Terbit: 6 May 2019
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan istilah PMS atau Premenstrual Syndrom, namun pernahkah Anda mendengar tentang Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)? Kondisi ini pada dasarnya mirip dengan PMS, hanya saja PMDD dianggap sebagai bentuk PMS yang lebih parah. Ketahui penyebab, gejala, dan cara penanganannya berikut ini!

Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD): Penyebab, Gejala, Pengobatan

Apa Itu Premenstrual Dysphoric Disorder?

Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) gangguan disforik pramenstruasi adalah gangguan mood yang disebabkan oleh hormon yang dapat terjadi berulang. Sama seperti PMS, PMDD terjadi selama masa pramenstruasi dan umumnya berlangsung hingga saat menstruasi dimulai.

PMDD tidak seumum PMS, kondisi ini hanya menyerang kurang lebih 5-10% wanita usia reproduksi. Pada wanita yang mengalami PMDD, gejalanya akan lebih parah dari PMS, terutama gejala yang bersifat psikologis. PMDD jauh lebih mungkin mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya.

PMDD berkaitan dengan siklus menstruasi, namun bukan merupakan masalah ketidakseimbangan hormon. PMDD merupakan reaksi negatif yang cukup parah terhadap kadar hormon estrogen dan progesteron yang naik turun secara alami selama siklus menstruasi.

PMDD tidak terjadi pada setiap siklus, namun cukup sering terjadi dan terkadang beberapa siklus menunjukkan gejala yang lebih para dari yang lain. Selama kehamilan dan setelah menopause, gejala PMDD tidak lagi muncul. Meskipun begitu, perlu diketahui bahwa wanita dengan PMDD berisiko tinggi mengalami depresi postpartum atau pasca melahirkan.

Penyebab Premenstrual Dysphoric Disorder

Penyebab Premenstrual Dysphoric Disorder hingga kini belum diketahui secara pasti. Seperti yang disebutkan sebelumnya, PMDD merupakan reaksi negatif tubuh terhadap perubahan hormon yang memang terjadi secara alami. Perubahan hormon ini juga berpengaruh terhadap jumlah serotonin dalam tubuh.

Beberapa wanita dapat terpengaruh baik secara fisik maupun psikis dari perubahan kadar serotonin dalam tubuh ini. Kondisi ini pada dasarnya dapat terjadi pada setiap wanita, namun wanita yang memiliki risiko lebih tinggi terkena PMDD adalah yang memiliki kondisi seperti berikut ini:

  • Wanita dengan riwayat keluarga PMS atau PMDD
  • Wanita yang memiliki riwayat keluarga atau riwayat pribadi depresi, postpartum, dan gangguan mood lainnya.
  • Wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral.

Gejala Premenstrual Dysphoric Disorder

Premenstrual Dysphoric Disorder ditandai dengan berbagai macam gejala meliputi:

  • Merasa sedih dan putus asa
  • Muncul keinginan untuk bunuh diri
  • Merasa tegang dan cemas
  • Serangan panik
  • Perubahan suasana hati, sering menangis
  • Lebih cepat marah
  • Tidak berminat untuk melakukan aktivitas sehari-hari
  • Kesulitan berpikir dan fokus
  • Kelelahan dan tidak berenergi
  • Peningkatan nafsu makan
  • Gangguan tidur
  • Kesulitan mengendalikan diri
  • Perut kembung, nyeri payudara, sakit kepala, nyeri sendi dan otot.

Gejala Premenstrual Dysphoric Disorder umumnya muncul selama satu hingga dua minggu sebelum menstruasi dan dapat langsung hilang pada hari awal menstruasi terjadi.

Diagnosis Premenstrual Dysphoric Disorder

Gangguan disforik pramenstruasi atau PMDD tidak dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik. Dokter akan melihat kondisi ini dari gejala yang dialami oleh pasien. Seseorang dapat didiagnosis PMDD apabila memiliki paling tidak 5 gejala dari gejala yang disebutkan di atas. Gejala yang terkait dengan psikologis harus termasuk di dalamnya.

Dokter juga harus membandingkan gejala dari paling tidak dua siklus menstruasi yang berbeda untuk memastikan apakah gejala yang dialami disebabkan oleh PMDD.

Pengobatan Premenstrual Dysphoric Disorder

Penanganan PMDD dapat dilakukan dengan beberapa cara. Berikut adalah beberapa pilihan yang mungkin dipilih menyesuaikan dengan kondisi Anda:

1. Obat antidepresan

Obat antidepresan dapat membantu meringankan gejala Premenstrual Dysphoric Disorder. Jenis antidepresan yang umum digunakan untuk kondisi ini adalah selective serotonin reuptake inhibitor. Obat ini bekerja dengan cara mengubah kadar serotonin dalam otak.

2. Pil KB

Jenis obat-obatan yang mungkin digunakan untuk mengatasi PMDD selanjutnya adalah pil KB.

Sebelumnya sudah disinggung bahwa wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral memiliki risiko lebih tinggi terkena PMDD. Jenis pil KB yang digunakan untuk mengatasi PMDD adalah yang memiliki kandunagn drospirenone dan etinil estradiol.

3. Obat penghilang rasa sakit

Gejala fisik pada PMDD dapat diatasi dengan menggunakan obat penghilang rasa sakit.

Gejala seperti kram perut, nyeri otot dan sendi, nyeri payudara, dan sakit kepala dapat diatasi dengan obat penghilang rasa sakit yang umum digunakan dan dijual bebas seperti ibuprofen, aspirin, dan juga naproxen.

4. Manajemen stres

Manajemen stres adalah kemampuan atau keterampilan seseorang untuk dapat mengelola stres.

Cara ini juga dapat dilakukan sebagai salah satu cara meringankan gejala PMDD. Salah satunya adalah dengan cara mempelajari teknik relaksasi atau dengan mencoba  menghabiskan waktu dengan aktivitas yang lebih menyenangkan dan Anda sukai.

5. Psikoterapi

Penanganan PMDD selanjutnya adalah dengan psikoterapi, salah satunya adalah cognitive behavioral therapy atau terapi perilaku kognitif.

Terapi ini adalah perawatan psikologis yang terstruktur dan berorientasi pada tindakan yang fokusnya adalah pada interaksi antara pikiran, perasaan, dan juga perilaku. Terapi perilaku kognitif diketahui efektif untuk mengatasi gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, dan dapat juga mengurangi rasa sakit.

6. Operasi

Langkah operasi dapat dilakukan apabila semua jenis obat tidak mampu untuk mengatasi gejala Premenstrual Dysphoric Disorder.

Operasi yang mungkin dilakukan adalah ooforektomi atau operasi pengangkatan ovarium. Selain meringankan gejala PMDD, operasi ini juga akan membuat seorang wanita berhenti ovulasi dan langsung memasuki masa menopause dan tentunya berpotensi juga mengalami beberapa gejala menopause.

Operasi ini tentunya harus dipertimbangkan secara matang sebelum dilakukan karena setelah melakukan operasi ini, wanita tidak mungkin dapat hamil.

 

Sumber:

  1. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) – https://www.womenshealth.gov/menstrual-cycle/premenstrual-syndrome/premenstrual-dysphoric-disorder-pmdd diakses 6 Mei 2019
  2. PMDD: Premenstrual Dysphoric Disorder Symptoms, Causes, Treatment – https://www.psycom.net/premenstrual-dysphoric-disorder-pmdd diakses 6 Mei 2019
  3. What is PMDD? – https://iapmd.org/about-pmdd diakses 6 Mei 2019

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi