Terbit: 14 December 2021 | Diperbarui: 27 December 2023
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Vulvodynia atau vulvodinia adalah rasa sakit yang terjadi pada bagian paling luar dari vagina. Kondisi ini membuat penderitanya enggan untuk berhubungan seks. Ketahui informasi selengkapnya mulai dari definisi, gejala, pengobatan, hingga pencegahannya berikut ini!

Vulvodinia: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dan Komplikasi

Apa itu Vulvodinia?

Vulvodinia adalah nyeri kronis di sekitar bagian terluar lubang vagina (vulva). Kondisi ini ditandai dengan rasa sakit, sensasi terbakar, atau iritasi yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan saat duduk dalam waktu lama. Tidak jelas apa yang menyebabkan kondisi ini.

Nyeri pada vulva bisa berlangsung setidaknya tiga bulan bahkan hingga bertahun-tahun. Kondisi ini dapat terjadi pada wanita dari segala usia dan rasa sakitnya dapat menyebabkan kesulitan berhubungan seksual. Bahkan ini berdampak negatif pada kualitas hidup wanita.

Tanda dan Gejala Vulvodinia

Gejala utamanya adalah rasa sakit yang terus-menerus di dalam dan sekitar vulva dan vagina. Berikut ini gejala lain dari vulvodynia:

  • Sensasi seperti terbakar.
  • Rasa sakit.
  • Terasa menyengat atau seperti tertusuk.
  • Berhubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia).
  • Terasa gatal.
  • Nyeri terasa berdenyut.

Rasa sakit kemungkinan sesekali atau terus-menerus. Gejalanya mungkin terjadi hanya ketika area sensitif tersentuh. Penderitanya mungkin juga merasakan nyeri di seluruh area vulva (umum terjadi), atau mungkin nyeri di area tertentu, seperti pembukaan vagina (vestibulum).

Jaringan vulva mungkin terasa sedikit meradang atau tampak bengkak. Biasanya, vulva tampak normal.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami nyeri di area genital Anda, sebaiknya konsultasikan ke dokter atau meminta rujukan ke dokter kandungan.

Hal tersebut penting agar dokter dapat mengesampingkan penyebab nyeri vulva yang lebih mudah diobati, termasuk:

  • Infeksi jamur atau bakteri.
  • Herpes.
  • Sindrom genitourinari menopause.
  • Masalah medis seperti diabetes.
  • Kondisi kulit prakanker.

Penting pula untuk tidak sering menggunakan obat yang dijual bebas untuk infeksi jamur tanpa berkonsultasi ke dokter. Setelah menilai gejalanya, dokter dapat menganjurkan perawatan atau cara untuk membantu mengelola rasa sakit.

Penyebab Vulvodinia

Tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan nyeri pada vulva. Kondisi ini tidak disebabkan oleh infeksi menular seksual (IMS) atau infeksi lain, penyakit kulit, atau kanker, meskipun kondisi ini juga dapat menyebabkan rasa sakit.

Namun, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko vulvodinia:

  • Kerusakan atau iritasi pada saraf di sekitar vulva.
  • Tingginya kadar zat inflamasi di daerah vulva, misalnya karena peradangan.
  • Otot dasar panggul lemah atau tidak stabil
  • Kerentanan genetik.
  • Reaksi yang tidak biasa atau jangka panjang terhadap infeksi, trauma, atau faktor lingkungan lainnya.
  • Perubahan yang dipicu oleh hormon.

Faktor lain yang meningkatkan kerentanan terhadap vulvodinia, meliputi:

  • Sering mengalami infeksi jamur.
  • Infeksi menular seksual (IMS).
  • Iritasi kimia pada alat kelamin bagian luar akibat sabun, produk kebersihan wanita, atau deterjen dalam pakaian.
  • Ruam di area genital.
  • Perawatan laser sebelumnya atau operasi pada alat kelamin luar.
  • Iritasi saraf, cedera, atau kejang otot di area panggul.
  • Diabetes
  • Kondisi prakanker atau kanker serviks.

Baca Juga: 7 Kondisi yang Memicu Nyeri di Area Vagina Saat Menstruasi

Diagnosis Vulvodinia

Sebelum mendiagnosis, dokter akan menanyakan pada pasien tentang riwayat medis, seksual, dan pembedahan, dan untuk memahami lokasi, sifat, dan tingkat gejalanya.

Dokter mungkin juga akan melakukan tes berikut ini:

  • Pemeriksaan fisik. Dokter secara visual memeriksa vulva dan vagina untuk tanda-tanda infeksi atau penyebab lain dari gejala yang dirasakan.
  • Tes kapas. Dokter dapat menggunakan kapas yang telah dibasahi untuk memeriksa secara lembut pada area nyeri tertentu di area vulva.
  • Swab untuk tes infeksi. Tes ini dapat mengesampingkan kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan nyeri vulva, seperti infeksi menular seksual (IMS), vaginosis bakterial, dan infeksi jamur.
  • Biopsi. Jika kulit vulva tampak berbeda dari biasanya, dokter atau ginekolog mungkin akan mengambil sedikit sampel jaringan untuk kemudian diperiksa di laboratorium.
  • Tes darah. Tes ini mungkin dilakukan untuk memeriksa kadar hormon pasien seperti estrogen, progesteron, dan testosteron.

Pengobatan Vulvodinia

Perawatanya fokus untuk menghilangkan gejalanya. Meskipun belum ada satu perawatan yang berhasil dalam setiap kasus, tetapi kombinasi perawatan bisa sangat membantu.

Perlu waktu untuk menemukan perawatan yang tepat dan mungkin perlu waktu juga setelah memulai perawatan sebelum gejala mereda.

Adapun pilihan pengobatan yang bisa dilakukan untuk meredakan gejala vulvodinia, berikut di antaranya:

1. Obat-obatan

Beberapa obat seperti steroid, antidepresan trisiklik, atau antikonvulsan bisa membantu meredakan nyeri kronis. Sedangkan antihistamin dapat meredakan rasa gatal.

2. Terapi Biofeedback

Pengobatan ini merupakan terapi yang membantu mengurangi rasa sakit dengan mengajari penderitanya bagaimana cara mengendurkan otot panggul dan mengontrol respons tubuh terhadap gejala.

3. Terapi Dasar Panggul

Tidak sedikit wanita dengan vulvodynia mengalami ketegangan pada otot-otot dasar panggul, yang menopang rahim, kandung kemih, dan usus. Guna mengatasinya, latihan untuk mengendurkan otot-otot akan membantu meredakan nyeri vulvodynia.

4. Anestesi Lokal

Obat-obatan seperti salep lidokain, bisa meredakan gejala untuk sementara. Dokter mungkin menganjurkan penggunaan lidokain 30 menit sebelum berhubungan seksual untuk mengurangi ketidaknyamanan. Namun, salep ini  menyebabkan pasangan mati rasa sementara setelah melakukan kontak seksual.

5. Teknik Blok Saraf

Wanita yang sudah lama mengalami nyeri vulva dan tidak merespons pengobatan lain, mungkin bisa mendapatkan pengobatan lain. Pengobatannya adalah suntikan blok saraf lokal.

6. Operasi

Dalam kasus vulvodynia atau vestibulodynia lokal, operasi bisa membantu. Tindakan pembedahan ini untuk mengangkat kulit dan jaringan yang terkena (vestibulektomi) dapat  membantu mengurangi rasa sakit pada beberapa wanita.

7. Pengobatan secara Mandiri di Rumah

Melakukan perawatan secara mandiri yang sederhana bisa membantu mengatasi gejala vulvodinia, berikut di antaranya:

  • Duduk dengan nyaman. Apabila Anda banyak duduk pada siang hari, sebaiknya gunakan bantalan busa yang nyaman untuk organ intim Anda.
  • Perbanyak berdiri. Cara ini dapat membantu menghilangkan tekanan pada area di sekitar vulva.
  • Batasi latihan intensitas tinggi. Misalnya batasi untuk lari karena dapat menimbulkan gesekan yang dapat mengiritasi vulva.
  • Gunakan frozen gel pack setelah berolahraga. Balut frozen gel pack dengan handuk dan tempelkan pada vulva hingga 15 menit untuk meredakan gejala apa pun.
  • Batasi aktivitas yang memberi tekanan pada vulva. Aktivitas yang memberikan tekanan seperti bersepeda atau menunggang kuda. Sebaiknya hindari aktivitas ini.
  • Kenakan pakaian longgar. Alasannya karena pakaian ketat membatasi aliran udara ke vulva, yang dapat menyebabkan iritasi pada area tersebut. Jadi, kenakan pakaian linggar dan celana dalam berbahan 100% katun.
  • Gunakan pelumas berbahan dasar air. Sebaiknya oleskan sebelum berhubungan seks. Jangan gunakan produk yang mengandung alkohol, pewarna, parfum, perasa, atau bahan penghangat atau pendingin.
  • Buang air kecil setelah berhubungan seks. Tips ini dapat menurunkan risiko terkena infeksi. Setelah buang air kecil, bilas vulva dengan air dingin dan keringkan menggunakan handuk bersih.

Komplikasi Vulvodynia

Nyeri pada vulva bisa menyebabkan masalah emosional, karena menyakitkan dan membuat frustrasi serta sebabkan tidak menginginkan berhubungan seksual.

Misalnya, rasa takut untuk berhubungan seksual bisa menyebabkan kejang pada otot di sekitar vagina (vaginismus).

Komplikasi lain yang mungkin terkait dengan vulvodinia, termasuk:

  • Gangguan kecemasan.
  • Depresi.
  • Gangguan tidur.
  • Disfungsi seksual.
  • Masalah hubungan.
  • Penurunan kualitas hidup.

Baca Juga: Radang Vagina (Vaginitis): Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Pencegahan Vulvodinia

Ada langkah-langkah untuk membantu mengurangi risiko yang memicu rasa sakit pada vulva, berikut di antaranya:

  1. Mengenakan pakaian dalam berbahan katun dan pakaian longgar di sekitar area vagina.
  2. Bersihkan area vulva hanya dengan air.
  3. Jangan menggunakan kertas toilet beraroma, krim, dan sabun wangi yang mungkin mengandung bahan iritan.
  4. Hindari gesekan atau duduk dalam waktu lama.
  5. Hindari tampon dan pembalut dengan deodoran. Sebaiknya pilih produk kebersihan kewanitaan tanpa pewangi.
  6. Pastikan tidak mencuci alat kelamin yang berlebihan.
  7. Tidak melakukan douching (mencuci kelamin dengan cairan dari campuran bahan kimia) atau menggunakan tisu vagina.
  8. Menggunakan pelumas yang larut dalam air selama berhubungan seksual.
  9. Jika kulit sangat kering, oleskan tipis-tipis petroleum jelly ke vulva setelah mandi untuk mengunci kelembapan dan menambah lapisan pelindung pada kulit.
  10. Menepuk-nepuk area vagina yang kering setelah membilas atau buang air kecil.
  11. Oleskan kompres gel dingin jika vulva terasa nyeri.

Jika diduga mengalami infeksi vagina, segera kunjungi dokter mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat untuk mencegah kondisi semakin memburuk. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!

 

  1. Anonim. 2020. Vulvodynia. https://www.webmd.com/women/guide/vulvodynia. (Diakses pada 14 Desember 2021)
  2. Anonim. 2020. Vulvodynia. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/vulvodynia/symptoms-causes/syc-20353423. (Diakses pada 14 Desember 2021)
  3. Kraft, Sy. 2017. Vulvodynia: What you need to know. https://www.medicalnewstoday.com/articles/189076. (Diakses pada 14 Desember 2021)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi