Terbit: 5 January 2020
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Hepatitis C adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan infeksi hati. Kondisi ini berkembang setelah seseorang terinfeksi oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C juga dapat bersifat akut atau kronis. Simak penjelasan lengkap mengenai penyebab, gejala, dan perawatan di bawah ini.

Hepatitis C: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa Itu Hepatitis C?

Hepatitis C adalah virus yang dapat menginfeksi hati. Jika tidak diobati, virus hepatitis C dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius dan berpotensi mengancam jiwa.

Penyakit ini menyebar melalui kontak darah-ke-darah dan penggunaan obat-obatan yang disuntikkan. Ada imunisasi terhadap hepatitis A dan B, tetapi tidak untuk hepatitis C. Langkah utama yang harus dilakukan guna mencegah infeksi adalah menghindari paparan virus HCV.

Selain itu, banyak orang tidak menyadari bahwa tubuhnya telah terinfeksi HCV, hal ini disebabkan karena gejala infeksi HCV tidak ada.

Penyebab Hepatitis C

Seperti penjelasan sebelumnya, virus HCV ditularkan melalui kontak darah-ke-darah. Virus tidak aktif sampai memasuki sel inang untuk kemudian menggandakan dirinya. Infeksi bisa terjadi jika darah dari orang yang terinfeksi masuk ke tubuh seseorang yang tidak terinfeksi.

Faktor risiko terbesar untuk terinfeksi HCV adalah berbagi jarum atau peralatan yang digunakan untuk menyuntikkan narkoba. HCV tidak ditularkan melalui kontak biasa seperti berbagi makanan, berciuman, atau gigitan nyamuk.

Meski begitu, setitik darah yang begitu kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang dapat membawa ratusan partikel virus HCV. Jika virus telah masuk dalam tubuh, bahkan jika hanya satu kali kesempatan, paparan telah terjadi dan infeksi mungkin terjadi.

Faktor Risiko yang Meningkatkan Seseorang Terkena Hepatitis C

  • Petugas kesehatan yang terpapar darah seseorang yang terinfeksi.
  • Pernah menyuntikkan obat-obatan terlarang.
  • Menderita HIV.
  • Menerima tindikan atau tato di tempat yang peralatannya tidak steril.
  • Menerima perawatan hemodialisis untuk jangka waktu yang lama.
  • Dilahirkan oleh seorang wanita dengan infeksi HCV.
  • Pernah masuk penjara.
  • Konsentrat faktor pembekuan yang diterima sebelum tahun 1987.
  • Menerima transfusi darah atau transplantasi organ sebelum tahun 1992.
  • Dilahirkan antara tahun 1945 dan 1965, kelompok usia dengan insiden infeksi HCV tertinggi.

Tahapan Hepatitis C

Virus HCV memengaruhi orang dengan berbagai cara dan memiliki beberapa tahap, seperti:

  • Masa Inkubasi

Ini adalah waktu antara paparan pertama hingga awal penyakit. Masa inkubasi bisa berlangsung antara 14 hingga 80 hari, tetapi rata-rata adalah 45 hari.

  • Hepatitis C Akut

Ini adalah penyakit jangka pendek yang berlangsung selama 6 bulan pertama setelah virus memasuki tubuh. Setelah itu, virus bisa menghilang dari tubuh tanpa adanya penanganan khusus.

  • Hepatitis C Kronis

Jika tubuh Anda tidak membersihkan virus sendiri setelah 6 bulan, hal itu bisa menjadi infeksi jangka panjang. Kondisi ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti kanker hati atau sirosis.

  • Sirosis

Penyakit ini menyebabkan peradangan dan seiring waktu akan menggantikan sel-sel hati yang sehat dengan jaringan parut. Kondisi ini biasanya memakan waktu sekitar 20 hingga 30 tahun untuk hal ini terjadi, namun bisa lebih cepat jika Anda minum alkohol atau memiliki HIV.

  • Kanker Hati

Sirosis membuat kemungkinan kanker hati lebih besar. Dokter akan memastikan Anda mendapatkan pemeriksaan rutin karena biasanya tidak ada gejala infeksi HCV pada tahap awal.

Gejala Hepatitis C

Infeksi jangka panjang dengan virus HCV dikenal sebagai hepatitis kronis. Infeksi HCV kronis biasanya merupakan infeksi ‘diam’ selama bertahun-tahun, sampai virus tersebut merusak hati hingga menyebabkan tanda dan gejala penyakit hati.

Tanda dan gejala infeksi HCV antara lain:

  • Mudah berdarah.
  • Mudah memar.
  • Kelelahan.
  • Nafsu makan buruk.
  • Perubahan warna kuning pada kulit dan mata (jaundice).
  • Urine berwarna gelap.
  • Kulit yang gatal.
  • Penumpukan cairan di perut (asites).
  • Pembengkakan di kaki.
  • Penurunan berat badan.
  • Kebingungan, kantuk dan bicara cadel (ensefalopati hepatik).
  • Munculnya spider angioma.

Setiap infeksi HCV kronis dimulai dengan fase akut. Infeksi HCV akut biasanya tidak terdiagnosis karena jarang menimbulkan gejala. Ketika tanda dan gejala hepatitis C muncul, mereka mungkin termasuk penyakit kuning, bersama dengan kelelahan, mual, demam dan nyeri otot. Gejala infeksi HCV akut muncul satu hingga tiga bulan setelah terpapar virus dan berlangsung dua minggu hingga tiga bulan.

Infeksi HCV akut tidak selalu menjadi kronis. Beberapa orang membersihkan HCV dari tubuh mereka setelah fase akut, hasil yang dikenal sebagai pembersihan virus spontan. Dalam studi orang yang didiagnosis dengan HCV akut, tingkat pembersihan virus spontan bervariasi dari 15% hingga 25%. Hepatitis C akut juga merespons baik terhadap terapi antivirus.

Diagnosis Hepatitis C

Jika Anda merasa terkena hepatitis C, melakukan tes akan membuat pikiran tenang. Apabila hasil tesnya positif, hal tersebut memungkinkan untuk memulai perawatan lebih awal.

Infeksi HCV biasanya didiagnosis menggunakan 2 tes darah: tes antibodi dan tes PCR.

  • Tes Antibodi

Tes darah antibodi menentukan apakah Anda pernah terpapar virus HCV dengan menguji keberadaan antibodi terhadap virus. Antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan kuman.

Tes ini tidak akan menunjukkan reaksi positif selama beberapa bulan setelah infeksi karena tubuh membutuhkan waktu untuk membuat antibodi ini.

Jika tes ini negatif, tetapi Anda memiliki gejala atau mungkin telah terpapar infeksi HCV, Anda mungkin disarankan untuk melakukan tes lagi.

Tes positif menunjukkan bahwa Anda telah terinfeksi pada tahap tertentu. Namun, kondisi ini tidak selalu menandakan tubuh terinfeksi, karena Anda mungkin telah membersihkan virus dari tubuh.

Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah saat ini terinfeksi adalah dengan melakukan tes darah kedua yang disebut tes PCR.

  • Tes PCR

Tes darah PCR memeriksa apakah virus masih ada dengan mendeteksi apakah ia bereproduksi di dalam tubuh. Jika hasil tes positif, berarti tubuh Anda tidak melawan virus dan infeksi telah berkembang ke tahap kronis.

  • Tes Lainnya

Jika Anda memiliki infeksi HCV aktif, Anda akan disarankan tes lebih lanjut untuk memeriksa apakah hati telah rusak.

Tes yang bisa dilakukan seperti:

  • Tes darah. Cara ini mengukur enzim dan protein tertentu dalam aliran darah yang menunjukkan apakah hati rusak atau meradang.
  • Pemindaian ultrasound. Gelombang suara digunakan untuk menguji seberapa kaku hati, kekakuan menunjukkan bahwa hati sudah rusak.

Pengobatan Hepatitis C

Jika diagnosis menunjukan hasil hepatitis akut, pengobatan mungkin tidak perlu segera dimulai. Infeksi HCV sering berhasil diobati dengan minum obat selama beberapa minggu.

Jika infeksi berlanjut selama beberapa bulan atau dikenal sebagai hepatitis kronis, pengobatan biasanya akan direkomendasikan.

Berikut adalah perawatan infeksi HCV yang bisa dilakukan, di antaranya:

  • Obat Antivirus

Infeksi HCV diobati dengan obat antivirus dimaksudkan untuk menghilangkan virus dari tubuh. Tujuan pengobatan adalah agar tidak ada virus HCV yang terdeteksi dalam tubuh setidaknya 12 minggu setelah Anda menyelesaikan perawatan.

Pilihan obat dan lamanya pengobatan tergantung pada genotipe hepatitis C, adanya kerusakan hati yang terjadi, kondisi medis dan perawatan sebelumnya. Oleh karena itu, diskusikan pilihan perawatan dengan dokter spesialis.

  • Transplantasi Hati

Jika Anda telah mengalami komplikasi serius dari infeksi HCV kronis, transplantasi hati dapat menjadi pilihan. Selama transplantasi hati, dokter bedah mengangkat hati yang rusak dan menggantinya dengan hati yang sehat.

Kebanyakan hati yang ditransplantasikan berasal dari donor yang telah meninggal, meskipun sejumlah kecil berasal dari donor hidup yang menyumbangkan sebagian dari hatinya.

Pada beberapa kasus, transplantasi hati saja tidak menyembuhkan infeksi HCV. Infeksi ini kemungkinan akan kembali, memerlukan perawatan dengan obat antivirus untuk mencegah kerusakan pada hati yang ditransplantasikan.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa rejimen obat antivirus bertindak efektif untuk menyembuhkan infeksi HCV pasca-transplantasi. Pada saat yang sama, pengobatan dengan antivirus dapat dicapai pada pasien yang dipilih secara tepat sebelum transplantasi hati.

  • Vaksinasi

Hingga saat ini tidak ada vaksin HCV. Namun, ada banyak cara lain untuk mencegah hepatitis C.

Komplikasi Hepatitis C

Infeksi HCV yang berlanjut selama bertahun-tahun dapat menyebabkan komplikasi yang signifikan, seperti:

  • Jaringan parut pada hati (sirosis). Setelah beberapa dekade infeksi HCV, sirosis dapat terjadi. Bekas luka di hati membuat fungsi hati menurun.
  • Kanker hati. Sejumlah kecil orang dengan infeksi HCV dapat mengembangkan kanker hati.
  • Gagal hati. Sirosis lanjut dapat menyebabkan hati berhenti berfungsi.

Pencegah Hepatitis C

Karena penyakit hepatitis C dapat ditularkan melalui darah, cara utama untuk mencegah penyebaran HCV adalah dengan tidak berbagi jarum dan menghindari semua kontak dengan darah orang lain.

Penting diketahui untuk orang dengan infeksi HCV adalah menjaga kesehatannya dengan optimal, antara lain:

  • Berhenti merokok.
  • Menjaga berat badan ideal
  • Mengelola masalah kesehatan..
  • Tidak minum alkohol.

 

  1. HepatitisC. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hepatitis-c/diagnosis-treatment/drc-20354284. (Diakses pada 5 Desember 2019).
  2. HepatitisC Treatments. https://www.webmd.com/hepatitis/understanding-hepatitis-c-treatment#1. (Diakses pada 5 Desember 2019).
  3. HepatitisC. https://www.nhs.uk/conditions/hepatitis-c/. (Diakses pada 5 Desember 2019).
  4. Kahn, April. 2017. Everything You Want to Know About Hepatitis C. https://www.healthline.com/health/hepatitis-c. (Diakses pada 5 Desember 2019).
  5. Kathleen Davis, FNP. 2017. Everything you need to know about hepatitis C. https://www.medicalnewstoday.com/articles/294705.php#prevention. (Diakses pada 5 Desember 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi