Terbit: 11 March 2020 | Diperbarui: 23 March 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Antonius Hapindra Kasim

Menstruasi berkepanjangan dan berat kemungkinan dapat menandakan adenomyosis atau adenomiosis. Normalnya wanita akan mengalami menstruasi selama 4 sampai 7 hari. Menstruasi bisa panjang atau pendek tergantung pada lamanya siklus. Jika Anda sering mengalami perdarahan yang abnormal selama menstruasi seperti lebih dari seminggu dan berulang-ulang, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.

Adenomiosis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa Itu Adenomiosis?

Adenomiosis adalah suatu kondisi ketika lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh  di dalam dinding otot rahim (miometrium). Penyakit ini menyebabkan kram menstruasi, nyeri perut bagian bawah, pembesaran rahim, dan menyebabkan menstruasi yang berat.

Meskipun dianggap sebagai kondisi yang tidak mengancam jiwa, adenomiosis adalah penyakit yang dapat menyebabkan nyeri dan perdarahan hebat yang berdampak buruk pada kualitas hidup penderitanya. Penyebab adenomiosis masih belum diketahui, tetapi penyakit ini biasanya sembuh setelah menopause

Gejala Adenomiosis

Tanda dan gejalanya berbeda pada setiap wanita, termasuk kondisi dan keparahan gejala. Sebagian wanita tidak mengalami gejala sama sekali, sementara yang lain dapat mengalami gejala yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari.

Sejumlah gejala adenomiosis termasuk:

  • Perdarahan menstruasi yang berat
  • Menstruasi yang sangat menyakitkan
  • Kram rahim yang memburuk
  • Rasa sakit saat berhubungan seks
  • Perdarahan di antara periode menstruasi
  • Sakit di area panggul
  • Sakit saat buang air besar
  • Perasaan tertekan pada area kandung kemih dan dubur

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami menstruasi yang berat, pendarahan berkepanjangan, kram rahim parah selama menstruasi yang mengganggu aktivitas sehari-hari, segera periksakan ke dokter. Gejala ini mungkin dapat menandakan kondisi serius lainnya, dan penting bagi dokter melakukan tes untuk menentukan penyebabnya.

Pendarahan menstruasi yang berat dapat menyebabkan anemia, merupakan kekurangan zat besi. Kondisi ini bisa membuat wanita merasa lelah, lemah, atau tidak sehat. Mengonsumsi suplemen zat besi dapat membantu mengobati anemia, yang bisa sangat penting selama menstruasi.

Apakah Adenomiosis Menyebabkan Infertilitas?

Kebanyakan wanita yang menderita penyakit adenomiosis juga menderita endometriosis, tetapi sulit untuk memastikan apa peran adenomiosis dalam masalah kesuburan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa adenomiosis dapat menyebabkan infertilitas (kemandulan).

Penyebab Adenomiosis

Sampai saat ini masih belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya. Namun, kondisi ini diyakini terkait dengan operasi yang pernah dilakukan sebelumnya atau karena adanya pengaruh hormon seperti estrogen dan progesteron.

Namun, berikut beberapa teori yang mungkin menjadi penyebab adenomiosis:

  • Jaringan berlebih di rahim yang muncul sejak lahir. Seiring dengan berjalannya usia, jaringan ini terus tumbuh.
  • Operasi caesar yang meninggalkan bekas sayatan dan bisa memicu pertumbuhan jaringan abnormal (adenomioma). Mioma merupakan pertumbuhan tumor di otot rahim yang disebabkan perdarahan yang hebat dan juga gangguan kehamilan.
  • Peradangan pada rahim yang terjadi saat persalinan atau setelah operasi. Kondisi ini akan berlanjut dan memicu pertumbuhan lapisan abnormal di dalam otot rahim.

Faktor Risiko Adenomiosis

Siapa pun bisa mengalami penyakit ini. Namun, ada beberapa faktor dapat meningkatkan risiko semakin besar, di antaranya:

  • Wanita berusia antara usia 40 sampai 50 tahun atau saat mendekati masa menopause. 
  • Wanita yang pernah melahirkan sebelumnya lebih berisiko mengalami luka di rahim, entah karena persalinan normal atau dengan bedah caesar.
  • Wanita yang pernah mengalami operasi rahim , seperti operasi caesar atau operasi untuk mengangkat fibroid.

Diagnosis Adenomiosis

Awalnya dokter mungkin akan bertanya tentang riwayat medis pasien, termasuk tanda dan gejala, kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan panggul.

Pemeriksaan panggul bertujuan untuk mendeteksi pembesaran pada rahim, terasa lunak, atau nyeri saat ditekan. Jika dokter menemukan bahwa rahim pasien terasa sedikit membesar dan diduga itu penyakit adenomiosis, dokter dapat melakukan tes berikut:

  • Ultrasonografi (USG)

Tes ini memungkinkan dokter memeriksa kantong jaringan di otot rahim. Namun, ini dapat menyebabkan kesalahan diagnosis, karena kantong ini terkadang dapat terlihat seperti kondisi lain yang disebut fibroid rahim.

  • Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemindaian MRI adalah cara terbaik bagi dokter untuk melihat otot bagian dalam rahim. MRI adalah teknik pencitraan yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio yang menghasilkan gambar jaringan dalam tubuh secara rinci.

  • Biopsi Endometrium

Pengambilan sedikit sampel dari jaringan endometrium dalam rahim untuk dilakukan pengujian. Meskipun tidak akan membantu dalam diagnosis adenomiosis, tes ini akan mengesampingkan penyebab lain dari gejalanya.

Pengobatan Adenomiosis

Adenomiosis ringan mungkin tidak berbahaya. Namun, jika gejalanya parah bisa menyebabkan komplikasi. Wanita yang memiliki penyakit adenomiosis bisa melakukan beberapa pengobatan di bawah ini:

  • Berendam dalam air hangat. Ini untuk meringankan nyeri panggul nyeri panggul dan kram. Anda juga bisa menggunakan bantalan pemanas di perut.
  • Obat anti-inflamasi. Obat-obatan termasuk ibuprofen dapat mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan.
  • Obat-obatan hormonal. Beberapa perawatan dengan obat hormonal, seperti pil KB, intrauterine device (IUD) progestin, atau injeksi, dapat membantu mengurangi gejalanya.
  • Obat suntik. Obat-obatan ini dapat menyebabkan menopause palsu atau sementara. Obat ini hanya dapat digunakan dalam jangka pendek dan tidak cocok untuk penggunaan jangka panjang.
  • Histerektomi. Satu-satunya pengobatan yang sudah pasti untuk adenomiosis. Histerektomi adalah prosedur pengangkatan rahim. Namun, prosedur ini bukan pilihan yang baik bagi wanita yang mungkin masih ingin hamil.
  • Embolisasi arteri rahim. Prosedur ini dapat menghentikan suplai darah yang mengalir ke area adenomiosis, untuk mengecilkan ukuran rahim yang mengalami pembesaran dan meredakan gejala.
  • Ablasi endometrium. Ini adalah prosedur untuk mengangkat atau menghancurkan endometrium. Namun, prosedur mungkin tidak berhasil bagi sebagian orang, karena adenomiosis sering menyerang otot rahim lebih dalam.

Komplikasi Adenomiosis

Jika Anda sering mengalami perdarahan yang lama dan berkepanjangan selama menstruasi, dan nyeri panggul yang dapat mengganggu aktivitas normal seperti hubungan seksual.

Wanita yang mengalami adenomiosis berisiko mengalami anemia kronis. Anemia adalah suatu kondisi yang sering disebabkan oleh kekurangan zat besi. Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak dapat membuat sel darah merah yang cukup untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Gejala anemia termasuk kelelahan, pusing, dan perubahan suasana hari.

Meski tidak berbahaya, rasa sakit dan pendarahan yang berlebihan terkait dengan adenomiosis dapat mengganggu kehidupan sehari-hari. 

Pencegahan Adenomiosis

Berikut beberapa tips tentang gaya hidup dan pola makan sehat untuk mencegah adenomiosis: 

  • Berlatih yoga untuk membantu meredakan gejala.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Hindari makanan olahan.
  • Kurangi asupan gula dan daging.
  • Hindari kafein.

 

  1. Galan, Nicole. 2018. What to know about adenomyosis. https://www.medicalnewstoday.com/articles/321296. (Diakses 11 Maret 2020)
  2. Moore, Kristeen dan Jacquelyn C. 2017. Adenomyosis. https://www.healthline.com/health/adenomyosis. (Diakses 11 Maret 2020)
  3. What Is Adenomyosis?. https://www.webmd.com/women/guide/adenomyosis-symptoms-causes-treatments#1. (Diakses 11 Maret 2020)
  4. Adenomyosis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/adenomyosis/symptoms-causes/syc-20369138. (Diakses 11 Maret 2020)
  5. Shaheen Naser. 2018. Adenomyosis – Symptoms, Causes, Treatment, And Diet + Prevention Tips. https://www.stylecraze.com/articles/effective-ways-to-cure-adenomyosis-at-home/. (Diakses 11 Maret 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi