Terbit: 24 January 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Baby blues syndrome adalah kondisi psikologis yang dapat menimpa seorang ibu setelah melahirkan. Bila mengalaminya, ibu akan lebih sensitif, mudah tersinggung, atau merasa sedih tanpa penyebab jelas. Kenali seputar masalah kesehatan ini dalam penjelasan berikut.

Baby Blues Syndrome: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Apa Itu Baby Blues Syndrome?

Baby blues syndrome adalah perubahan suasana hati ringan, kecemasan, perasaan sedih, gundah, dan kelelahan yang sering terjadi setelah melahirkan.

Gejala mental dan fisik dari kondisi ini memengaruhi sekitar 70-80 persen ibu dan biasanya terjadi 1-2 hari setelah melahirkan.

Selain itu, kondisi ini juga dapat terjadi pada setiap ibu yang baru pertama kali melahirkan, bahkan pada ibu yang sudah pernah melahirkan sebelumnya tanpa gejala baby blues syndrome.

Meski gejala yang muncul tampak sepele dan akan hilang dengan sendirinya tanpa penanganan, Anda sebaiknya tetap waspada. Pada beberapa kondisi, baby blues bisa saja memberikan dampak negatif pada ibu dan si Kecil.

Baca Juga3 Jenis Posisi Tidur yang Tepat setelah Melahirkan Normal

Gejala Baby Blues Syndrome

Gejala sindrom ini dapat bervariasi pada setiap ibu. Namun yang pasti, Anda bisa mendeteksi kemunculan gejala dalam 2-3 hari setelah melahirkan.

Sejumlah gejala baby blues syndrome yang bisa dikenali, di antaranya:

  • Menangis tanpa sebab yang jelas.
  • Perubahan suasana hati.
  • Mudah marah.
  • Mudah gelisah.
  • Tidak sabar.
  • Insomnia.
  • Gelisah.
  • Cemas.
  • Lelah.
  • Enggan memperhatikan si Kecil.
  • Tidak percaya diri.
  • Sulit beristirahat dengan tenang.
  • Konsentrasi yang buruk.

Jika setelah melahirkan Anda mengalami berbagai kondisi dan perasaan di atas, maka besar kemungkinan Anda sedang dilanda sindrom baby blues.

Berapa Lama Baby Blues Bertahan?

Berbagai gejala sindrom baby blues yang dirasakan tentu sangat mengganggu. Pasalnya, beberapa keluhan mungkin akan mempersulit Anda mengurus sang buang hati.

Namun, tidak perlu khawatir. Sindrom ini bisa segera membaik di sekitar hari ke-2 atau hari ke-3 pascamelahirkan.

Sementara itu, gejala yang dirasakan dapat muncul selama beberapa menit hingga beberapa jam dalam sehari.

Gejala dapat berkurang atau hilang sama sekali dalam waktu 14 hari setelah bayi dilahirkan.

Apa Perbedaan Baby Blues Syndrome dengan Postpartum Depression?

Perbedaan keduanya terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya gejala-gejala yang telah disebutkan di atas.

Pada postpartum depression (PPD), Anda akan merasakan berbagai gejala tersebut lebih sering, lebih hebat, serta lebih lama. Sementara itu, sindrom baby blues biasanya berlangsung lebih cepat setelah melahirkan.

Jika Anda mengalami baby blues syndrome lebih dari dua minggu, bisa jadi itu adalah PPD. Sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk menentukan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Baca Juga: Memahami Perbedaan Baby Blues dan Depresi Postpartum Lebih Dalam

Penyebab Baby Blues Syndrome

Sindrom ini tidak selalu terjadi pada ibu setelah melahirkan. Namun, faktanya sekitar 80 persen ibu mengalaminya.

Beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab kondisi ini, di antaranya:

  • Perubahan hormon: Setelah melahirkan estrogen dan progesteron mengalami penurunan. Kondisi ini memengaruhi suasana hati ibu.
  • Belum bisa menyesuaikan: Persalinan yang sudah dilalui menguras fisik dan emosi ibu. Ketika dihadapkan dengan mengurus si Kecil yang baru dilahirkan, ibu bisa saja merasa kewalahan.
  • Persalinan pertama: Melahirkan untuk pertama kalinya bisa memicu perasaan tidak terduga saat melihat bayi. Hal ini memicu berbagai emosi dalam diri karena peran baru yang akan dijalani.
  • Kurang tidur: Siklus tidur bayi baru lahir belum teratur sehingga berdampak pada waktu istirahat ibu. Kondisi ini bisa memicu gejala baby blues syndrome.
  • Riwayat gangguan mental: Ibu yang sebelumnya memiliki gangguan mental, seperti gangguan kecemasan dan depresi, lebih rentan mengalami sindrom ini.

Bisakah Baby Blues Terjadi Setelah Melahirkan?

Baby blues syndrome adalah gangguan suasana hati yang dapat menimpa ibu setelah melahirkan. Namun, tak jarang sebagian ibu mengalaminya sebelum melahirkan.

Gejala gangguan suasana hati, seperti gelisah, cemas, takut, sedih, yang dirasakan ibu sebelum melahirkan dapat menjadi gejala depresi antepartum atau pre-baby blues.

Selain gejala tersebut, ibu hamil yang mengalami pre-baby blues syndrome cenderung sulit untuk berkonsentrasi dan merasa tidak ada orang lain yang dapat mengerti dirinya.

Pada beberapa kasus yang parah, ibu bisa merasa putus asa hingga memiliki keinginan untuk mengakhiri hidupnya.

Cara Mengatasi Baby Blues Syndrome

Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mengatasi sindrom baby blues, di antaranya:

  • Perbanyak istirahat.
  • Jangan membebani diri. Jika merasa tidak sanggup, mintalah bantuan keluarga atau pasangan untuk mengurus bayi.
  • Bicarakan masalah Anda pada orang yang dipercaya.
  • Dapatkan waktu untuk relaksasi.
  • Konsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang. Jangan sampai memiliki bayi membuat Anda tidak makan dengan benar.
  • Luangkan waktu ke luar untuk menikmati udara segar.
  • Jangan mengharapkan untuk pulih sepenuhnya dalam minggu pertama setelah melahirkan. Berikanlah waktu untuk proses pemulihan dan penyesuaian peran sebagai orang tua baru.

Baca Juga: 10 Cara Mengatasi Vagina Sakit Setelah Melahirkan

Cara Mencegah Baby Blues Syndrome

Supaya sindrom ini tidak menimpa, Anda bisa melakukan sejumlah cara untuk mengurangi risikonya. Beberapa cara mencegah baby blues syndrome, antara lain:

1. Kelola Stres dengan Baik

Cara mencegah baby blues syndrome yang pertama adalah melepas stres. Pastikan Anda mendapatkan waktu untuk diri sendiri alias me time dengan berkegiatan positif.

Ada banyak pilihan kegiatan yang bisa Anda lakukan, misalnya yoga, pergi ke salon, bertemu teman, atau sekadar berjalan santai di taman sambil mendengarkan musik kesukaan Anda.

2. Lakukan Skin-to-skin

Skin-to-skin atau kontak kulit ke kulit ketika bayi baru lahir bisa membantu mencegah kejadian baby blues syndrome. Hal ini terungkap dalam Journal of Obstetric, Gynecologic, & Neonatal Nursing.

Menurut penelitian yang termuat dalam jurnal tersebut, ibu yang melakukan kontak kulit ke kulit dengan bayi selama enam jam pada minggu pertama melaporkan lebih sedikit perilaku depresi.

Selain itu, mereka yang melakukan kontak kulit ke kulit selama tiga jam sehari dapat mengurangi bayi menangis hingga 43 persen.

3. Bicarakan dengan Orang Terpercaya

Cobalah utarakan masalah Anda pada orang terdekat yang dipercaya, misalnya pasangan, teman, atau keluarga. Bicarakan segala hal yang dirasakan, mulai dari kekhawatiran menjadi orang tua baru dan perasaan-perasaan lainnya.

Selain itu, konsultasi dengan profesional juga bisa dipertimbangkan. Terlebih jika gejala yang dirasakan sudah sangat mengganggu keseharian.

4. Atur Waktu untuk Istirahat

Menjadi orang tua baru tentu tidak mudah. Anda harus sigap ketika sewaktu-waktu si Kecil menangis di malam hari.

Supaya kebutuhan waktu istirahat Anda terpenuhi, pandai-pandailah dalam mengatur waktu tidur. Bila perlu, Anda bisa mengikuti jam tidur bayi.

Baca JugaManfaat Skin to Skin untuk Bayi dan Ibu, Jangan Dianggap Sepele

5. Luangkan Waktu untuk Olahraga

Olahraga dapat membantu meningkatkan suasana hati Anda. Ini karena hormon yang diproduksi ketika sedang melakukan aktivitas fisik ini.

Oleh sebab itu, sempatkanlah untuk berolahraga ringan di sela-sela kesibukan Anda menjadi orang tua baru.

6. Jangan Terlalu Keras pada Diri Sendiri

Anda mungkin memiliki harapan untuk menjadi orang tua terbaik bagi sang buah hati. Namun, jangan sampai harapan ini membebani diri sendiri.

Ingatlah, tidak ada orang tua yang sempurna. Jadi, cobalah untuk bersikap lebih realistis dan jangan terlalu keras pada diri sendiri.

Jika merasa kewalahan saat mengurus bayi, tidak ada salahnya untuk meminta bantuan pada pasangan atau keluarga.

Demikian hal-hal seputar baby blues syndrome yang sebaiknya diketahui. Jika Anda mengalami gangguan suasana hati setelah melahirkan yang mengganggu, tak ada salahnya untuk berkonsultasi ke dokter.

 

  1. Alpert, Yelena Moroz. 2018. The Baby Blues Survival Guide. https://www.thebump.com/a/baby-blues-or-depression. (Diakses pada 22 Juni 2023).
  2. Anonim. 2021. Baby Blues After Pregnancy. https://www.marchofdimes.org/find-support/topics/postpartum/baby-blues-after-pregnancy. (Diakses pada 22 Juni 2023).
  3. Anonim. Baby Blues. https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/first-year-of-life/baby-blues/. (Diakses pada 22 Juni 2023).
  4. Bradley, Sarah. 2020. What Are the Baby Blues and How Long Do They Last? https://www.healthline.com/health/baby-blues. (Diakses pada 22 Juni 2023).
  5. Geddes, Jennifer Kelly. 2023. The Baby Blues. https://www.whattoexpect.com/first-year/postpartum-health-and-care/baby-blues. (Diakses pada 22 Juni 2023).
  6. Serenity Wellness. 2018. What is the Difference Between Baby Blues and Postpartum Depression? https://www.serenityrw.com/what-is-the-difference-between-baby-blues-and-postpartum-depression/. (Diakses pada 22 Juni 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi