengan dokter bila mengalami beberapa gejala yang sudah disebutkan di atas, terutama jika memiliki faktor yang meningkatkan risiko kanker ini.

Baca Juga: Abses Anus: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan, Pencegahan

Penyebab Kanker Anus

Kanker anus berkembang ketika sel-sel kanker tumbuh tidak terkendali pada anus. Penumpukan sel abnormal kemudian membentuk massa (tumor).

Sel-sel kanker ini kemudian akan menyerang jaringan di dekatnya dan akan terpisah dari tumor awal untuk menyebar ke bagian tubuh lainnya (metastasis).

Namun, belum jelas penyebab kondisi tersebut terjadi. Kendati begitu, kejadian penyakit kanker ini sangat berkaitan dengan infeksi human papillomavirus (HPV).

Faktanya, HPV terdeteksi pada sebagian besar kanker anus. Bahkan, HPV dianggap sebagai penyebab paling umum dari kanker ini.

Faktor Risiko

Sejumlah faktor telah diketahui dapat meningkatkan risiko kanker anus, di antaranya:

  • Lansia: sebagian besar kasus terjadi pada orang di atas usia 50 tahun.
  • Seks anal: aktivitas seks ini dapat meningkatkan risiko kanker anus.
  • Sering berganti pasangan seksual: memiliki banyak pasangan seksual memiliki risiko lebih tinggi terkena kondisi ini.
  • Riwayat kanker: seseorang yang pernah menderita kanker serviks, vulva, atau vagina memiliki risiko tinggi kanker anus.
  • Merokok: perokok aktif maupun pasif, keduanya lebih berisiko.
  • Human papillomavirus (HPV): Infeksi HPV meningkatkan risiko kanker anus dan serviks.
  • Obat-obatan: konsumsi obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), termasuk pernah menerima transplantasi organ.
  • Sistem kekebalan tubuh lemah: HIV yang merupakan virus penyebab AIDS dapat menekan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko kanker.

Baca Juga10 Penyebab Anus Berdarah yang Harus Diwaspadai

Diagnosis Kanker Anus

Sebelum menentukan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Selain itu, dokter kemungkinan akan menanyakan gejala yang dirasakan serta menanyakan riwayat kesehatan medis pasien.

Bila mendapati kondisi mengarah pada kanker ini, Anda bisa dirujuk ke ahli bedah kolorektal, dokter spesialis dalam kondisi usus.

Serangkaian pemeriksaan akan dilakukan untuk menentukan diagnosis. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan mencakup:

1. Anoskopi

Tes ini dilakukan untuk melihat secara langsung kondisi anus. Dokter akan menggunakan anoskop, selang pendek, berongga, dan memiliki lampu di ujungnya.

Sebelumnya, anoskop akan diolesi dengan gel khusus, lalu dokter akan memasukkannya ke dalam anus dan rektum bagian bawah.

2. Endoskopi

Tes dilakukan untuk melihat bagian dalam tubuh menggunakan tabung tipis yang dilengkapi dengan kamera.

3. Biopsi

Apabila hasil pemeriksaan endoskopi mendapati adanya kemungkinan kanker, dokter akan melanjutkan dengan tindakan biopsi.

Tindakan ini adalah pengambilan sampel dari anus. Setelah sampel diambil, dokter akan memeriksanya di laboratorium untuk mendeteksi adanya sel-sel kanker.

4. Tes Pencitraan

Tes ini merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran bagian dalam tubuh. Pemeriksaan melibatkan penggunaan sinar-X, medan magnet, gelombang suara, atau zat radioaktif.

Pemeriksaan ini juga dapat membantu mendiagnosis kanker anus dengan berbagai cara, seperti:

  • Membantu menemukan kanker.
  • Mengetahui seberapa jauh kanker sudah menyebar.
  • Membantu mengetahui progres dari pengobatan.
  • Mencari tanda-tanda kemunculan kanker setelah pengobatan.

Beberapa tes pencitraan yang dapat dilakukan, yakni x-ray, ultrasonografi, CT scan, MRI scan, dan PET scan.

Stadium Kanker Anus

Tingkat keparahan jenis kanker ini terbagi menjadi beberapa tingkatan. Berikut penjelasannya:

  • Stadium I

Pada tahap ini, kanker mulai berkembang. Ukurannya bervariasi, yakni 2 sentimeter atau lebih kecil.

  • Stadium II

Kanker pada anus berkembang lebih besar atau berukuran lebih dari 2 sentimeter. Namun, pada tahap ini, belum terdeteksi adanya penyebaran kanker.

  • Stadium III

Tahap ini menggambarkan bahwa kanker telah tumbuh dengan ukuran lebih besar dan telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat anus.

Kanker juga sudah menyebar ke organ yang berada di sekitarnya seperti vagina, saluran kencing, dan kandung kemih.

  • Stadium IV

Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lain yang jauh dari anus, misalnya paru-paru dan hati.

Baca Juga: 10 Jenis Kanker yang Bisa Muncul Tanpa Gejala Awal, Jangan Diabaikan

Pengobatan Kanker Anus

Penanganan kanker bergantung pada stadium kanker, kondisi kesehatan secara keseluruhan, dan hal penting yang harus didahulukan.

Secara umum, beberapa perawatan yang dapat dilakukan, di antaranya:

1. Kemoterapi

Kemoterapi adalah perawatan dengan menggunakan obat-obatan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel atau dengan menghentikan pembelahan sel. Terapi diberikan tergantung pada jenis dan stadium kanker yang sedang dirawat.

2. Terapi Radiasi

Terapi ini adalah perawatan kanker yang menggunakan sinar berenergi tinggi, seperti sinar-X atau proton. Tujuannya adalah untuk membunuh sel kanker.

Ada dua jenis terapi radiasi, di antaranya:

  • Terapi eksternal: mesin di luar tubuh akan digunakan untuk mengirim radiasi terhadap kanker.
  • Terapi internal: zat radioaktif dalam jarum, kawat, atau kateter akan ditempatkan secara langsung ke dalam atau dekat dengan kanker.

Metode terapi radiasi ini dapat diberikan tergantung pada jenis dan stadium kanker.

3. Imunoterapi

Imunoterapi dilakukan dengan menggunakan sistem kekebalan tubuh pasien untuk melawan kanker. Perawatan ini biasanya ditujukkan bagi penderita kanker anus tahap lanjut.

4. Operasi

Berdasarkan stadium kanker, dokter biasanya menggunakan prosedur berbeda untuk menghilangkan kondisi ini. Beberapa tindakan pembedahan yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Local resection: ini merupakan tindakan pengangkatan kanker dari anus bersama dengan beberapa jaringan yang sehat di sekelilingnya. Cara ini bisa dilakukan jika tumor berukuran kecil dan belum tersebar.
  • Abdominoperineal resection: tindakan pengangkatan anus, rektum, dan bagian dari kolon sigmoid melalui pembedahan di bagian perut.

5. Terapi Pendukung

Perawatan kanker anus dapat menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, pasien biasanya dianjurkan untuk melakukan terapi pendukung.

Terapi pendukung atau paliatif dapat diberikan untuk mengurangi keparahan gejala, sekaligus meminimalkan efek samping pengobatan kanker. Terapi akan dikombinasikan bersamaan dengan perawatan kanker yang lain.

Baca Juga: Mendeteksi Gejala Kanker Usus Lewat Feses, Seperti Apa Bentuknya?

Komplikasi Kanker Anus

Kondisi ini jarang menyebar ke organ tubuh lain yang terletak jauh dari organ ini. Bila menyebar, kanker biasanya akan menyerang organ seperti paru-paru dan hati.

Pencegahan Kanker Anus

Sampai saat ini belum ada cara pasti untuk mencegah penyakit ini. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kejadian penyakit ini, di antaranya:

  • Lakukan seks yang aman untuk mencegah infeksi HPV dan HIV. Hindari seks anal.
  • Gunakan kondom saat berhubungan seks.
  • Dapatkan vaksinasi HPV agar terlindung dari infeksi HPV. Vaksin ini disarankan untuk remaja, termasuk anak laki-laki dan perempuan. Namun, orang dewasa juga dapat menerima vaksin ini.
  • Bila memiliki faktor risiko terhadap kanker, pastikan untuk melakukan skrining kanker secara rutin.
  • Hentikan kebiasaan merokok dan jauhi paparan asap rokok.

 

  1. Anonim. 2023. Key Statistics for Anal Cancer. https://www.cancer.org/cancer/anal-cancer/about/what-is-key-statistics.html. (Diakses pada 2 Maret 2023).
  2. Anonim. 2021. Anal Cancer. https://www.nhs.uk/conditions/anal-cancer/. (Diakses pada 2 Maret 2023).
  3. Anonim. 2022. Anal Cancer. https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/anal-cancer. (Diakses pada 2 Maret 2023).
  4. Anonim. 2021. Anal Cancer. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/anal-cancer/symptoms-causes/syc-20354140. (Diakses pada 2 Maret 2023).
  5. Anonim. 2022. Anal Cancer Treatment (PDQ®)–Patient Version. https://www.cancer.gov/types/anal/patient/anal-treatment-pdq. (Diakses pada 2 Maret 2023).
  6. Anonim. 2022. What Is Anal Cancer? https://www.webmd.com/cancer/what-is-anal-cancer. (Diakses pada 2 Maret 2023).
  7. Brazier, Yvette. 2019. What You Need to Know about Anal Cancer. https://www.medicalnewstoday.com/articles/156549. (Diakses pada 2 Maret 2023).
  8. Stubblefield, Heaven. 2018. Anal Cancer. https://www.healthline.com/health/anal-cancer. (Diakses pada 2 Maret 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi