Terbit: 6 August 2020
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Salah satu kondisi yang bisa dialami saat seorang wanita memilih persalinan normal adalah melahirkan dengan forceps. Kapan prosedur ini dilakukan? Adakah risiko yang dihadapi dengan melakukan teknik ini? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Melahirkan dengan Forceps: Alasan, Cara Kerja, Risiko, dan Pemulihan

Apa Itu Forceps?

Forceps adalah sebuah alat yang memiliki bentuk seperti sendok besar atau penjepit yang digunakan untuk menggenggam kepala bayi supaya membantunya keluar dari jalan lahir.

Dengan kontraksi dan dorongan Anda, dokter kandungan secara lembut menariknya untuk membantu melahirkan bayi Anda.

Meski jarang dilakukan, dokter bisa memutuskan untuk melakukan prosedur ini untuk mempercepat persalinan, terutama jika ibu atau bayi menunjukkan tanda-tanda kesusahan.

Ada berbagai jenis forsep, beberapa dirancang khusus untuk memutar bayi ke posisi yang tepat untuk dilahirkan, seperti jika bayi berbaring menghadap ke atas atau ke satu sisi.

Kapan dan Mengapa Persalinan Forcep Dilakukan?

Jika bayi masih kesulitan untuk keluar dan proses persalinan berlangsung lama, dokter mungkin memutuskan menggunakan alat ini untuk mempercepat proses melahirkan. Kadang-kadang, tindakan ini juga didasari untuk menghindari operasi caesar.

Secara khusus, dokter mungkin memutuskan untuk menggunakan forceps jika:

  • Gawat janin. Bayi harus segera dilahirkan karena mengalami fetal distress atau gawat janin, kondisi di mana janin kekurangan oksigen.
  • Posisi bayi. Prosedur forceps dilakukan jika posisi bayi kurang baik selama tahap mendorong. Prosedur ini dapat digunakan untuk memutar kepala bayi.
  • Bayi macet di jalan lahir. Persalinan yang macet (distosia) dapat terjadi karena pembukaan leher rahim yang lambat, ukuran bayi terlalu besar tetapi ukuran panggul ibu kecil, lemahnya kontraksi rahim, dan kesalahan saat mengejan, dan kelelahan.
  • Kesulitan mendorong. Ini terjadi misalnya akibat kelelahan, memiliki kondisi jantung, atau tekanan darah yang sangat tinggi).
  • Detak jantung bayi bermasalah. Jika detak jantung bayi menunjukkan adanya masalah, prosedur forceps dapat dilakukan.
  • Melahirkan bayi prematur secara normal. Forceps dapat membantu melindungi kepala bayi dari perineum Anda.

Sebelum melakukan prosedur ini, dokter akan mempertimbangkan cara lain untuk mendorong persalinan. Misalnya dengan menyesuaikan anestesi agar Anda mendorong lebih efektif.

Sedangkan untuk merangsang kontraksi yang lebih kuat, pilihan lainnya mungkin pemberian obat intravena versi sintetis dari hormon oksitosin (Pitocin).

Baca Juga: Ini Dia Perbedaan Persalinan Normal dan Persalinan Spontan

Cara Kerja Forceps

Sebelum melahirkan dengan forceps, rahim harus dilebarkan sepenuhnya dan selaput dara harus sudah pecah. Selain itu, Anda juga harus mengosongkan kandung kemih sebelum prosedur dan mendapatkan bius epidural.

Jika perlu, Anda mungkin juga memerlukan episiotomi, yaitu sayatan pada jaringan antara vagina dan anus untuk memperbesar lubang vagina. Setelah itu, dokter akan melakukan langkah-langkah berikut:

  • Di saat kontraksi, alat ini mulai dimasukan ke vagina. Jika kepala bayi menghadap ke atas, dokter mungkin akan memutar kepalanya sehingga menghadap ke belakang Anda.
  • Saat Anda mendorong selama kontraksi, dokter akan menggunakan forceps untuk membimbing bayi dengan lembut melalui jalan lahir.
  • Setelah kepala bayi sudah dipegang dengan alat ini, Anda bisa mendorongnya keluar.

Risiko yang Mungkin Dialami

Meski forceps dapat membantu proses persalinan, prosedur ini juga memiliki risiko cedera bagi ibu dan bayi. Berikut ini adalah berbagai risiko yang mungkin dialami ibu, antara lain:

  • Nyeri di perineum, area kulit antara liang vagina dengan anus.
  • Robekan di saluran genital bagian bawah.
  • Kesulitan buang air kecil atau mengosongkan kandung kemih.
  • Inkontinensia urine atau feses jangka pendek atau jangka panjang (buang air kecil atau buang air besar tanpa disengaja) jika terjadi robekan parah.
  • Cedera pada kandung kemih.
  • Rahim pecah (uterine rupture), kondisi ketika dinding rahim robek sehingga memungkinkan janin atau plasenta terdorong ke dalam rongga perut.
  • Melemahnya otot dan ligamen yang mendukung organ panggul, kondisi ini menyebabkan organ panggul turun lebih rendah (prolaps organ panggul).

Sementara itu, berikut ini adalah beberapa risiko yang mungkin terjadi pada bayi (meski jarang terjadi), antara lain:

  • Cedera wajah ringan akibat tekanan forceps.
  • Kelemahan sementara pada otot wajah (facial palsy).
  • Trauma mata.
  • Fraktur tengkorak.
  • Pendarahan di dalam tengkorak.
  • Kejang.

Perlu Anda ketahui, tanda kecil di wajah bayi setelah melahirkan dengan forceps adalah normal dan sementara. Cedera bayi yang serius setelah prosedur ini adalah sesuatu yang jarang terjadi.

Baca Juga: Cephalopelvic Disproportion: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Apakah Persalinan Forceps Bisa Dicegah?

Sulit untuk memprediksi seperti apa metode persalinan yang akan Anda jalani, hal terbaik yang dapat dilakukan untuk mendapatkan persalinan bebas komplikasi adalah mencoba mempertahankan kehamilan yang sehat.

Kehamilan yang sehat berarti Anda harus berolahraga secara teratur, mengikuti rekomendasi dokter, dan menghadiri kelas persalinan. Kondisi kehamilan yang sehat dapat membantu Anda untuk tetap tenang dan rileks selama persalinan.

Jika Anda mengandung lebih dari satu, usia tua saat hamil, atau memiliki bayi yang lebih besar dari biasanya, Anda juga berisiko lebih tinggi untuk membutuhkan forceps.

Hal-Hal yang Dialami Selama Prosedur

Selama persalinan dengan forceps, Anda akan berbaring telentang, sedikit miring dengan kaki terbuka lebar. Anda mungkin akan untuk berpegangan pada sesuatu yang kuat untuk membantu menahan tubuh saat mendorong.

Di sela-sela kontraksi, dokter Anda akan menempatkan beberapa jari di dalam vagina untuk merasakan kepala bayi. Setelah dokter menemukannya, dia akan menyelipkan setiap bilah penjepit di kedua sisi kepala bayi. Alat ini dapat mencengkeram kepala bayi dengan lembut.

Saat Anda mendorong selama kontraksi berikutnya, dokter akan menggunakan alat ini untuk memandu bayi keluar melalui jalan lahir. Dokter mungkin juga menggunakan forceps untuk memutar kepala bayi ke bawah jika kepalanya menghadap ke atas.

Jika dokter tidak dapat menggenggam bayi dengan aman menggunakan alat ini, dokter mungkin menggunakan vacuum cup yang terpasang pada pompa untuk menarik bayi keluar. Jika dua prosedur ini tidak berhasil mengeluarkan bayi dalam waktu 20 menit, dokter mungkin perlu melakukan persalinan caesar.

Pemulihan Usai Persalinan Forceps

Anda mungkin menghabiskan waktu sedikit lebih lama di rumah sakit setelah melahirkan dengan forceps, tetapi waktu pemulihan hampir sama dengan kelahiran tanpa bantuan. Biasanya membutuhkan waktu sekitar enam minggu.

Wanita yang menjalani persalinan forceps dapat mengalami rasa sakit dan ketidaknyamanan hingga beberapa minggu setelah melahirkan.

Jika Anda memiliki jahitan, ini akan larut dalam waktu sekitar satu bulan. Anda mungkin harus memakai pembalut untuk pendarahan vagina normal.

Jika mengeluhkan sisa rasa sakit, Anda harus dapat mengelolanya dengan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas. Jika kondisinya lebih parah dari itu, konsultasikan dengan dengan dokter.

 

  1. Anonim. Forceps delivery. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/forceps-delivery/about/pac-20394207. (Diakses pada 6 Agustus 2020).
  2. Anoim. 2022. Forceps Delivery. https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/23260-forceps-delivery
  3. Brusie, Chaunie. 2016. Forceps Deliveries: Definition, Risks, and Prevention. https://www.healthline.com/health/pregnancy/forceps-assisted-delivery#types. (Diakses pada 6 Agustus 2020).
  4. Masters, Maria. 2020. Forceps Delivery. https://www.whattoexpect.com/pregnancy/labor-and-delivery/procedures-and-interventions/forceps.aspx. (Diakses pada 6 Agustus 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi