Terbit: 4 July 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Seks oral adalah salah satu cara untuk mendapatkan kenikmatan ketika berhubungan seks. Namun, cara ini dapat memiliki dampak negatif bagi kedua pasangan! Lantas, apa bahayanya dan bagaimana cara aman melakukannya? Yuk, cari tahu selengkapnya dalam penjelasan di bawah ini.

8 Bahaya Seks Oral dan Tips Aman Melakukannya

Apa itu Seks Oral?

Seks oral adalah seks yang menggunakan mulut dan lidah untuk merangsang alat kelamin atau area genital pasangan. Jenis oral seks termasuk penis (fellatio), vagina (cunnilingus), dan anus (anilingus).

Seks oral biasanya dilakukan oleh orang dewasa yang aktif secara seksual. Sebagian besar orang dewasa yang aktif secara seksual mengungkapkan, aktivitas ini dilakukan setidaknya sekali dengan pasangan lawan jenis.

Bahaya Seks Oral yang Patut Diwaspadai

Seks oral adalah salah satu cara penularan infeksi menular seksual (IMS). Risiko IMS dapat meningkat pada mereka yang memiliki banyak pasangan seksual. 

Berikut adalah bahaya dari seks oral, di antaranya:

1. Gonore

Gonore adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae atau gonococcus. Bakteri ini dapat menginfeksi pria maupun wanita.

Gonore paling sering terjadi pada uretra (saluran kencing), rektum, atau tenggorokan. Bagi wanita, penyakit ini juga dapat menginfeksi leher rahim (serviks).

Penyakit menular seksual ini paling sering menular saat melakukan seks vaginal, oral, atau anal. Bayi dari ibu yang terinfeksi dapat tertular saat proses melahirkan. Pada bayi, penyakit ini paling sering menyerang mata.

2. Herpes genital

Herpes genital adalah IMS umum yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). Kontak seksual secara oral adalah cara utama penyebaran virus. Setelah infeksi awal, virus tinggal di tubuh dan dapat aktif kembali beberapa kali dalam setahun.

Herpes genital dapat menyebabkan rasa sakit, gatal, dan luka di area genital. Tetapi pada beberapa kasus herpes genital juga dapat terjadi tanpa tanda atau gejala. Pada umumnya, seseorang dapat menularkan infeksi ini jika sedang mengalami gejala. Namun, mereka yang tidak memiliki gejala yang terlihat pun dapat menularkannya pada orang lain. 

3. Sifilis

Sifilis adalah infeksi bakteri kronis yang dapat ditularkan melalui kontak seksual secara oral, anal, atau vaginal. Meskipun sangat jarang, sifilis dapat ditularkan melalui transfusi darah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.

Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, sifilis juga dapat menyebabkan infeksi pada bayi jika ibunya memiliki infeksi yang tidak diobati. Kondisi ini disebut sifilis kongenital.

Sifilis memiliki gejala berdasarkan tahapan penyakit. Namun, gejala sifilis secara umum, antara lain:

  • Luka kecil (ulkus) pada penis, vagina, atau di sekitar anus.
  • Luka di area lain, termasuk di mulut atau di bibir, tangan, atau bokong.
  • Pertumbuhan kutil putih atau abu-abu di penis, vagina, atau di sekitar anus.
  • Ruam di telapak tangan dan telapak kaki.
  • Bercak putih di mulut.
  • Gejala seperti flu, demam tinggi, sakit kepala, dan kelelahan.
  • Kelenjar bengkak.
  • Rambut rontok.

4. Human Papillomavirus (HPV)

Human papillomavirus (HPV) adalah virus yang terkait dengan kanker serviks pada wanita. Selain itu, HPV dapat memicu berbagai jenis kanker lain, termasuk kanker tenggorokan dan mulut, serta kanker bagian lain dari saluran genital.

HPV adalah penyakit dapat ditularkan melalui seks oral atau vaginal. Baik pasangan heteroseksual dan sesama jenis dapat terinfeksi HPV.

Beberapa jenis HPV dapat menyebabkan kutil kelamin, yaitu pertumbuhan kulit yang lunak pada alat kelamin. Namun, kutil kelamin jarang ditularkan ke mulut dan bibir selama oral seks.

5. Klamidia

Klamidia adalah penyakit menular seksual yang dapat ditularkan melalui berhubungan seks tanpa kondom. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut Chlamydia trachomatis.

Sebagian besar penderita klamidia tidak menunjukkan gejala sama sekali. Itu berarti Anda tidak dapat mengetahui apakah Anda atau pasangan yang memilikinya.

Gejala klamidia yang mungkin terjadi pada wanita, termasuk:

  • Keputihan yang tidak normal.
  • Pendarahan atau bercak di antara menstruasi atau setelah berhubungan seksual.
  • Sensasi terbakar atau menyengat saat buang air kecil.
  • Rasa sakit saat berhubungan seksual.

Sedangkan gejala klamidia pada pria, meliputi:

  • Keluarnya cairan bening atau seperti susu dari penis.
  • Kemerahan pada lubang penis.
  • Sensasi terbakar atau menyengat saat buang air kecil.
  • Rasa sakit atau bengkak di testis.

6. Kutu kelamin

Kutu kemaluan adalah serangga kecil yang ditemukan di area genital. Serangga ini adalah jenis kutu yang berbeda dari kutu kepala dan kutu tubuh. Biasanya seseorang mendapatkan kutu kemaluan melalui aktivitas seksual.

Kutu kemaluan menggigit dan mengisap darah di area kelamin. Gigitan kutu ini bisa menyebabkan rasa gatal yang hebat.

7. Hepatitis, A, B dan C

Penularan virus hepatitis A dapat terjadi melalui hubungan seksual oral atau anal dengan orang yang terinfeksi dan tidak terbatas pada transmisi fekal-oral.

Hepatitis B juga dapat ditularkan melalui aktivitas seksual, termasuk secara oral, terutama jika memiliki luka di mulut. Virus dari hepatitis B dapat tercampur dalam cairan vagina, air mani, atau air liur.

Meski jarang terjadi, hepatitis C juga bisa ditularkan melalui aktivitas seksual. Memiliki IMS, berhubungan seks dengan banyak pasangan, dan melakukan seks anal dapat meningkatkan risiko terkena hepatitis C.

8. HIV

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang dapat merusak sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. HIV dapat menular melalui seks oral, terutama jika seseorang memiliki luka pada mulut.

Baca Juga: 10 Penyakit Menular Seksual (PMS): Gejalanya pada Pria dan Wanita

Tips Melakukan Seks Oral yang Aman dan Nikmat

Seks yang dilakukan dengan cara penetrasi mungkin sudah Anda pahami dan tahu bagaimana berhubungan seksual yang aman.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, seks oral memiliki risiko terkena infeksi menular seksual (IMS). Oleh sebab itu, penting untuk melakukan seks oral dengan cara yang aman bagi kedua pasangan.

Berikut ini adalah cara aman melakukan seks oral:

1. Membersihkan badan terlebih dahulu

Sebelum melakukan seks jenis apa pun sebaiknya mandi terlebih dahulu. Apalagi seks oral yang proses mempertemukan kelamin dan mulut. Jika tidak mandi, aroma yang tidak sedap bisa saja muncul.

Mandi membuat semua kotoran yang ada di area kelamin menjadi hilang. Kondisi ini akan membuat Anda dan pasangan tidak memiliki rasa jijik lagi. Selama ini beberapa orang enggan melakukan seks oral karena takut ada aroma tertentu yang sangat mengganggu.

2. Selalu menggunakan pengaman

Kondom yang digunakan untuk melakukan seks oral berbeda dengan kondom yang digunakan untuk seks vagina. Kondom untuk seks oral biasanya memiliki rasa atau aroma khusus. Pemberian rasa ini agar Anda tidak merasakan karet atau lateks dan menghilangkan aroma kemaluan yang tidak disukai.

3. Merapikan rambut kelamin

Beberapa orang mungkin mengeluhkan rambut kemaluan yang tebal dan berantakan. Nah, ada baiknya merapikan rambut kelamin agar saat seks oral dilakukan rambut tidak masuk ke mulut.

Meskipun boleh dipotong, tetapi sebaiknya jangan sampai habis; karena rambut kemaluan dapat membantu menjaga kesehatan organ intim.

4. Pilih posisi seks yang tepat

Memilih posisi seks tidak hanya ketika melakukan seks dengan penetrasi saja. Seks oral pun juga membutuhkan posisi seks yang tepat untuk memberikan rasa nikmat pada kedua belah pihak.

Kalau seks oral dilakukan searah, pasangan bisa berdiri lalu seks oral dilakukan dari bawah. Cara ini yang paling sering dilakukan selain dengan rebahan atau duduk.

Apabila seks oral dilakukan dua arah, pasangan bisa tidur saling berkebalikan atau posisi 69. Dengan posisi ini seks bisa dilakukan dengan mudah.

5. Mendiskusikan masalah seksual yang terjadi

Jika Anda wanita dan memberikan seks oral pada pria, sebaiknya bicarakan masalah ejakulasi sebelumnya. Beberapa pasangan ada yang lebih suka pria melakukan ejakulasi di luar tubuh atau mengeluarkannya pada tubuh wanita. Namun, ada juga yang membiarkan cairan ejakulasi keluar di dalam mulut bahkan ditelan.

Alangkah baiknya diskusikan apakah nanti ejakulasi dilakukan di luar atau di dalam mulut. Meski menggairahkan, tidak semua wanita mau menerima cairan ejakulasi di area mulutnya, bahkan ada yang bisa muntah. Selain itu, ejakulasi juga berisiko memicu penyakit jika pasangannya tidak sehat.

6. Menggunakan pelumas bila diperlukan

Biasanya, melakukan seks oral tidak membutuhkan pelumas seperti saat melakukan seks vaginal atau anal. Air liur yang dikeluarkan dari mulut bisa digunakan sebagai pelumas alami dan membuat seks berjalan dengan lebih aman.

Meski demikian, ada kalanya aktivitas ini membutuhkan pelumas untuk memberikan rasa licin yang meningkatkan kenikmatan.

Jika Anda melakukan oral seks, selalu fokus pada gerakan dan jangan tergesa-gesa. Mengapa demikian? Karena area kelamin sangat sensitif dan berbeda dengan kulit lain di tubuh. Kalau sampai tergigit, rasa sakitnya akan sangat mengganggu.

Jadi, lakukan perlahan dan pastikan untuk tidak menggunakan gigi. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!

 

  1. Anonim. 2021. What infections can I catch through oral sex?. https://www.nhs.uk/common-health-questions/sexual-health/what-infections-can-i-catch-through-oral-sex/. (Diakses pada 4 Juli 2022)
  2. Anonim. 2021. Oral sex and mouth care. https://www.healthdirect.gov.au/oral-sex-mouth-care. (Diakses pada 4 Juli 2022)
  3. Anonim. 2020. Sexual Transmission and Viral Hepatitis. https://www.cdc.gov/hepatitis/populations/stds.htm. (Diakses pada 4 Juli 2022)
  4. Felman, Adam. 2022. Does oral sex cause throat cancer?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/261453. (Diakses pada 4 Juli 2022)
  5. Holland, Kimberly. 2018. How to Use A Condom During Oral Sex and Why You Should. https://www.healthline.com/health/healthy-sex/oral-sex-with-a-condom. (Diakses pada 16 Januari 2020)
  6. Mayo Clinic Staff. 2020. Pubic lice (crabs). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pubic-lice-crabs/symptoms-causes/syc-20350300. (Diakses pada 4 Juli 2022)
  7. Santos-Longhurst, Adrienne. 2018. Tongue Condoms: What You Need to Know. https://www.healthline.com/health/tongue-condom. (Diakses pada 16 Januari 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi