Terbit: 27 December 2023
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Dismenore atau nyeri haid adalah kondisi umum yang dialami oleh wanita saat sedang menstruasi. Simak penjelasan mengenai gejala, penyebab, hingga cara meredakannya dalam ulasan berikut.

Nyeri Haid (Dismenore): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Apa itu Nyeri Haid?

Nyeri haid adalah rasa sakit yang dirasakan pada perut bagian bawah selama wanita mengalami menstruasi. Tingkat keparahan nyeri pada setiap wanita dapat berbeda-beda. Kondisi ini umumnya mulai terjadi dari dari masa ovulasi ketika sel telur dilepaskan dari ovarium kemudian bergerak ke tuba fallopi.

Nyeri yang diakibatkan proses menstruasi disebut dengan dismenore primer. Namun, jika nyeri haid disebabkan oleh kondisi medis lain maka disebut dengan dismenore sekunder.

Gejala Nyeri Haid

Gejala umum yang bisa terjadi adalah sensasi nyeri berdenyut atau kram pada perut bagian bawah. Rasa sakit ini sering kali dibarengi dengan banyak gejala lainnya. Berikut adalah berbagai gejala yang dirasakan wanita:

  • Nyeri atau kram pada perut bagian bawah, nyeri yang dirasakan dapat sangat berat dan intens.
  • Nyeri dimulai pada sekitar 1-3 hari sebelum haid dan mereda pada hari ke 2-3 haid. Nyeri paling hebat umumnya terjadi pada 24 jam semenjak haid dimulai.
  • Perasaan tertekan di perut.
  • Nyeri yang menjalar ke pinggul, punggung, dan paha bagian bawah.
  • Mual.
  • Diare.
  • Sakit kepala.
  • Pusing.

Gejala pada setiap wanita dapat berbeda-beda, termasuk gejala munculnya nyeri. Sebelumnya disebutkan bahwa nyeri dapat dimulai sebelum menstruasi dimulai dan puncaknya adalah pada hari pertama menstruasi.

Namun, dalam beberapa kasus terdapat juga wanita yang merasakan nyeri di hari pertama menstruasi tapi tidak merasakan nyeri sebelumnya atau sebaliknya.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Jika nyeri yang dirasakan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, biasanya tidak membutuhkan perawatan medis. Namun jika nyeri haid yang dialami menyebabkan terganggunya aktivitas, maka sebaiknya segera konsultasikan kondisi tersebut ke dokter.

Berikut adalah beberapa kondisi yang mengharuskan Anda untuk berkonsultasi dengan dokter:

  • Nyeri haid hebat selama 3 kali haid berturut-turut.
  • Adanya gumpalan darah ketika haid.
  • Kram perut disertai dengan diare dan mual.
  • Nyeri panggul saat sedang tidak menstruasi.
  • Rasa sakit berkelanjutan setelah pemasangan IUD.
  • Demam.
  • Nyeri panggul parah.
  • Sakit mendadak atau menemukan tanda-tanda kehamilan.
  • Keputihan yang memiliki bau busuk.

Gejala seperti demam, nyeri panggul yang tiba-tiba, dan keputihan dapat menjadi tanda adanya infeksi. Apabila dibiarkan, infeksi ini dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut yang bisa merusak organ panggul dan dapat menyebabkan infertilitas atau ketidaksuburan.

Penyebab Nyeri Haid

Secara umum penyebab kondisi ini adalah kontraksi yang terjadi pada otot uterus dan rahim. Kontraksi ini membantu rahim untuk meluruhkan lapisannya. Apabila kontraksi terlalu kuat selama menstruasi, kondisi ini dapat menekan pembuluh darah terdekat yang ada disekitarnya.

Akibat pembuluh darah yang tertekan ini, pasokan oksigen ke rahim pun menjadi berkurang. Hal inilah yang kemudian menyebabkan munculnya rasa nyeri saat haid.

Penyebab nyeri haid juga sering kali dikaitkan dengan keberadaan zat mirip hormon yang disebut prostaglandin. Zat ini yang memicu terjadinya kontraksi rahim dan juga berperan dalam menimbulkan rasa nyeri dan kram saat menstruasi.

Kadar prostaglandin yang lebih tinggi sering kali dikaitkan dengan gejala nyeri haid yang lebih berat. Kondisi ini disebut dengan  dismenore primer. Sedangkan untuk dismenore sekunder, kondisi medis yang dapat menjadi penyebabnya antara lain meliputi:

1. PMS (Premenstrual Syndrome)

Premenstrual syndrome adalah sekelompok gejala yang terjadi pada masa antara ovulasi hingga menstruasi. PMS termasuk kondisi yang umum dan biasanya gejala akan hilang setelah menstruasi dimulai. Kondisi ini disebabkan oleh perubahan hormon yang terjadi dalam tubuh wanita selama waktu sekitar 1 hingga 2 minggu sebelum haid.

Selain menyebabkan nyeri perut, gejala PMS lainnya adalah seperti kembung, nyeri payudara, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lapar, sakit kepala, jerawat, berat tubuh naik, hingga masalah pencernaan seperti diare atau sembelit.

PMS juga sering kali menimbulkan gejala emosional seperti kecemasan, murung, perubahan suasana hati, mudah menangis, mudah marah, dan lebih ingin menyendiri.

2. Endometriosis

Rasa nyeri saat haid juga dapat disebabkan oleh kondisi yang disebut dengan endometriosis, kondisi di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim (endometrium) tumbuh di bagian lain seperti di ovarium, tuba fallopi, atau jaringan yang melapisi panggul.  Endometrium juga dapat menyebar di luar organ panggul, namun kasusnya terbilang jarang.

Endometriosis dapat menyebabkan nyeri haid dan dapat menyebabkan masalah kesuburan apabila dibiarkan. Gejalanya meliputi nyeri haid berat yang mengganggu aktivitas, sakit ketika berhubungan seks, sembelit, diare, hingga kencing darah selama menstruasi, hingga sulit hamil.

Kondisi ini termasuk kondisi jangka panjang yang dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama ketika menstruasi. Namun endometriosis dapat diatasi dengan perawatan yang tepat.

3. Fibroid Rahim

Fibroid rahim atau fibroid uterus adalah pertumbuhan jaringan non-kanker pada rahim atau uterus yang sering muncul selama masa subur.

Kondisi yang juga sering disebut mioma ini tidak pernah berkembang menjadi kanker dan juga tidak terkait dengan peningkatan risiko kanker.

Ukuran fibroid bisa sangat kecil hingga tidak terdeteksi oleh mata, tapi dapat juga memiliki ukuran besar hingga menyebabkan rahim membesar.

Gejala fibroid biasanya dipengaruhi oleh ukuran, jumlah, dan lokasinya. Gejala yang paling umum selain nyeri haid adalah seperti pendarahan menstruasi berat, menstruasi berlangsung lebih lama, tekanan atau nyeri pada panggul, sering buang air kecil, sembelit, nyeri punggung, nyeri kaki, dan sulit mengosongkan kandung kemih.

4. Penyakit Radang Panggul

Pelvic inflammatory disease (PID) atau penyakit radang panggul adalah infeksi pada organ reproduksi wanita.

Kondisi ini biasanya terjadi ketika bakteri yang ditularkan secara seksual menyebabkan infeksi pada vagina hingga rahim, tuba fallopi, atau ovarium. PID biasanya baru terdeteksi apabila seseorang mengalami kesulitan hamil atau merasakan gejala nyeri panggul kronis.

Beberapa gejala yang mungkin timbul akibat PID meliputi nyeri di perut bagian bawah dan panggul, keputihan parah yang berbau tidak sedap, nyeri serta pendarahan ketika berhubungan intim, pendarahan rahim abnormal, sakit ketika buang air kecil, dan demam hingga menggigil.

5. Adenomyosis

Adenomyosis adalah kondisi di mana lapisan dalam rahim (endometrium) menembus dinding otot atau lapisan tengah rahim (miometrium). Kondisi ini dapat  ditemukan di seluruh rahim atau terletak pada satu spot saja.

Selain menyebabkan nyeri haid yang parah, adenomyosis juga menyebabkan perut kembung dan juga pendarahan menstruasi yang lebih berat dan berkepanjangan.

Kondisi ini dianggap tidak berbahaya atau tidak mengancam jiwa, namun karena dapat menyebabkan nyeri dan pendarahan hebat pada wanita, kondisi ini tetap dianggap dapat berdampak buruk juga pada kualitas hidup penderitanya.

6. Stenosis Serviks

Stenosis serviks atau penyempitan leher rahim juga dapat menjadi penyebab nyeri haid sekunder. Kondisi ini termasuk kondisi langka di mana leher rahim menjadi sangat kecil atau sempit sehingga aliran menstruasi melambat. Akibatnya, tekanan dalam rahim meningkat sehingga timbul rasa nyeri saat haid.

Jika terjadi sebelum menopause, stenosis serviks dapat menyebabkan dismenore, pendarahan abnormal, hingga menyebabkan amenore (tidak ada menstruasi). Kondisi ini juga dapat menyebabkan infertilitas karena sperma tidak dapat melewati leher rahim sehingga tidak dapat terjadi pembuahan.

Baca Juga: Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD): Penyebab, Gejala, Pengobatan

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan seorang wanita mengalami nyeri haid, antara lain:

  • Wanita berusia di bawah 30 tahun.
  • Mengalami pendarahan hebat saat menstruasi (menorrhagia).
  • Memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur (metrorrhagia).
  • Wanita yang mencapai pubertas sebelum usia 11 tahun atau lebih muda.
  • Memiliki riwayat keluarga dismenore.
  • Belum pernah memiliki anak atau melahirkan.
  • Merokok.
  • Obesitas.

Diagnosis Nyeri Haid

Dokter akan memulai dengan memeriksa riwayat medis Anda dan melakukan pemeriksaan fisik. Umumnya dokter akan melakukan pemeriksaan panggul untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada sistem reproduksi dan untuk mencari tanda infeksi.

Apabila dokter mencurigai bahwa nyeri haid merupakan dismenore sekunder yang disebabkan oleh kondisi medis lain, beberapa tes yang mungkin disarankan, di antaranya:

1. USG

USG atau ultrasonografi adalah tes pencitraan menggunakan gelombang suara untuk melihat gambaran rahim, leher rahim, tuba fallopi, dan indung telur. Jenis USG transvaginal atau USG melalui vagina adalah jenis USG yang dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi rahim dengan lebih akurat.

2. CT Scan

CT scan adalah tes pencitraan menggunakan sinar-X dan komputer untuk mendapatkan gambar detail dari organ dalam tubuh.

Prosedur ini mengambil gambar dari berbagai sudut kemudian gambaran tersebut disatukan menjadi bentuk gambar 3 dimensi. Pemeriksaan satu ini dapat menghasilkan gambaran organ tubuh yang lebih detail dibandingkan dengan tes USG.

3. MRI

MRI merupakan tes pencitraan menggunakan gelombang radio dan medan magnet yang kuat untuk menghasilkan gambar detail organ dalam tubuh. Baik CT scan maupun MRI merupakan jenis pemeriksaan non-invasif sehingga tidak membutuhkan pembedahan dan tidak menyakitkan.

4. Laparoskopi

Pada dasarnya laparoskopi tidak terlalu dibutuhkan untuk mendiagnosis nyeri haid, tapi tes ini dapat membantu mendeteksi beberapa kondisi yang bisa jadi menjadi penyebab nyeri haid.

Laparoskopi dapat membantu diagnosis endometriosis, fibrosis, kista ovarium, hingga kehamilan ektopik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memasukkan tabung fiber-optic dengan kamera kecil ke dalam perut melalui sayatan kecil di perut.

Cara Mengatasi Nyeri Haid dengan Perawatan di Rumah

Penanganan nyeri haid biasanya bisa dilakukan dengan perawatan rumahan. Beberapa cara yang bisa dicoba, di antaranya:

1. Olahraga

Banyak orang yang beranggapan bahwa ketika menstruasi, wanita sebaiknya tidak berolahraga. Padahal, olahraga dengan porsi dan gerakan yang tepat justru dapat membantu meredakan nyeri haid. Jenis olahraga yang direkomendasikan saat haid adalah seperti berjalan, yoga, dan gerakan-gerakan peregangan.

2. Memanfaatkan Suhu Panas

Suhu panas juga dapat membantu meringankan nyeri haid, bahkan sama efektifnya dengan obat penghilang nyeri.

Anda bisa meletakkan kompres panas di perut bagian bawah untuk meredakan nyeri. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan berendam menggunakan air hangat.

3. Konsumsi Suplemen

Konsumsi beberapa jenis vitamin dan mineral juga dipercaya efektif untuk membantu meringankan nyeri haid. Vitamin dan suplemen yang direkomendasikan antara lain seperti vitamin B6, vitamin B1, vitamin E, asam lemak omega-3, kalsium, dan magnesium.

4. Manajemen Stres

Stres psikologis ternyata dapat menjadi salah satu pemicu meningkatnya risiko kram menstruasi. Maka dari itu, mempelajari manajemen stres akan dapat membantu Anda terhindar dari nyeri saat haid.

5. Konsumsi Air Putih

Nyeri haid biasanya diperburuk dengan adanya sensasi kembung di perut. Salah satu cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan memastikan kebutuhan cairan tercukupi dan tubuh terhidrasi dengan baik. Konsumsi air putih lebih banyak dari asupan harian biasanya ketika menstruasi sangat direkomendasikan.

6. Konsumsi Makanan yang Meringankan Nyeri

Jenis makanan yang dapat meringankan nyeri haid adalah makanan yang tinggi vitamin, mineral, dan mengandung banyak air. Konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan sangat disarankan.

7. Hindari Makanan Tertentu

Jenis makanan dan minuman yang dipercaya dapat memperburuk rasa nyeri saat haid adalah seperti makanan berlemak, makanan tinggi sodium, alkohol, minuman berkarbonasi, dan minuman dan makanan yang mengandung kafein.

8. Akupuntur

Akupuntur merupakan pengobatan alternatif yang menyimpan banyak manfaat untuk kesehatan. Akupuntur yang dilakukan pada 10 hingga 7 hari sebelum menstruasi dipercaya dapat membantu meringankan nyeri haid.

9. Akupresur

Pengobatan alternatif lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi nyeri haid adalah akupresur atau pijat. Akupresur mengandalkan tekanan dan sentuhan pada beberapa titik tubuh untuk membantu melancarkan aliran darah dan pelepasan endorfin. Efeknya nyeri haid pun dapat terhindari.

10. Obat Herbal

Beberapa obat herbal juga dapat membantu meringankan nyeri haid yang Anda alami.

Salah satunya adalah kunyit asam yang memiliki kandungan kurkumin yang dipercaya dapat meringankan nyeri haid dan gejala PMS lain. Meskipun herbal relatif aman, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter tentang penggunaannya apabila Anda sedang menjalani pengobatan lain.

Penggunaan herbal bersama dengan obat lain dapat menyebabkan interaksi obat yang dapat memengaruhi kinerja obat.

Cara Mengatasi Nyeri Haid dengan Perawatan Medis

Apabila setelah menggunakan cara rumahan rasa nyeri tidak kunjung membaik, Anda mungkin memerlukan perawatan medis untuk mengatasinya. Beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut, di antaranya:

1. Obat Antiinflamasi Nonsteroid

Obat nyeri haid pertama yang dapat menjadi pilihan adalah obat antiinflamasi nonsteroid. Obat-obatan seperti ibuprofen dan naproxen dapat menjadi obat nyeri haid. Obat ini membantu meredakan rasa nyeri dengan cara memengaruhi prostaglandin. Jenis obat-obatan ini termasuk obat bebas yang tidak memerlukan resep dokter.

2. Kontrasepsi Hormonal

Berbagai jenis kontrasepsi hormonal bekerja mencegah ovulasi dan dapat meredakan nyeri haid berat. Kontrasepsi hormonal dapat berupa pil KB, suntikan, hingga IUD. Konsultasikan dengan dokter sebelum memilih kontrasepsi hormonal yang paling tepat untuk Anda.

3. TENS

Perangkat transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) terhubung ke kulit melalui patch berperekat dengan elektroda di dalamnya.

Elektroda ini akan mengalirkan arus listrik untuk merangsang saraf. Perangkat ini bekerja dengan cara menaikkan ambang sinyal rasa sakit dan merangsang pelepasan endorfin yang dapat menjadi pereda rasa sakit alami.

4. Operasi

Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila nyeri haid disebabkan oleh kondisi medis seperti endometriosis atau fibroid.

Pembedahan dilakukan untuk mengatasi masalah secara spesifik. Apabila berbagai pengobatan tidak berhasil dilakukan, operasi pengangkatan rahim mungkin diperlukan untuk mengatasinya. Namun, cara ini hanya dapat dilakukan apabila Anda tidak berencana untuk memiliki anak.

Baca Juga: 7 Posisi Tidur untuk Meredakan Nyeri Haid

Komplikasi Nyeri Haid

Kebanyakan wanita yang mengalami nyeri haid mengalami pemulihan yang signifikan dengan perawatan di rumah. Namun, Anda harus mengunjungi dokter bila mengalami kondisi berikut:

  • Kram menstruasi terus-menerus terasa nyeri lebih lama dari biasanya.
  • Rasa sakitnya yang terjadi secara tiba-tiba menjadi lebih buruk.
  • Pendarahan berlebihan membutuhkan lebih dari satu pembalut per jam.
  • Tanda-tanda infeksi, seperti demam, menggigil, dan nyeri tubuh.
  • Mengira terjadi kehamilan.

Dokter dapat membantu mengatasi sebagian besar gejala yang Anda keluhkan. Namun, Anda harus segera pergi ke unit gawat darurat (UGD) rumah sakit jika salah satu kondisi berikut terjadi:

  • Pingsan.
  • Pusing saat berdiri.
  • Nyeri panggul secara tiba-tiba dan hebat menyebabkan mual.
  • Jaringan keluar dari aliran menstruasi, biasanya tampak berwarna keperakan atau keabu-abuan.
  • Sedang hamil dan mengalami nyeri haid yang parah.

Pencegahan Nyeri Haid

Mencegah nyeri haid sebelum terjadi adalah cara yang baik untuk mengendalikan siklus menstruasi. Sejumlah pencegahan yang bisa dilakukan, di antaranya:

1. Perubahan Pola Makan

Bagi Anda yang ingin menghentikan atau meringankan nyeri haid, maka Anda harus membatasi konsumsi makanan manis, asin, dan berlemak.

Sebuah penelitian mengungkapkan, seseorang yang menjalankan pola makan vegetarian, mengalami lebih sedikit nyeri haid.

2. Olahraga Teratur

Olahraga diketahui dapat mengeluarkan endorfin, hormon yang akan membantu meredakan rasa sakit yang terjadi selama haid.

3. Mengelola Stres

Stres dianggap dapat meningkatkan risiko wanita mengalami nyeri haid. Untuk itu, kurangi kadar stres, misalnya dengan meditasi, yoga, mindfulness, atau aktivitas lainnya yang membuat Anda merasa tenang.

4. Tidak Merokok

Menurut penelitian, seorang perokok 1,45 kali lebih mungkin mengalami nyeri haid dibandingkan orang yang tidak merokok. Oleh karena itu, sebaiknya berhenti merokok untuk membantu mengurangi nyeri haid.

5. Membatasi Minuman Beralkohol

Konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah sedang tidak memperburuk kondisi menstruasi. Namun, mengonsumsinya dalam jumlah yang berlebihan kemungkinan akan mengganggu keseimbangan prostaglandin dalam tubuh yang pada akhirnya memperburuk kram menstruasi. 

Prostaglandin merupakan sekumpulan lipid yang diproduksi untuk membantu menyembuhkan luka dan penyakit.

Nah, itulah penjelasan lengkap seputar nyeri haid yang penting untuk Anda tahu. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat.

 

  1. Anonim. 2023. What Is PMS?. https://www.webmd.com/women/pms/what-is-pms#2. (Diakses pada 31 Juli 2019)
  2. Anonim. 2022. Pelvic inflammatory disease (PID). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pelvic-inflammatory-disease/symptoms-causes/syc-20352594. (Diakses pada 31 Juli 2019)
  3. Anonim. 2022. Menstrual Cramps. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/menstrual-cramps/diagnosis-treatment/drc-20374944. (Diakses pada 31 Juli 2019)
  4. Anonim. 2023. Uterine fibroids. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/uterine-fibroids/symptoms-causes/syc-20354288. (Diakses pada 31 Juli 2019)
  5. Byrd, Florence. 2022. What Is Adenomyosis?. https://www.webmd.com/women/guide/adenomyosis-symptoms-causes-treatments#1. (Diakses pada 31 Juli 2019)
  6. Crosta, Peter. 2023. What to know about menstrual cramps. https://www.medicalnewstoday.com/articles/157333.php. (Diakses pada 31 Juli 2019)
  7. Martel, Janelle. 2020. What Causes Painful Menstrual Periods and How Do I Treat Them?. https://www.healthline.com/health/painful-menstrual-periods. (Diakses pada 31 Juli 2019)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi