Tumbuh di keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga membuat anak broken home memiliki berbagai emosi negatif di dalam dirinya. Oleh karena itu, mengenali perasaan anak broken home adalah sesuatu yang penting diperhatikan oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
Memahami Perasaan Anak Broken Home
Kondisi keluarga yang tidak harmonis dapat meninggalkan luka batin bagi anak. Kondisi inilah yang membuat anak lebih rentan mengalami depresi dan gangguan kecemasan. Selain itu, perasaan lain yang bisa dirasakan anak broken home, di antaranya:
1. Sering Merasa Kesepian
Anak dari keluarga tidak harmonis umumnya akan menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah. Pasalnya, seorang anak tidak lagi menemukan kenyaman di dalam rumah.
Alhasil, ketika sedang berada di luar bersama teman-temannya, seorang anak akan mengulur waktu untuk pulang.
2. Lebih Sensitif terhadap Berbagai Hal
Perasaan lain yang dapat ditunjukkan oleh anak broken home adalah lebih sensitif ketika menghadapi suatu persoalan.
Pasalnya, anak dengan kondisi ini sudah sering dihadapkan oleh situasi ketika orang tua bertengkar. Inilah yang membuat dirinya lebih sensitif.
Selain itu, tumbuh di keluarga yang broken home bisa membuat anak lebih peka terhadap kondisi yang dialami orang lain. Hal ini akan membuatnya mudah berempati situasi yang terjadi di sekitarnya.
Kondisi ini terjadi karena anak dari keluarga yang tidak harmonis lebih sensitif akbat terlalu sering merasa sakit dan terluka.
Anak akan dipaksa tumbuh menjadi kuat di dalam keluarga. Alhasil, seorang anak akan selalu ada untuk orang lain daripada dirinya sendiri.
3. Sulit Menunjukkan Emosi
Salah satu perasaan anak broken home yang dapat menjadi bumerang tersendiri adalah sulitnya untuk menunjukkan emosi yang dirasakan.
Perlu Anda ketahui, sebagian orang mungkin bisa menyembunyikan emosi tanpa disengaja, tetapi pada anak broken home, ia bisa menyembunyikannya karena adanya rasa takut.
Pada akhirnya, anak dengan kondisi ini akan cenderung diam, tidak menunjukkan emosi yang dirasakan. Padahal hal ini tidak baik untuk kesehatan, baik secara fisik maupun mental.
Perlu diketahui, menyembunyikan emosi bisa menyebabkan stres dan kecemasan. Pada beberapa kasus, Seseorang mungkin akan lebih mudah marah.
Sementara itu, dampaknya pada kesehatan secara fisik dapat memicu stres yang berakibat pada meningkatnya risiko penyakit jantung dan diabetes. Efek lainnya berimbas pada gangguan ingatan.
Baca Juga: Pola Asuh Permisif, Apa Efeknya bagi Anak?
4. Overprotektif
Perasaan anak broken home ini muncul karena adanya naluri untuk melindungi sejak usia muda. Sebagai contoh, anak yang tumbuh di keluarga kurang harmonis dan memiliki adik; umumnya memiliki perasaan melindungi adiknya dengan sangat ketat.
Hal inilah yang membuatnya selalu bertindak sebagai pelindung orang-orang yang berarti dalam hidupnya.
5. Penuh Cinta dan Kasih Sayang
Tumbuh di keluarga tanpa kasih sayang yang cukup membuat anak broken home mengerti bagaimana rasanya keinginan untuk dicintai.
Alhasil, anak broken home akan selalu memberikan cinta dan kasih sayang kepada orang-orang di sekitarnya. Harapannya ia akan mendapatkan balasan yang sama.
Bahkan, tanpa adanya balasan tersebut, seorang anak akan terus berusaha memberi karena mengerti rasanya menginginkan cinta dan kasih sayang.
6. Selalu Mencari Perhatian
Kerap tidak mendapatkan perhatian orang tua, anak broken home selalu ingin untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya.
Perasaan anak broken home ini bisa berujung pada tindakan perundungan. Pasalnya, anak dengan kondisi ini akan mencari perhatian bagaimana pun caranya.
Tidak hanya menjadi bully bagi orang lain, anak broken home juga dapat ‘merundung’ diri sendiri. Ia kerap kali menganggap apa yang dilakukan selalu salah.
Baca Juga: 10 Hak Anak di Rumah yang Harus Dipenuhi Orang Tua
7. Sering Menghindar dari Masalah
Perasaan ingin menghindar dari masalah sering dirasakan oleh anak broken home. Ini terjadi karena ia terlalu sering dihadapkan oleh pertengkaran orang tua.
Anak broken home pun akan lebih sering menghindari berada dalam situasi tersebut. Pelarian yang dipilih terkadang mengarah ke hal-hal positif, seperti berkutat dengan hobi. Sayangnya, tidak jarang anak akan mencari pelarian ke hal-hal yang negatif.
8. Berhati-hati dalam Memilih Pergaulan
Hal lain yang selalu menjadi perhatian anak broken home adalah berhati-hati dalam memilih pergaulan; sebagai dampak dari keluarga yang tidak harmonis.
Tumbuh di keluarga yang terkesan toxic membuatnya tidak mau mempunyai lingkungan yang yang sama di luar keluarga. Alhasil, anak lebih sensitif dalam memberikan penilaian terhadap orang lain.
9. Lebih Ambisius
Anak broken home biasanya memiliki ambisi kuat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di kemudian hari. Ini bisa muncul akibat rasa marah karena kehidupannya yang tidak ‘menyenangkan’.
Seorang anak memiliki keinginan untuk berhasil, baik dalam meraih cita-cita maupun dalam memiliki keluarga yang bahagia di masa depan.
Nah, itulah berbagai perasaan anak broken home yang sebaiknya dipahami setiap orang tua.
- Anonim. 2016. 10 Things I Learned While Growing up in a Broken Home. https://wehavekids.com/family-relationships/9-Things-I-Learned-From-Growing-Up-in-a-Broken-Home. (Diakses pada 2 Agustus 2022)
- Anderson, Jane. 2014. The Impact of Family Structure on the Health of Children: Effects of Divorce*. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4240051/. (Diakses pada 2 Agustus 2022).
- Gould, Wendy R. 2021. The Dangers of Bottling Up Our Emotions. https://www.verywellmind.com/the-dangers-of-bottling-up-our-emotions-5207825. (Diakses pada 2 Agustus 2022).
- Riley, Ashley, M. 2022. 10 Things I Learned While Growing up in a Broken Home. https://wehavekids.com/family-relationships/9-Things-I-Learned-From-Growing-Up-in-a-Broken-Home. (Diakses pada 2 Agustus 2022).