Terbit: 8 May 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Peradangan yang terjadi di usus buntu bisa mengakibatkan sensasi nyeri yang luar biasa di perut. Bahkan, kondisi tersebut sering dikaitkan dengan kanker usus. Benarkah kedua hal tersebut saling berkaitan? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Benarkah Penyakit Usus Buntu Meningkatkan Risiko Kanker Usus?

Kasus Kanker Usus Besar di Indonesia

Kanker usus besar adalah penyakit kanker dengan kasus terbanyak ketiga di Indonesia. Menurut data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO) tahun 2018, kanker usus besar berada di peringkat ketiga dunia untuk jenis kanker yang paling umum terjadi.

Sementara di Indonesia, data Globocan tahun 2020 mengungkapkan jika kanker usus besar berada di peringkat keempat kanker dengan kasus baru paling banyak. 

Setiap tahunnya sekitar 35 ribu pasien terdiagnosis kanker ini. Sekitar 35 persen di antaranya terjadi pada pasien yang berusia produktif atau di bawah 40 tahun. Sementara itu, angka kematian di Indonesia akibat penyakit ini mencapai sebanyak 6,7 dari total 100 ribu kasus.

Sekitar 30 persen dari kasus kanker usus besar dialami oleh mereka yang berusia kurang dari 40 tahun atau usia produktif. Penyakit ini sering kali diawali oleh munculnya tumor jinak yang dikenal dengan nama polip.

Penyebab kemunculan penyakit ini belum dapat diketahui dengan pasti. Diduga kuat, kebiasaan buruk, seperti jarang olahraga, malas konsumsi serat, dan merokok menjadi faktor pemicunya.

Selain itu, penderita radang usus buntu juga disebut-sebut lebih berisiko terhadap penyakit ini.

Baca Juga10 Makanan Penyebab Usus Buntu, Memang Bisa?

Benarkah Radang Usus Buntu Sebabkan Kanker Usus?

Radang usus buntu terjadi ketika terjadi peradangan pada usus buntu. Organ ini merupakan kantung berbentuk jari yang menjulur dari usus besar. Lokasinya berada di sisi kanan bawah perut.

Peradangan pada usus buntu menyebabkan penderita mengalami rasa sakit pada perut kanan bagian bawah. Seiring dengan bertambahnya keparahan, rasa nyeri yang dirasakan bisa menjadi semakin parah.

Selain menyebabkan sensasi nyeri pada perut kanan bawah, penderitanya juga akan mengalami gejala penurunan nafsu makan, mual, muntah, dan demam tinggi.

Pengobatan umum untuk menghilangkan radang pada usus buntu adalah operasi (apendektomi). Namun, tindakan yang dilakukan bergantung pada keparahan kondisi.

Jika peradangan masih sebatas di usus buntu, operasi yang dilakukan termasuk ringan. Sementara itu, bila peradangan sudah menyebabkan usus buntu pecah, infeksi berisiko telah menyebar. Kondisi ini menjadi lebih sulit untuk ditangani sehingga memerlukan tindakan operasi besar.

Namun, sama dengan pengobatan medis lain, tindakan pembedahan ini memiliki efek samping tersendiri.

Baca Juga: Berbagai Minuman dan Makanan yang Bisa Memicu Kanker Usus

Penelitian mengungkap, penderita radang usus yang menjalani operasi untuk mengatasi usus buntu cenderung memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker usus. Kenaikan risiko ini mencapai 14 persen.

Sementara itu, kanker usus besar juga cenderung sering ditemui pada orang berusia lanjut yang pernah menjalani operasi usus buntu.

Mengenai keterkaitan keduanya, para ahli menduga bahwa hal ini berkaitan dengan peran usus buntu bagi sistem kekebalan tubuh. Peradangan pada organ ini membuatnya mau tidak mau ‘dihilangkan’.

Pada akhirnya, tidak ada lagi kelenjar yang diproduksi usus buntu. Padahal, kelenjar tersebut ikut berperan dalam mencegah terjadinya kanker.

Selain itu, ada juga dugaan bahwa usus buntu merupakan tempat tinggal bagi bakteri baik di tubuh. Bakteri baik ini ikut memegang peran penting terhadap sistem kekebalan tubuh.

Apabila usus buntu diangkat melalui tindakan operasi, secara otomatis tempat tinggal bakteri tersebut hilang. Hal ini tentunya akan berdampak terhadap sistem imun.

Baca Juga15 Gejala Radang Usus dan Cara Mengatasinya

Meskipun temuan mengenai radang usus buntu bisa picu kanker usus menjanjikan, penelitian terbaru tahun 2022 mengungkap hal sebaliknya.

Menurut penelitian yang terbit di Cancer Epidemiology mengungkapkan, pasien yang menjalani apendektomi mengalami penurunan risiko kanker secara keseluruhan.

Mengetahui fakta tersebut, penelitian lain masih dibutuhkan mengenai kaitan antara radang usus buntu dan kanker usus.

Selain itu, penderita radang usus buntu yang masih berusia muda dianjurkan untuk mewaspadai adanya kemungkinan risiko terkena kanker usus sebagai efek samping dari apendektomi.

Nah, itulah penjelasan seputar infeksi usus buntu yang bisa memicu kanker usus. Meksi masih menuai perdebatan, penderita usus buntu sebaiknya mewaspadai adanya kemungkinan terkena penyakit ini di masa depan dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

 

  1. Anonim. 2022. Younger Patients with Appendicitis Are More Likely to Have Cancer of the Appendix. https://www.facs.org/for-medical-professionals/news-publications/news-and-articles/press-releases/2022/appendicitis-cancer/. (Diakses pada 1 Maret 2023).
  2. Anonim. 2022. Kemenkes & Biofarma Luncurkan Alat Deteksi Kanker Usus. https://www.kemkes.go.id/article/view/22071900003/kemenkes-biofarma-luncurkan-alat-deteksi-kanker-usus.html. (Diakses pada 1 Maret 2023).
  3. Anonim. 2021. Appendicitis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/appendicitis/symptoms-causes/syc-20369543. (Diakses pada 1 Maret 2023).
  4. Mohamed, Imran, dkk. 2019. Appendicitis As A Manifestation of Colon Cancer: Should We Image the Colon After Appendicectomy Ii Patients Over the Age of 40 Years? https://link.springer.com/article/10.1007/s00384-018-03224-8. (Diakses pada 1 Maret 2023).
  5. Susanto, Heru & Soeharso. 2023. Kanker Usus Besar. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2092/kanker-usus-besar. (Diakses pada 1 Maret 2023).
  6. Van Den Boom, A,L., dkk. 2022. Appendectomy and the Subsequent Risk of Cancer: A Prospective Population-based Cohort Study with Long Follow-up. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187778212200025X. (Diakses pada 1 Maret 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi