Terbit: 30 May 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Bagi umat muslim yang sehat, tentu wajib menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Namun bagi umat muslim yang berhalangan dan kondisinya tidak memungkinkan, boleh untuk tidak berpuasa, termasuk ibu hamil.

4 Kondisi Ibu Hamil yang Tidak Disarankan Berpuasa dan Perlu Batal

Kondisi Ibu Hamil yang Tidak Diperbolehkan Puasa

Ramadan merupakan waktu paling spesial bagi umat muslim. Pada waktu ini, setiap umat muslim perlu melakukan ibadah puasa. Meskipun wanita hamil dan menyusui diperbolehkan untuk tidak puasa, beberapa wanita merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri. 

Sebenarnya, semua orang yang mampu dan sehat boleh ikut puasa, termasuk ibu hamil. Cara paling bijak adalah melakukan konsultasi dengan dokter kandungan sebelum mulai puasa. 

Secara umum, ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil tidak boleh puasa, antara lain:

1. Mengalami Tekanan Darah Tinggi atau Preeklampsia

Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi serta adanya kelebihan protein dalam urine. Apabila Anda diketahui memiliki tekanan darah tinggi atau preeklampsia, maka sebaiknya jangan puasa. 

Preeklampsia sebenarnya memengaruhi beban kerja organ dalam tubuh. Melakukan puasa dengan kondisi ini diketahui dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan yang lebih parah. 

2. Kehamilan Kembar

Pada kehamilan kembar, tubuh perlu asupan lebih banyak air dan nutrisi untuk bisa mendukung tumbuh kembang lebih dari satu janin. Oleh sebab itu, Anda tidak disarankan untuk menjalani puasa bila sedang hamil anak kembar.

Melakukan puasa saat hamil anak kembar dapat meningkatkan risiko keguguran serta kelahiran prematur. Oleh sebab itu, menghindari puasa bisa memastikan semua janin dalam kandungan tetap sehat hingga persalinan tiba.  

Baca JugaMakanan yang Harus Dihindari Ibu Hamil saat Buka Puasa dan Sahur

3. Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional merupakan diabetes yang didiagnosis pertama kali selama kehamilan. Sama seperti diabetes pada umumnya, kondisi ini menyebabkan kenaikan gula darah dan bisa memengaruhi kehamilan dan kesehatan janin. 

Ibu hamil yang menderita diabetes gestasional tidak bisa berhenti makan dan minum dalam waktu yang terlalu lama. Pada beberapa kasus, komplikasi kehamilan ini perlu konsumsi obat dengan waktu spesifik. Oleh sebab itu, ibu hamil dengan diabetes gestasional tidak boleh puasa. 

4. Berat Badan Janin Rendah

Beberapa bumil mungkin mengalami masalah pada suplai darah dari ibu kepada janin. Kondisi ini menyebabkan berat badan janin menjadi lebih rendah daripada seharusnya. 

Apabila Anda mengalami kondisi ini, sebaiknya urungkan niat untuk puasa. Pasalnya, aliran darah dari ibu kepada janin memiliki peran penting untuk membawa nutrisi kepada janin. 

Pada kasus ini, para ibu hamil perlu makan dan minum pada waktu yang lebih sering sepanjang hari. Selain itu, perlu juga konsumsi obat untuk membuat darah menjadi lebih encer dan bisa membawa nutrisi dan oksigen pada janin.

Usia Kehamilan yang Diperbolehkan Puasa

Pada trimester pertama atau usia kehamilan 0 hingga 12 minggu, janin akan mengalami proses awal pembentukan semua bagian organ tubuh, terutama bagian otak. Oleh sebab itu, janin perlu banyak nutrisi untuk mendukung proses ini. 

Apabila usia kehamilan masih dalam trimester pertama, Anda disarankan untuk melakukan puasa agar nutrisi janin bisa terpenuhi dengan maksimal. Di samping itu, ibu hamil juga umumnya mengalami mual dan muntah (morning sickness) pada usia kehamilan ini. 

Apabila Anda tetap berpuasa selama mengalami mual dan muntah, maka Anda berisiko untuk mengalami dehidrasi dan kekurangan nutrisi untuk janin. 

Memasuki trimester kedua kehamilan atau usia kehamilan 13 hingga 24 minggu, gejala morning sickness umumnya sudah banyak berkurang. Meski demikian, tubuh tetap perlu banyak asupan nutrisi untuk mendukung tumbuh kembang janin. 

Apabila kondisi tubuh sehat dan tidak ada masalah pada kondisi tubuh dan janin, pada usia kehamilan ini Anda boleh untuk puasa. Namun, Anda tepat perlu melakukan konsultasi dengan dokter kandungan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk puasa.  

Pada usia kehamilan trimester ketiga, umumnya janin sudah siap untuk dilahirkan. Saat usia kehamilan ini, umumnya puasa boleh dilakukan. Akan tetapi, jangan lupa untuk melakukan konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. 

Gejala yang Mengharuskan Ibu Hamil Batal Puasa

Saat dokter sudah memberikan lampu hijau untuk melakukan ibadah puasa, maka Anda bisa menjalani ibadah puasa dengan tenang. Meski begitu, sebaiknya jangan lengah dan tetap perhatikan kondisi tubuh selama puasa.

Ada beberapa kondisi yang menjadi tanda bahwa puasa perlu segera dibatalkan agar tidak memberikan dampak buruk pada kesehatan dan janin, seperti:

1. Dehidrasi

Selama hamil, tubuh sebenarnya menggunakan air dalam jumlah yang lebih banyak. Oleh sebab itu, Anda perlu memastikan tubuh mendapatkan asupan cairan yang cukup. 

Apabila tubuh kekurangan carian, Anda bisa mengalami dehidrasi dan tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda khusus, seperti mulut kering, mengantuk, sakit kepala, dan pusing. Jika Anda mengalami gejala ini, sebaiknya segera batalkan puasa, ya. 

Pasalnya, dehidrasi dapat membuat jumlah air ketuban berkurang dan mengganggu tumbuh kemang janin. Kondisi ini juga dapat memicu janin lahir cacat akibat kekurangan nutrisi selama hamil.

2. Mimisan

Perubahan hormon selama kehamilan dapat membuat pembuluh darah hidung menjadi lebih lebar dan mudah pecah. Akhirnya, ibu hamil lebih rentan untuk mimisan. Mimisan memang tidak menunjukkan bahaya tertentu, namun Anda tidak boleh menganggap enteng jika mimisan terjadi selama puasa. 

Anda disarankan untuk segera membatalkan puasa apabila mengalami mimisan yang disertai dengan gejala berikut:

  • Darah mimisan keluar dalam jumlah banyak 
  • Tidak berhenti setelah 30 menit
  • Pusing atau lelah
  • Sulit bernapas
  • Kulit wajah menjadi pucat
  • Dada terasa nyeri dan sesak

Konsumsi air putih yang cukup mampu membantu menjaga selaput lendir dalam hidung tetap terhidrasi sehingga mimisan dapat dicegah. 

Baca JugaJangan asal! Ini 8 Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil

3. Muntah Terus Menerus

Apabila Anda tiba-tiba mengalami muntah terus menerus selama puasa, sebaiknya jangan paksakan diri dan segera batalkan puasa. Muntah dapat mengeluarkan cairan dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko dehidrasi.

Apabila cairan tubuh yang keluar dalam jumlah banyak tidak segera digantikan, maka kehamilan dapat terganggu akibat dehidrasi. Umumnya, muntah terus menerus selama puasa akan disertai dengan pandangan kabur dan kelelahan hebat. 

4. Pergerakan Bayi Berkurang

Ibu hamil umumnya akan mulai bisa merasakan pergerakan janin pada trimester kedua atau saat usia kehamilan 18 hingga 24 minggu. Janin juga akan terus bergerak hingga trimester ketiga. 

Bila melakukan puasa saat kehamilan trimester kedua atau ketiga, maka Anda perlu memerhatikan gerakan janin. Anda disarankan untuk segera membatalkan puasa bisa menyadari adanya perubahan pada gerak janin, seperti janin menjadi tidak seaktif biasanya.

Pasalnya, penurunan gerakan janin dalam kandungan bisa menjadi tanda adanya masalah pada janin. 

Untuk memantau gerakan janin, Anda bisa menghitung seberapa gerakan atau tendangan yang biasa dilakukan pada waktu janin aktif. Amati pergerakannya selama 2 jam. Apabila gerakan ini berkurang saat puasa, maka Anda perlu membatalkan puasa. 

Jika tidak ada perubahan pada gerakan janin setelah Anda batal puasa, maka sebaiknya segera lakukan pemeriksaan dengan dokter kandungan.

Memang akan terasa aneh jika Anda tidak berpuasa saat bulan suci Ramadan. Namun, sebenarnya ibu hamil dan menyusui diperbolehkan untuk tidak puasa. Hal yang paling penting adalah memastikan janin bisa sehat selama dalam kandungan hingga persalinan tiba. 

  1. Anonim. 2021. Fasting in Pregnancy. https://www.tommys.org/pregnancy-information/im-pregnant/nutrition-in-pregnancy/fasting-pregnancy. (Diakses pada 27 Juli 2023). 
  2. Akdemir, Esra, et al. 2020. Effect Of Preeclampsia And Preeclampsia Severity On Insulin, Homa-Ir, And Betatrophin Levels In Non-Diabetic Pregnant Women. https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0143400420302083. (Diakses pada 27 Juli 2023). 
  3. Kamenetzky, Kelly. 2021. Can I Fast While Pregnant? https://www.verywellfamily.com/can-i-fast-while-pregnant-5198411#toc-why-you-should-not-fast-while-pregnant. (Diakses pada 27 Juli 2023). 
  4. Mayo Clinic Staff. 2022. Gestational Diabetes. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gestational-diabetes/symptoms-causes/syc-20355339. (Diakses pada 27 Juli 2023). 
  5. Pregnancy Birth & Baby. 2021. Religious Fasting – Pregnancy And Breastfeeding. https://www.pregnancybirthbaby.org.au/religious-fasting-pregnancy-and-breastfeeding. (Diakses pada 27 Juli 2023). 
  6. Saudi Arabia Ministry of Health. 2023. FAQs about Pregnant Woman Fasting in Ramadan. https://www.moh.gov.sa/en/awarenessplateform/SeasonalAndFestivalHealth/Pages/Fasting-pregnant.aspx. (Diakses pada 27 Juli 2023). 


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi