Terbit: 2 August 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Pernah merasa kehilangan minat terhadap sesuatu yang sebelumnya menyenangkan bagi Anda? jika pernah, bisa jadi ini menjadi tanda anhedonia. Kondisi ini dapat menjadi gejala gangguan depresi mayor atau gangguan mental lainnya. Simak lebih jauh tentang gangguan psikologis tersebut dalam ulasan berikut.

Anhedonia, Kondisi Ketika Seseorang Sulit Merasakan Kesenangan

Apa itu Anhedonia?

Anhedonia adalah ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan dan kenikmatan. Orang dengan kondisi ini dapat mengalami kehilangan minat terhadap sesuatu.

Kehilangan minat bisa merupakan hal yang wajar, namun pada anhedonia, kondisi yang terjadi bisa sangat parah; membuat seseorang tidak lagi tertarik pada hal-hal yang sebelumnya membawa kesenangan bagi dirinya.

Secara umum anhedonia dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:

  • Anhedonia sosial: seseorang tidak ingin menghabiskan waktu dengan orang lain.
  • Anhedonia fisik: seseorang tidak menikmati sensasi fisik seperti makanan favorit yang berubah rasa menjadi hambar, pelukan yang tidak memberikan rasa nyaman, dan kehilangan daya tarik terhadap seks.

Gejala Anhedonia

Gejala yang dapat muncul dapat berbeda-beda pada setiap orang. Namun secara umum, gejalanya meliputi:

  • Menarik diri dari kehidupan sosial.
  • Menarik diri dari hubungan yang sebelumnya telah terjalin.
  • Perasaan negatif terhadap diri sendiri dan orang lain.
  • Ekspresi verbal dan non-verbal yang lebih sedikit karena berkurangnya kemampuan emosional.
  • Kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial.
  • Hilangnya libido dan ketertarikan pada keintiman fisik.
  • Cenderung menunjukkan emosi palsu, seperti berpura-pura bahagia dalam sebuah hubungan.
  • Gangguan fisik yang persisten atau sering sakit.

Baca JugaApatis: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dll

Kondisi tersebut akan berdampak pada hubungan dengan orang lain, termasuk teman dan keluarga.

Seorang anhedonia tidak lagi memiliki motivasi untuk bersosialisasi atau menghabiskan waktu bersama orang lain. Anda juga tidak memiliki minat untuk berpartisipasi dalam berbagai acara karena merasa hal tersebut tidak bermanfaat.

Seseorang yang mengalami kondisi ini juga dapat mengalami kecemasan sosial sehingga kesulitan untuk bertemu dengan orang lain, terutama orang yang baru dikenalnya.

Selain itu, kondisi ini juga dapat membuat seseorang tidak dapat mengekspresikan cinta atau mengungkapkan rasa senang menghabiskan waktu bersama orang lain. Hal inilah yang pada akhirnya memengaruhi hubungan percintaan.

Penyebab Anhedonia

Anhedonia bisa menjadi gejala depresi dan skizofrenia. Namun, tidak semua orang yang mengalami depresi akan mengalami gejala yang satu ini.

Selain itu, kondisi ini juga bisa menimpa seseorang dengan kondisi nyeri kronis, misalnya mengidap penyakit Parkinson.

Melansir Healthline, anhedonia juga bisa terjadi akibat penyalahgunaan zat, misalnya penggunaan obat-obatan terlarang.

Di sisi lain, para ilmuwan menduga bahwa penyebab anhedonia adalah perubahan aktivitas otak. Seseorang dengan kondisi ini memiliki masalah pada otak dalam hal memproduksi dan merespons dopamin. 

Dopamin sendiri merupakan senyawa kimia dalam otak yang terkait dengan rasa senang.

Sebagai catatan, anhedonia tidaklah sama dengan gangguan kecemasan sosial. Pada orang yang memiliki kecemasan sosial, menarik diri dari lingkungan dilakukan atas dasar rasa ‘takut’.

Sementara itu, pada orang yang memiliki memiliki kondisi anhedonia, mereka akan menghindari interaksi sosial karena merasa tidak ada pentingnya untuk ikut bergabung.

Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang berisiko lebih tinggi mengalami anhedonia. Faktor risiko tersebut meliputi:

  • Terdiagnois depresi atau skizofrenia.
  • Memiliki PTSD (post-traumatic stress disorder) akibat adanya peristiwa traumatis atau stres.
  • Memiliki penyakit kronis yang memengaruhi kualitas hidup.
  • Gangguan makan.

Baca Juga4 Cara Mengatasi Depresi yang Disebabkan oleh Pekerjaan

Diagnosis Anhedonia

Sebelum menegakkan diagnosis, umumnya dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan berikut ini:

1. Wawancara Medis

Dokter akan melakukan wawancara pada pasien dan menanyakan tentang gejala yang dialami dan tentang suasana hati pasien secara umum.

Sebelum melakukan wawancara medis, Anda dapat membuat daftar tentang gejala yang dialami. Sebutkan juga berbagai peristiwa atau situasi saat merasa kehilangan kesenangan.

Wawancara perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai gejala yang dialami sebelum dokter menentukan diagnosis.

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah itu, dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan apakah Anda memiliki masalah fisik.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan adalah seperti tes darah untuk mengetahui ada tidaknya defisiensi vitamin atau masalah tiroid yang mungkin berkaitan dengan gangguan suasana hati.

Pengobatan Anhedonia

Pengobatan kondisi ini dapat menjadi tantangan tersendiri. Namun, secara umum tindakan yang dipilih harus disesuaikan dengan penyebab yang mendasari kondisi tersebut.

Contohnya bila penyebab kondisi adalah depresi, tentunya perawatan untuk depresi harus dilakukan untuk mengatasi kondisi ini.

Pertama-tama, konsultasikan dengan tenaga medis profesional untuk mengetahui ada tidaknya kondisi medis yang mendasari anhedonia.

Setelah penyebabnya ditemukan, dokter akan merekomendasikan pengobatan untuk mengatasi kondisi medis tersebut.

Apabila tidak ditemukan kondisi medis yang mendasari, maka dokter dapat memberikan rekomendasi untuk berkonsultasi pada psikiater, psikolog, atau tenaga profesional kesehatan mental lainnya.

Setelah mengetahui kondisi mental yang mendasari anhedonia, dokter akan merekomendasikan pengobatan sesuai dengan kondisi mental yang Anda miliki.

Jika anhedonia dipastikan merupakan gejala depresi, perawatan yang mungkin dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Obat-obatan

Dokter dapat meresepkan antidepresan atau jenis kelas obat lainnya. Gunakan obat sesuai dengan dosis yang disarankan untuk mendapatkan hasil pengobatan yang maksimal dan menurunkan risiko efek samping.

Baca JugaMengenal Notification Anxiety, Rasa Cemas saat Mendapat Notifikasi

2. Terapi

Pengobatan biasanya berupa pemberian obat-obatan dan terapi. Adapun terapi yang dapat membantu mengatasi anhedonia karena depresi, di antaranya:

  • Terapi Elektrokonvulsif

Electroconvulsive therapy (ECT) atau terapi elektrokonvulsif digunakan untuk gangguan mental menggunakan aliran listrik yang dialirkan ke tubuh.

Perawatan ini dipercaya merupakan salah satu perawatan yang paling efektif untuk mengatasi depresi.

  • Stimulasi Magnetik Transkranial

Transcranial magnetic stimulation (TMS) alias stimulasi magnetik transkranial menggunakan medan magnet untuk merangsang sel-sel saraf. Terapi ini menggunakan arus listrik, tetapi lebih kecil dari elektrokonvulsif.

TMS diberikan pada pasien depresi berat yang tidak merespons penggunaan obat-obatan.

  • Stimulasi Saraf Vagus

Vagus nerve stimulation (VNS) dilakukan dengan cara menanamkan alat yang mirip dengan alat pacu jantung pada dada untuk merangsang saraf vagus.

Terapi ini dapat membantu mengobati depresi yang tidak dapat ditangani oleh pengobatan lain.

Itu dia penjelasan seputar anhedonia, mulai dari gejala hingga pengobatan yang dapat dilakukan. Jika mengalami gejala yang mengarah pada kondisi tersebut, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.

 

  1. Brody, Barbara. 2020. What Is Anhedonia? https://www.webmd.com/depression/what-is-anhedonia#. (Diakses pada 1 Agustus 2022).
  2. Newman, Tim. 2018. Understanding Anhedonia: What Happens in the Brain? https://www.medicalnewstoday.com/articles/320737. (Diakses pada 1 Agustus 2022).
  3. Purdie, Jennifer. 2021. What Is Anhedonia? https://www.healthline.com/health/depression/anhedonia#. (Diakses pada 1 Agustus 2022).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi