Terbit: 5 April 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Apabila Anda mengalami depresi jangka pendek yang terkait dengan tekanan yang berat, itu menandakan Anda mengalami depresi situasional atau situational depression. Selengkapnya cari tahu gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya di bawah ini!

Depresi Situasional: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Cara Mengobati

Apa itu Depresi Situasional?

Depresi situasional adalah jenis depresi jangka pendek yang terkait dengan stres atau perasaan tertekan yang berat. Kondisi mental yang diklasifikasikan sebagai gangguan ini dapat berkembang setelah mengalami trauma atau perubahan dramatis dalam kehidupan sehari-hari.

Depresi situasional dapat membuat seseorang sulit untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari setelah mengalami peristiwa traumatis. Depresi ini mengikuti suatu peristiwa yang membuat seseorang merasa stres kronis, kesal, atau berduka.

Tanda dan Gejala Depresi Situasional

Gejalanya berbeda pada setiap orang. Depresi ini dapat memperbesar intensitas peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Stres ini bisa menyebabkan gangguan yang kronis pada kehidupan sehari-hari.

Gejala depresi situasional yang sering kali terjadi, meliputi:

  • Kesedihan.
  • Keputusasaan.
  • Sedikit kesenangan dalam aktivitas normal.
  • Menangis.
  • Terus-menerus khawatir, cemas, atau stres.
  • Kesulitan tidur.
  • Tidak nafsu makan.
  • Kesulitan untuk fokus.
  • Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Merasa kewalahan.
  • Menghindari situasi dan interaksi sosial.
  • Tidak mengurus hal-hal penting, misalnya membayar tagihan atau bekerja.
  • Ada pikiran atau upaya untuk bunuh diri.

Baca Juga: 10 Ciri Depresi Ringan hingga Berat (Mudah Dikenali)

Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?

Apabila situational depression yang Anda alami berlangsung lebih lama dari beberapa minggu dan tidak kunjung membaik, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau terapis profesional.

Tenaga medis profesional dapat membantu mengetahui apakah Anda sedang mengalami masa sedih yang kronis atau apakah itu depresi situasional atau klinis.

Seorang terapis akan memberi ruang untuk berbicara tentang apa yang Anda alami dan membuat rencana perawatan yang mencakup kombinasi dari dukungan, pendidikan, dan alat koping. Mereka mungkin akan menganjurkan kombinasi psikoterapi dan pengobatan.

Untuk menemukan terapis yang tepat, konsultasikan dengan dokter umum.

Penyebab Depresi Situasional

Situational depression mulai terjadi setelah mengalami perubahan besar dalam hidup atau trauma. Beberapa peristiwa yang dapat memicu timbulnya bentuk depresi ini, meliputi:

  • Hubungan atau masalah perkawinan, seperti pertengkaran atau perceraian.
  • Perubahan situasional, seperti pensiun, pergi ke sekolah, atau memiliki bayi.
  • Situasi keuangan negatif, seperti masalah uang atau kehilangan pekerjaan.
  • Kematian orang yang dicintai.
  • Masalah sosial di sekolah atau tempat kerja.
  • Penyakit medis
  • Tinggal di lingkungan yang berbahaya.
  • Pengalaman hidup atau mati seperti serangan fisik, pertempuran, atau bencana alam.

Faktor Risiko Depresi Situasional

Pengalaman hidup sebelumnya bisa memengaruhi cara seseorang menghadapi stres. Seseorang berisiko lebih tinggi mengalami depresi situasional apabila mengalami hal berikut:

  • Masalah kesehatan mental.
  • Beberapa keadaan hidup yang sulit terjadi di saat yang sama.
  • Mengalami stres yang cukup besar selama masa kanak-kanak.

Faktor biologis juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi, termasuk:

  • Kelainan pada struktur dan kimia otak.
  • Perubahan genetika.
  • Kelainan hormonal.

Seseorang juga lebih mungkin mengalami depresi apabila salah satu anggota keluarga juga mengalaminya.

Baca Juga: 12 Penyebab Depresi yang Sering Dialami dan Cara Mengatasinya

Diagnosis Depresi Situasional

Menurut kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) yang berkaitan dengan diagnosis reaksi penyesuaian pada suasana hati yang tertekan, seseorang harus bisa mengenali stresor (pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan) kehidupan utama.

Gejalanya harus memengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi secara normal agar dapat didiagnosis menderita depresi situasional.

Selama menjalani pemeriksaan, profesional kesehatan mental akan melakukan hal berikut:

  • Mengajukan pertanyaan mendalam tentang gejala dan riwayat kesehatan medis dan mental.
  • Menanyakan tentang riwayat keluarga.
  • Menanyakan tentang masalah sosial apa pun yang mungkin pernah dialami (misalnya menarik diri dari sosial).
  • Membandingkan gejala dengan kriteria yang tercantum dalam DSM-5.

Kriteria DSM-5 mengatakan seseorang harus mengalami gejala berikut:

  • Gejala emosional atau perilaku—untuk jangka waktu tiga bulan— sebagai respons terhadap stresor tertentu yang baru terjadi.
  • Mengalami tingkat gejala yang dianggap lebih dari yang biasanya terutama pada peristiwa yang memicu stres.
  • Gejala yang Anda keluhkan bukan akibat penyalahgunaan alkohol atau gangguan kesehatan mental lainnya.
  • Memiliki gejala yang secara langsung mengganggu hubungan di tempat kerja atau sekolah secara negatif.
  • Gejala yang terjadi tidak seperti bagian dari proses berduka yang normal.

Cara Mengobati Depresi Situasional

Perawatan utamanya adalah mengatasi gejalanya. Hal ini dapat dicapai melalui beberapa pengobatan yang berbeda termasuk pengobatan dan psikoterapi.

Beberapa perawatan yang dapat mengobati depresi situasional, berikut di antaranya:

1. Obat-obatan

Beberapa jenis obat, seperti antidepresan bisa membantu meringankan gejala depresi tertentu. Perawatan ini mungkin penting apabila gejalanya mengganggu aktivitas Anda sehari-hari

2. Psikoterapi

Psikoterapi adalah cara utama untuk mengobati depresi situasional. Sifat pasti dari psikoterapi akan berbeda tergantung pada beberapa faktor (misalnya subtipe gangguan penyesuaian) dan mungkin termasuk:

  • Pembinaan suportif untuk mengatasi stresor.
  • Terapi perilaku kognitif (CBT) untuk mengatasi pemikiran yang menyimpang dan perilaku bermasalah.
  • Terapi keluarga (terutama jika pasien remaja atau ketika situasinya terkait dengan keluarga).
  • Terapi pasangan (saat gangguan penyesuaian berdampak pada hubungan intim).
  • Pendekatan yang berorientasi wawasan (terapi psikodinamik) untuk membantu seseorang memahami konflik dan dinamika yang mendasari, seperti reaksi terhadap stres dan memperkuat kapasitasnya untuk mengatasi masalah.

Baca Juga: 9 Cara Mengatasi Depresi Berat Paling Efektif

3. Perubahan gaya hidup

Ada banyak perubahan gaya hidup yang mampu membantu mengatasi depresi situasional, beberapa di antaranya bahkan bisa membantu meringankan atau mengurangi gejala, termasuk:

  • Tidur yang cukup.
  • Olahraga secara rutin setiap hari (berdasarkan persetujuan dokter).
  • Makan makanan yang sehat dan hindari makanan manis, berlemak, dan diproses.
  • Membangun atau memperkuat dukungan dari teman sebaya, serta menjangkau profesional kesehatan mental seperti konselor atau terapis jika diperlukan.
  • Belajar tentang tahapan duka dan kehilangan serta luangkan waktu untuk melewati tahapan dan menyembuhkan diri sendiri.
  • Hindari alkohol, obat-obatan terlarang, atau psikotropika
  • Mempertahankan hubungan sosial.

Apabila kondisi ini tidak merespons obat-obatan atau perawatan lainnya, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

 

  1. Cirino, Erica. 2018. Understanding Situational Depression. https://www.healthline.com/health/depression/situational-depression#suicide-prevention. (Dikases pada 5 April 2022)
  2. Christiansen, Sherry. 2021. What Is Situational Depression?. https://www.verywellhealth.com/situational-depression-5093165#toc-treatment. (Diakses pada 5 April 2022)
  3. Kendra Cherry. 2020. An Overview of Situational Depression. https://www.verywellmind.com/an-overview-of-situational-depression-4767921#toc-treatment. (Diakses pada 5 April 2022)
  4. Robinson, Kara M. 2021. What Is Situational Depression?. https://www.webmd.com/depression/situational-depression. (Diakses pada 5 April 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi