Terbit: 19 August 2019 | Diperbarui: 30 September 2022
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

“Dasar pikun, masa’ handphone sendiri lupa taruh di mana?”. Umpatan tersebut umum kita dengar (atau bahkan lakukan) ketika lupa akan sesuatu. Pikun adalah kondisi yang umumnya terjadi pada orang berusia lanjut. Lantas, apakah ilustrasi di atas menjadi pertanda bahwa usia muda pun bisa mengalami pikun? Memang, apa itu pikun dan apa bedanya pikun dengan pelupa? Simak informasinya berikut ini!

Penyakit Pikun: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Apa Itu Pikun?

Pikun adalah istilah untuk menggambarkan kondisi di mana terjadi penurunan fungsi kognitif dan daya ingat otak. Awalnya, istilah pikun digunakan sebagai nama lain dari demensia (senile dementia). Namun seiring berjalannya waktu, para dokter sepakat untuk mengatakan bahwa pikun adalah salah satu gejala demensia. Demensia adalah sindrom penurunan fungsi otak yang meliputi:

  • Penurunan daya pikir (kognitif)
  • Penurunan daya ingat
  • Penurunan kemampuan gerak tubuh
  • Gangguan mental
  • Gangguan perilaku
  • Gangguan suasana hati (mood)

Proses penuaan ditengarai menjadi pemicu seseorang menjadi pikun. Itu sebabnya, kita kerap menjumpai orang-orang berusia lanjut yang mengalami gangguan daya ingat yang satu ini.

Penyebab Pikun

Kendati orang berusia lanjut menjadi kelompok usia yang paling umum mengalami pikun, faktanya kondisi ini tak melulu berkaitan dengan proses penuaan. Pada intinya, penyebab pikun adalah kerusakan sistem persinyalan otak sehingga mengakibatkan gangguan ingatan, daya pikir (kognitif), hingga emosi.

Lalu, bagaimana bisa sistem persinyalan otak tersebut mengalami kerusakan? Berikut ini adalah faktor penyebab pikun akibat adanya gangguan atau kerusakan pada sistem persinyalan otak:

1. Penyakit Huntington

Penyakit Huntington adalah penyakit keturunan (genetik), yang mana akibat penyakit ini, penderitanya akan mengalami defisiensi sel-sel otak. Defisiensi otak inilah yang lantas berujung pada penurunan fungsi kognitif otak dan fungsi otak dalam mengontrol gerakan tubuh.

2. Penyakit Parkinson

Parkinson adalah penyakit yang terjadi pada sistem saraf otak, tepatnya saraf yang memproduksi dopamin. Akibatnya, penderita akan mengalami degenerasi saraf otak yang berakibat pada ketidakseimbangan neurotransmitter otak. Parkinson dikenali dari gejala tremor dan kekakuan gerakan tubuh.

Selain itu, penyakit yang menyerang mendiang petinju legendaris Muhammad Ali ini juga menyebabkan  hilangnya daya ingat dan berpikir secara bertahap (progresif). Adanya perubahan perilaku juga lazim diderita oleh mereka yang mengalami Parkinson akibat penyusutan otak depan dan samping, yang mana kondisi ini disebut sebagai demensia frontotemporal.

3. Alzheimer

Alzheimer adalah penyakit gangguan fungsi otak yang identik dengan perkembangan plak beta amiloid. Alzheimer umumnya dialami oleh mereka yang sudah berusia lanjut. Demensia adalah salah satu gejala dari penyakit Alzheimer ini, di samping juga gejala-gejala lainnya seperti:

  • Disorientasi
  • Gangguan berbicara
  • Linglung

4. Multiple Sclerosis

Penyebab pikun lainnya adalah penyakit multiple sclerosis. Penyakit ini diakibatkan oleh rusaknya sel otak (dan sel saraf tulang belakang) sebagai imbas dari serangan sistem imun tubuh terhadap mielin atau selaput pelindung saraf.

5. Creutzfeldt-Jakob

Creutzfeldt-Jakob adalah nama penyakit langka yang juga menjadi penyebab terjadinya masalah daya ingat ini. Creutzfeldt-Jakob menyerang dan merusak sel otak sehingga menyebabkan penderitanya hilang ingatan dan perubahan perilaku secara bertahap.

Creutzfeldt-Jakob adalah penyakit yang lebih umum dialami oleh mereka yang berusia dewasa muda dan paruh baya.

6. Wernicke-Korsakoff  Syndrome

Wernicke-Korsakoff syndrome adalah kondisi di mana seseorang mengalami sejumlah komplikasi seperti:

  • Ataksia
  • Gangguan penglihatan
  • Linglung
  • Koma

Kekurangan asupan vitamin B1 atau tiamin adalah penyebab sindrom Wernicke-Korsakoff. Namun, kondisi ini juga kerap dikaitkan dengan kebiasaan mengonsumsi alkohol.

7. Demensia Vaskular

Demensia vaskular adalah penyebab pikun yang diakibatkan oleh sejumlah kondisi medis, seperti:

  • Stroke
  • Tumor otak
  • Cedera kepala

Demensia vaskular bisa terjadi berbarengan dengan penyakit Alzheimer—disebut sebagai demensia campuran—dan turut menjadi penyebab pikun.

8. Demensia Chronic Traumatic Encephalopaty (CTE)

Chronic Traumatic Encephalopaty Dementia atau demensia CTE adalah kondisi trauma ada kepala akibat cedera berkepanjangan yang disebabkan oleh benturan keras. Akibat cedera, terjadi kerusakan pada saraf-saraf otak yang lantas memengaruhi daya ingat penderitanya.

9. Infeksi

Infeksi yang terjadi pada otak hingga mengakibatkan munculnya penyakit seperti ensefalitis dan meningitis juga menjadi penyebab seseorang mengalami demensia.

Tak hanya infeksi otak, penyakit akibat infeksi lainnya seperti HIV/AIDS juga bisa mengakibatkan penderitanya mengalami penurunan daya ingat secara bertahap.

Selain faktor-faktor di atas, penyebab pikun juga meliputi:

  • Penumpukan cairan di rongga otak (hidrosefalus)
  • Kurangnya jumlah hormon tiroid (hipotiroid)
  • Kurangnya pasokan oksigen di dalam darah (hipoksia)
  • Kekurangan vitamin B1 dan B12
  • Keracunan karbon monoksida
  • Penyalahgunaan narkoba

Ciri dan Gejala Pikun

Setiap orang memiliki ciri dan gejala pikun yang berbeda, tergantung dari tingkat keparahannya. Namun secara umum, ciri-cirinya meliputi:

  • Sering lupa menaruh barang
  • Sering menanyakan hal yang sama
  • Sering lupa urutan rutinitas sehari-hari
  • Sering tersesat di jalan atau tempat, sekalipun jalan tersebut sudah familiar
  • Sering kebingungan

Beberapa gejala lainnya mungkin tidak disebutkan di atas. Segera periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami gejala-gejala tersebut agar segera bisa ditangani lebih lanjut.

Diagnosis Pikun

Dokter perlu melakukan serangkaian prosedur pemeriksaan guna mendiagnosis kondisi  yang dialami oleh pasien, sekaligus mencari tahu penyebab pasti dari masalah kesehatan ini.

Prosedur pemeriksaan untuk mendiagnosis pikun meliputi:

1. Anamnesis

Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien terkait dengan keluhan yang dialaminya.

  • Sejak kapan kondisi ini berlangsung?
  • Apakah memiliki riwayat kecelakaan?
  • Apakah memiliki riwayat penyakit lain?
  • Apakah mengonsumsi obat-obatan tertentu?

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah itu, dokter akan melanjutkan ke pemeriksaan fisik, meliputi pemeriksaan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan berat serta tinggi badan pasien.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang ini sifatnya krusial karena di sinilah dokter akan melaksanakan serangkaian tes untuk memastikan penyebab pikun yang dialami pasien. Prosedur pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis pikun meliputi:

  • Tes urin
  • Tes darah
  • Tes memori
  • Tes wicara

Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap otak dengan memanfaatkan teknologi pencitraan (imaging), yakni:

  • CT scan
  • MRI
  • PET scan

Pengobatan Pikun

Pikun adalah gejala dari demensia. Demensia tidak benar-benar disembuhkan, namun dapat diatasi sebagai bagian dari pengurangan gejala demensia.

Cara mengobati pikun yang bisa dilakukan adalah:

  • Konsumsi obat perangsang hormon tiroid
  • Memperbanyak asupan vitamin B1 dan B12
  • Operasi pengangkatan tumor (apabila pikun disebabkan oleh adanya tumor otak)
  • Pemberian obat-obatan khusus (rivastigmin, memantine, galantamine, donezepil)
  • Terapi kognitif (Cognitive stimulation therapy)

Selain itu, ada sejumlah cara mengatasi pikun yang bisa diterapkan secara mandiri, yaitu:

  • Menuliskan catatan perihal aktivitas yang dilakukan sehari-hari
  • Meminta bantuan orang-orang terdekat dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana
  • Konseling
  • Menerapkan pola hidup sehat (olahraga, makan teratur, istirahat yang cukup)

Pikun dan Pelupa Berbeda

Banyak orang yang menganggap bahwa lupa akan sesuatu (seperti yang dicontohkan melalui ilustrasi di awal artikel) adalah gejala pikun. Meskipun kondisi ini juga berkaitan dengan masalah daya ingat, namun perlu diluruskan bahwa  pikun dan pelupa adalah 2 (dua) kondisi yang berbeda.

Jika Anda lupa menaruh barang, lalu setelah berpikir selama beberapa saat ingatan akan letak barang tersebut kembali, artinya Anda hanya sekedar lupa. Lupa adalah kondisi yang lumrah dialami oleh seseorang, dan ini erat kaitannya dengan tingkat konsentrasi atau fokus.

Otak yang sudah terfokus pada suatu hal acap kali mengabaikan detail lain di sekitarnya. Misalnya, Anda sedang fokus membaca buku kemudian jadi lupa di mana menaruh ponsel. 

Atau, lupa bisa terjadi akibat konsentrasi yang buyar karena suatu hal. Contoh, tiba-tiba Anda dikagetkan oleh berita di televisi perihal artis idola yang tertangkap karena narkoba, padahal di waktu yang sama Anda sedang memasak. Konsentrasi pun buyar dan Anda tanpa sadar meninggalkan kegiatan masak.

Sementara demensia ini adalah kondisi yang lebih kompleks. Penderita  bahkan sama sekali tidak bisa mengingat sesuatu meski sudah berusaha untuk mengingatnya, dan tak hanya ingatan yang terganggu, kondisi ini juga akan menyebabkan penderitanya mengalami perubahan perilaku.

Itu dia informasi mengenai pikun. Jika Anda merasa kondisi ‘sering lupa’ sudah sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter agar bisa dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Semoga bermanfaat!

 

  1. Shiel Jr, William C. (2018). Medical Definition of Dementia. MedicineNet. https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=2940  [diakses pada 19 Agustus 2019]
  2. Dickinson et al. NCBI (2017). Cognitive stimulation therapy in dementia care: exploring the views and experiences of service providers on the barriers and facilitators to implementation in practice using Normalization Process Theory. International Psychogeriatrics,29(11),pp.1869-1878. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28701238 [diakses pada 19 Agustus 2019]
  3. What is Dementia? Symptoms, Types, and Diagnosis. National Institute of Aging. https://www.nia.nih.gov/health/what-dementia-symptoms-types-and-diagnosis [diakses pada 19 Agustus 2019]
  4. About Dementia. NIH. https://www.nhs.uk/conditions/dementia/about/ [diakses pada 19 Agustus 2019]


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi