Terbit: 26 April 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Salah satu keputusan terbesar yang perlu diambil ibu hamil adalah metode persalinan. Melahirkan normal atau vaginal merupakan cara paling natural. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil perlu memilih metode operasi caesar. 

Kondisi Ini Membuat Ibu Hamil Perlu Melahirkan Secara Caesar

Kondisi Kehamilan yang Mengharuskan Persalinan Secara Caesar

Operasi caesar atau yang dikenal juga dengan sectio caesarea (SC) merupakan metode persalinan yang dilakukan melalui operasi. Dokter akan mengeluarkan janin melalui sayatan di perut dan rahim. 

Saat ini, banyak bumil yang memilih metode persalinan ini karena rasa sakit yang dapat dihindari, prosesnya lebih cepat, dan ingin melahirkan pada tanggal tertentu. 

Di luar alasan-alasan tersebut, sebenarnya operasi caesar memiliki tujuan untuk menangani kondisi darurat medis pada kehamilan atau mencegah kondisi gawat darurat. Langkah ini diambil untuk keselamatan ibu hamil dan janin.

Beberapa kondisi medis yang membuat bumil diharuskan menjalani persalinan dengan operasi caesar, di antaranya adalah:

1. Kelainan Posisi janin

Saat mendekati waktu persalinan, pada umumnya kepala janin akan berada di posisi bawah, yaitu dekat vagina atau jalan lahir. Ini adalah posisi normal janin di usia kehamilan 36 minggu. 

Namun, pada beberapa kasus bisa terjadi kelainan pada posisi janin, seperti bayi sungsang atau breech position. Pada kasus ini, posisi kepala janin justru berada di atas dan bokongnya dekat dengan vagina. 

Pada posisi bayi sungsang, sebenarnya persalinan melalui vagina tetap bisa dicoba. Namun, cara ini dapat mengancam kondisi janin karena ada risiko tali pusat yang menghalangi jalan lahir.

Selain itu, kelainan posisi bayi yang dapat terjadi adalah posisi melintang. Pada kasus ini, posisi kepala janin justru berada di sisi kiri atau kanan dari perut ibu sehingga mengakibatkan bayi berada dalam posisi horizontal sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan persalinan per vagina.

Oleh sebab itu, metode operasi caesar lebih aman dilakukan jika janin tidak berada pada posisi normal. 

Baca Juga: Cara Menurunkan Berat Badan setelah Melahirkan (Aman dan Efektif)

2. Kehamilan Kembar

Hamil anak kembar memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi jika dibandingkan dengan kehamilan normal. 

Hal ini membuat banyak bumil yang berpikir bahwa hamil anak kembar harus melakukan persalinan dengan operasi caesar. Sebenarnya, melahirkan anak kembar juga bisa dilakukan melalui vagina. 

Namun, ada beberapa kondisi yang menyebabkan bumil dengan kehamilan kembar harus menjalani persalinan dengan operasi caesar. Pilihan metode persalinan ini dipengaruhi oleh jumlah janin, posisi janin, berat badan janin, dan usia kehamilan. 

Meskipun bisa dilahirkan melalui vagina, tetapi banyak ibu yang hamil anak kembar memilih metode persalinan dengan operasi caesar. 

3. Plasenta Previa

Plasenta previa adalah masalah pada kehamilan yang terjadi ketika plasenta menutupi mulut rahim atau serviks. Plasenta dapat menutupi rahim sebagian atau sepenuhnya. 

Bumil yang mengalami masalah ini tidak semua perlu melakukan operasi caesar. Dokter biasanya akan melakukan observasi terlebih dahulu sebelum memutuskan persalinan harus dilakukan melalui operasi caesar. 

Namun, pada umumnya kasus plasenta previa membuat ibu hamil perlu melakukan persalinan dengan cara operasi caesar. 

4. Solusio Plasenta

Solusio plasenta merupakan kondisi masalah kehamilan yang terjadi ketika plasenta lepas dari tempat menempelnya di dinding rahim. Pada umumnya, kondisi ini ini terjadi pada trimester akhir kehamilan. 

Masalah kehamilan ini termasuk dalam kondisi yang gawat dalam dunia medis. Saat plasenta terlepas, suplai oksigen dan nutrisi dari ibu hamil ke janin jadi terganggu. 

Pada kondisi solusio plasenta, operasi caesar perlu dilakukan tergantung pada tingkat keparahannya. 

5. Robekan Rahim

Kondisi gawat selanjutnya yang memerlukan tindakan operasi caesar adalah robekan rahim. Kondisi ini dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan. 

Saat terjadi robekan rahim, maka bumil bisa mengalami pendarahan sehingga terjadi gangguan pada suplai oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin.

Oleh sebab itu, ketika ibu hamil mengalami robekan rahim, maka perlu dilakukan persalinan dengan operasi caesar dan dilanjutkan dengan penjahitan pada bagian rahim yang robek bila masih memungkinkan. Pada beberapa kasus, bila robekan terlalu besar, ada kemungkinan rahim juga perlu diangkat.  

6. Tali Pusat Keluar

Meskipun jarang terjadi, tetapi tali pusat janin bisa keluar melalui leher rahim dan vagina meskipun janin belum lahir. 

Kondisi ini termasuk dalam kondisi gawat dalam kehamilan sehingga perlu dilakukan persalinan dengan metode operasi caesar sesegera mungkin. 

Jika tidak segera dilakukan tindakan, kontraksi rahim dapat memberikan tekanan pada tali pusat. Kondisi ini akan mengganggu aliran darah yang membawa oksigen menuju janin. 

7. Persalinan Sudah Berlangsung Lama

Pada beberapa kasus, proses persalinan melalui vagina atau persalinan normal bisa berlangsung dalam waktu yang sangat panjang. Kondisi ini proses persalinan berjalan sangat lambat bahkan tidak ada kemajuan.

Kejadian ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kontraksi ibu yang lemak, ukuran janin terlalu besar, atau panggul ibu yang terlalu sempit. 

Pada kasus ini, dokter akan menyarankan bumil untuk melakukan operasi caesar untuk menghindari komplikasi atau masalah pada ibu dan janin.

8. Disproporsi Kepala Panggul (Cephalopelvic Disproportion atau CPD)

Disproporsi kepala panggul adalah kondisi ketika ukuran kepala atau badan janin terlalu besar jika dibandingkan dengan ukuran panggul ibu. Kondisi ini dapat terjadi ketika ukuran janin terlalu besar, panggul terlalu kecil, posisi janin tidak tepat, atau kombinasi semuanya. 

Pada kasus ini, jalan lahir tentu tidak ideal untuk persalinan secara normal atau melalui vagina. Jika bumil yang mengalami hal ini, umumnya dokter akan merekomendasikan metode persalinan operasi caesar. 

9. Memiliki Riwayat Operasi Caesar Sebelumnya

Sekitar 90 persen wanita yang pernah menjalani persalinan dengan metode operasi caesar pada kehamilan sebelumnya, bisa melakukan persalinan melalui vagina asalkan jarak usia kehamilan yang sekarang dengan persalinan sebelumnya sudah lebih dari 2 tahun.

Namun, langkah ini tetap memiliki risiko, yaitu terjadi robekan rahim. Oleh sebab itu, banyak wanita yang pernah melakukan operasi caesar lebih memilih persalinan dengan metode yang sama. 

Baca Juga12 Pantangan Setelah Operasi Caesar yang Harus Bunda Ketahui

10. Kelainan pada Ibu atau Janin

Saat hamil, wanita bisa mengalami beberapa masalah kesehatan, seperti preeklampsia, herpes, atau diabetes gestasional. 

Beberapa kondisi ini mengharuskan bumil untuk melakukan persalinan dengan operasi caesar. Pada kasus diabetes gestasional, ada risiko janin memiliki ukuran yang besar serta komplikasi lainnya. Selain itu, preeklampsia dapat mengganggu suplai oksigen dan nutrisi pada janin. 

Pada kasus herpes, persalinan harus dilakukan dengan metode operasi caesar untuk mencegah penularan herpes kepada janin.

Selain ketiga kondisi tersebut, bumil yang memiliki kelainan bawaan butuh persalinan dengan operasi caesar untuk menurunkan risiko komplikasi. 

Metode persalinan operasi caesar merupakan sebuah pilihan. Namun, ada beberapa kondisi medis yang membuat ibu hamil mau tidak mau harus mengambil pilihan operasi caesar demi keselamatan ibu dan janin. 

Apapun alasannya, setiap tindakan medis pasti memiliki kelebihan dan risiko. Oleh sebab itu, Anda perlu melakukan diskusi dengan dokter untuk merencanakan persalinan sesuai kondisi kehamilan.

  1. Cleveland Clinic. 2021. Breech Baby. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21848-breech-baby. (Diakses pada 21 April 2023).
  2. Mayo Clinic Staff. 2022. C-Section. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/c-section/about/pac-20393655. (Diakses pada 21 April 2023). 
  3. Mayo Clinic Staff. 2022. Placenta Previa. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/placenta-previa/symptoms-causes/syc-20352768. (Diakses pada 21 April 2023).
  4. NHS UK. 2022. Giving Birth To Twins Or More. https://www.nhs.uk/pregnancy/labour-and-birth/what-happens/giving-birth-to-twins-or-more/. (Diakses pada 21 April 2023). 
  5. The Healthline Editorial Team. 2016. Reasons for a C-Section: Medical, Personal, or Other. https://www.healthline.com/health/pregnancy/c-section-reasons. (Diakses pada 21 April 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi