Terbit: 2 July 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Lesi merupakan jaringan yang mengalami kerusakan. akibat cedera atau penyakit. Kondisi ini biasa Anda temui pada siku tangan. Namun, bagaimana dengan lesi pada otak? Kenali lebih jauh kondisi ini lewat ulasan berikut!

Lesi Otak: Jenis, Gejala, Penyebab, hingga Pengobatan

Apa itu Lesi Otak?

Lesi otak adalah cedera atau penyakit yang menyerang otak. Sekilas definisi ini mungkin terdengar sederhana. Namun, memahami lesi otak merupakan hal yang rumit karena jenisnya yang bermacam-macam.

Ada jenis lesi kecil hingga besar, sedikit hingga banyak, dan dari yang relatif tidak berbahaya sampai yang mengancam nyawa.

Lesi juga dapat terjadi pada bagian tubuh lainnya. Sebagai contoh, ketika siku Anda terbentur, maka akan meninggalkan area kulit yang meradang, memar, atau dalam medis disebut lesi.

Jenis Lesi Otak

Berikut adalah beberapa jenis lesi otak yang sering ditemui, antara lain:

1. Abses Otak

Abses otak adalah area infeksi yang mengandung nanah dan jaringan yang meradang. Meski tidak sering terjadi, tetapi abses otak dapat mengancam nyawa.

Abses otak sering terjadi setelah infeksi, biasanya infeksi berasal dari daerah terdekat dengan otak, seperti telinga, sinus atau gigi. Kondisi ini juga dapat muncul setelah cedera atau pembedahan tengkorak.

2. Malformasi Arteri Vena (Arteriovenous Malformation/AVM)

AVM adalah jenis lesi otak yang biasanya sudah terjadi pada saat seseorang terlahir. Kondisi ini terjadi ketika adanya hubungan tidak normal antara pembuluh darah arteri dan vena.

Tugas arteri adalah membawa darah yang tinggi oksigen dari jantung ke otak. Sementara, vena bertanggung jawab untuk membawa darah yang kurang oksigen kembali ke jantung dan paru-paru.

Nah, AVM akan mengganggu proses tersebut sehingga sirkulasi oksigen ikut terganggu. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kerapuhan pembuluh darah sehingga rentan pecah dan bocor.

Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti dan bukan merupakan penyakit keturunan.

Gejala yang bisa muncul bervariasi berdasarkan lokasi terjadinya AVM. Namun, gejala yang muncul pertama kali sering kali berupa perdarahan.

Selain itu, penderita juga bisa mengalami kejang, sakit kepala, mual, muntah, dan hilang kesadaran.

Baca JugaMengenal Medulla Oblongata, Bagian Otak yang Mengendalikan Sistem Tubuh

3. Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah lesi otak yang terjadi ketika aliran darah menuju otak terganggu akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah.

Akibatnya, sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi penting sehingga menyebabkan area otak tersebut mengalami kerusakan dan kematian sel.

4. Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah sekelompok gangguan yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak dan menjaga keseimbangan dan postur tubuh. Kondisi ini paling umum terjadi pada anak-anak.

Kondisi ini memengaruhi kemampuan anak untuk bergerak dan mengganggu kemampuan komunikasi dan keterampilan anak.

Namun, banyak anak-anak pengidap cerebral palsy memiliki fungsi intelektual yang normal.

5. Multiple Sclerosis (MS)

Jenis lesi otak yang satu ini terjadi ketika sistem imun menyerang dan merusak lapisan saraf (myelin) di otak dan sumsum tulang belakang.

Kondisi ini akan menghambat  impuls pesan yang akan dikirim dan diterima antara otak dan seluruh tubuh.

6. Tumor

Tumor adalah pertumbuhan dari jaringan normal. Sebagian tumor otak bersifat jinak (non-kanker), sebagian lainnya bersifat ganas (kanker).

Pada kasus kanker otak, kemunculan awalnya bisa langsung di otak atau penyebaran dari organ lain di dalam tubuh (metastasis).

Gejala Lesi Otak

Pada awalnya, lesi otak bisa saja tidak menimbulkan gejala. Namun, seiring dengan bertambah besarnya ukuran lesi, gejala dapat muncul dan terlihat lebih jelas.

Gejala cukup bervariasi, tergantung pada jenis, area, dan ukuran lesi. Namun, secara umum beberapa jenis lesi otak akan menunjukkan gejala sebagai berikut:

  • Sakit kepala. Gejala ini biasanya muncul pertama kali jika mengalami lesi pada otak. Sakit datang secara tiba-tiba dan memburuk seiring berjalannya waktu.
  • Gerakan terganggu jika kondisi ini mempengaruhi otak yang bertanggung jawab mengatur fungsi gerak tubuh (motorik).
  • Nyeri leher atau kekakuan pada leher.
  • Mual dan muntah.
  • Nafsu makan berkurang.
  • Gangguan berbicara.
  • Penglihatan kabur.
  • Gangguan pendengaran.
  • Perubahan suasana hati, kepribadian, dan perilaku.
  • Konsentrasi berkurang, tidak mampu mengambil keputusan secara cepat, dan agitasi.
  • Hilangnya ingatan atau kebingungan.
  • Kejang.
  • Demam.
  • Kesulitan bergerak.

Penyebab Lesi Otak

Lesi otak dapat terjadi karena berbagai faktor. Berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko lesi otak:

  • Usia.
  • Riwayat keluarga. Jika memiliki keluarga yang mengidap kondisi ini, maka risiko Anda mengalami hal serupa dapat meningkat.
  • Penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi atau diabetes mellitus
  • Trauma atau cedera pada otak yang mengakibatkan perdarahan di dalam. Jika penanganan tidak dilakukan, kondisi ini bisa berujung pada kematian.
  • Infeksi virus atau bakteri yang membahayakan otak.
  • Penyakit autoimun, misalnya lupus dan multiple sclerosis.
  • Plak atau kelebihan protein di dalam jaringan otak atau di pembuluh darah.
  • Paparan bahan kimia dan toksin.
  • Asupan makanan yang burukm, misalnya makanan yang tinggi lemak

Adapun sejumlah penyakit yang bisa meningkatkan risiko Anda terkena lesi otak, di antaranya:

  • Stroke.
  • Multiple sclerosis.
  • Lupus.

Diagnosis

Untuk mengetahui lesi otak yang terjadi, selain melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut:

  • Computed Tomography (CT or CAT scan)

Pemeriksaan ini umum dilakukan untuk mengetahui gambaran tulang tengkorak, jaringan otak, dan struktur lain di dalam otak.

  • Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Tes ini dapat memberikan gambaran tiga dimensi (3D) bagian dalam tubuh dengan menggabungkan teknologi medan magnet dan komputer.

MRI dapat membantu dokter mendapat gambaran detail jaringan lunak termasuk otak besar, batang otak, dan otak kecil.

Baca JugaHippocampus, Bagian Otak yang Berperan Penting untuk Mengingat

Pengobatan Lesi Otak

Pengobatan tergantung pada jenis, lokasi, dan penyebab lesi otak. Oleh karena itu, pemeriksaan menyeluruh penting untuk merencanakan penanganan yang sesuai.

Beberapa pendekatan pengobatan, meliputi:

Tindakan Medis

Jika lesi otak tidak menyebabkan gejala mengganggu dan tidak tumbuh, dokter biasanya akan menganjurkan pasien melakukan pemeriksaan secara rutin.

Namun, jika menyebabkan gejala tertentu atau ukurannya besar, kemungkinan dokter akan menganjurkan tindakan selanjutnya, antara lain:

  • Operasi pengangkatan lesi, jika memungkinkan.
  • Kemoterapi dan radioterapi untuk lesi kanker atau yang bersifat ganas.

Obat-obatan

Selain tindakan medis, pengobatan oral juga dapat membantu menangani masalah lesi pada otak, tergantung pada jenis lesi dan gejala yang muncul. Beberapa obat yang umum digunakan, yaitu:

  • Antibiotik atau obat antimikroba lainnya.
  • Obat yang memberikan efek menenangkan pada sistem kekebalan tubuh atau mengubah respons sistem kekebalan tubuh.
  • Obat atau terapi lain untuk meringankan gejala yang berhubungan dengan lesi tersebut.

Jika mengalami gejala-gejala lesi otak, segera periksakan diri Anda ke dokter agar dokter dapat melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk menentukan penanganan yang sesuai.

 

  1. Anonim. 2018. Brain Lesions. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17839-brain-lesions. (Diakses pada 1 Juli 2022).
  2. Anonim. 2020. Brain Lesions: Causes, Symptoms, Treatments. https://www.webmd.com/brain/brain-lesions-causes-symptoms-treatments. (Diakses pada 1 Juli 2022).
  3. Anonim. 2021. Arteriovenous Malformation. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/arteriovenous-malformation/symptoms-causes/syc-20350544.  (Diakses pada 1 Juli 2022).
  4. Anonim. 2021. What is Cerebral Palsy? https://www.cdc.gov/ncbddd/cp/facts.html. (Diakses pada 1 Juli 2022).
  5. Mandal, Ananya. 2019. Cerebral Infarction. https://www.news-medical.net/health/Cerebral-Infarction.aspx#. (Diakses pada 1 Juli 2022).
  6. Saling, Joseph. 2021. Brain Tumors in Adults. https://www.webmd.com/cancer/brain-cancer/brain-tumors-in-adults. (Diakses pada 1 Juli 2022).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi