Terbit: 7 March 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Kanker nasofaring adalah kanker yang terbentuk di jaringan nasofaring, yaitu bagian atas tenggorokan di belakang hidung. Di antara jenis kanker yang menyerang bagian kepala dan leher, kondisi ini adalah salah satu yang paling sering terjadi. Simak penjelasan mengenai gejala, penyebab, hingga cara mengobatinya di bawah ini.

Kanker Nasofaring: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Gejala Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring termasuk jenis kanker yang cukup sulit untuk dideteksi karena ciri-cirinya mirip dengan kondisi kesehatan lain. Gejalanya sering kali muncul ketika sudah memasuki tahap lanjut.

Berikut beberapa gejala yang umum terjadi, antara lain: 

  • Sakit tenggorokan.
  • Hidung tersumbat.
  • Benjolan di leher (paling sering).
  • Penglihatan kabur atau ganda.
  • Infeksi telinga kambuh.
  • Rasa sakit atau mati rasa.
  • Sakit kepala.
  • Gangguan pendengaran, dengung di telinga, atau perasaan penuh di telinga.
  • Kesulitan membuka mulut.
  • Mimisan.

Jika mengalami salah satu gejala seperti di atas, segera temui dokter. Hanya tenaga medis berpengalaman yang dapat mendiagnosis atau menangani kondisi tersebut.

Penyebab Kanker Nasofaring

Penyebab kondisi masih belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, diduga terkait dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV). EBV merupakan virus DNA yang menyebabkan infeksi akut dan infeksi laten limfosit (salah satu jenis sel darah putih). 

Virus ini sering terdeteksi berada di air liur. Penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang lain atau melalui benda yang terkontaminasi. Kondisi ini diduga muncul karena adanya infeksi virus EBV di dalam sel nasofaring penderitanya sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal.

Faktor Risiko

Selain EBV, terdapat beberapa faktor lain yang terkait dengan kondisi ini, di antaranya:

1. Usia

Kanker nasofaring dapat terjadi pada semua umur, tetapi paling sering dialami pada orang dewasa antara usia 30 dan 50 tahun.

2. Makanan

Mengonsumsi makanan tertentu dapat meningkatkan risiko kanker nasofaring. Daging olahan atau makanan yang diasinkan dengan kandungan garam yang tinggi dan nitrosamin ditemukan pada beberapa kasus sebagai penyebabnya. 

3. Genetik

Risiko kanker nasofaring menjadi lebih tinggi pada orang yang memiliki saudara dekat yang pernah mengalami kanker ini. Peningkatan risiko mungkin disebabkan oleh gen bawaan serta faktor lingkungan dan gaya hidup.

4. Paparan Debu dan Bahan Kimia

Orang yang sering terpapar debu kayu atau formaldehid (bahan kimia industri) memiliki peningkatan risiko kanker nasofaring. 

5. Kondisi Telinga, Hidung, dan Tenggorokan

Penderita penyakit telinga, hidung dan tenggorokan kronis di masa lalu mungkin memiliki peningkatan risiko kanker hidung. Kondisi ini seperti sinusitis, otitis media, dan polip.

6. Alkohol dan Merokok

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan konsumsi minuman beralkohol dapat meningkatkan risiko kanker hidung. Selain itu, minuman alkohol dapat menyebabkan kanker kepala dan leher . Meski begitu klaim tersebut membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Seseorang yang pernah merokok memiliki peningkatan risiko yang cukup tinggi, terlebih perokok jangka panjang.

Baca Juga:5 Jenis Kanker yang Membuat Anda Mimisan Terus-menerus

Diagnosis Kanker Nasofaring

Berikut beberapa langkah yang umumnya dilakukan dokter untuk memastikan diagnosis, di antaranya:

1. Riwayat Kesehatan

Diagnosis selalu dimulai dengan diskusi yang menyeluruh, antara pasien dan dokter untuk membuat riwayat medis Anda.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik seperti kepala dan leher yang terperinci dan tujuan akan dimulai dengan inspeksi visual. Berikutnya memeriksa kelenjar getah bening yang membengkak di leher dan memeriksa tenggorokan dengan cermin kecil yang dapat membantu dalam mendiagnosis.

3. Pemeriksaan Visual

Endoskopi dapat dilakukan untuk mendapatkan visual dari seluruh rongga mulut dan nasofaring. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan tabung yang sangat tipis dan terang dimana terdapat kamera di ujungnya, melalui hidung atau mulut dan ke dalam nasofaring. Saat itu juga, sampel jaringan untuk biopsi dapat diambil.

4. Tes Pencitraan

Guna mendapatkan visual yang lebih rinci terhadap kepala dan leher, sinar X, MRI, dan CT/PET scan, dapat dilakukan untuk mengonfirmasi atau mengesampingkan diagnosis kanker.

Baca Juga: Mengenali Penyebab Hidung Gatal dan Cara Mengatasinya

Stadium Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring terbagi menjadi 4 tahapan, berikut penjelasannya: 

Stadium 0

Disebut juga kanker in situ. Pada stadium ini, muncul sel abnormal di nasofaring yang dapat menjadi kanker dan berpotensi menyebar ke jaringan disekitarnya.

Stadium I

Sel abnormal di nasofaring sudah berubah menjadi kanker. Kanker bisa menyebar ke jaringan di sekitar nasofaring, seperti orofaring atau rongga hidung. 

Stadium II 

Pada tahap selanjutnya, kanker sudah semakin menyebar ke satu atau lebih kelenjar getah bening yang terletak di salah satu sisi leher atau di balik tenggorokan.

Stadium III

Kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di kedua sisi leher, ke tulang, atau ke rongga sinus terdekat.

Stadium IV 

Pada stadium 4 kanker ke jaringan tubuh lainnya. Terdapat dua tahapan dalam  stadium ini.  Pada stadium IVA, kanker menyebar ke bagian lain di kepala seperti otak, tenggorokan, mata, atau kelenjar air liur. 

Sementara pada stadium IVB, kanker menyebar ke organ tubuh yang letaknya berjauhan dengan nasofaring, seperti tulang selangka atau paru-paru. 

Pengobatan Kanker Nasofaring

Perawatan kanker nasofaring dapat berbeda-beda, tergantung pada stadium, lokasi kanker, riwayat penyakit, dan kondisi pasien secara umum. Berikut ini beberapa perawatan yang bisa dilakukan, di antaranya:

1. Terapi Radiasi

Terapi radiasi digunakan untuk membunuh sel kanker melalui sinar berenergi tinggi. Pasien akan dibaringkan di atas meja sesuai target mesin radiasi dan mengaplikasikan sinarnya ke area kanker.

Terapi radiasi dapat digunakan untuk pengobatan tunggal atau dikombinasikan dengan bentuk perawatan lain seperti kemoterapi atau pembedahan. Pengobatan ini dianggap sebagai komponen utama terhadap perawatan karena jenis kanker ini cenderung sangat sensitif terhadap radiasi.

Perawatan radiasi termasuk terapi radiasi intensitas-termodulasi (IMRT). IMRT adalah teknik terapi radiasi berbasis komputer yang sangat spesifik, yang memungkinkan dilakukannya terapi lebih akurat, sehingga membatasi paparan radiasi ke jaringan sehat di sekitarnya. 

Biasanya terapi ini dilakukan untuk mengatasi  kanker nasofaring stadium awal. 

2. Kemoterapi

Cara mengobati kanker nasofaring ini dilakukan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan membasminya melalui penggunaan obat antikanker.

Agen antikanker diberikan secara oral atau intravena (IV) untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel atau dengan menghentikannya membelah.

Kemoterapi biasanya diberikan dalam siklus tiga hingga empat minggu, diikuti oleh periode pemulihan. Sementara tahap yang lebih lanjut, kemoterapi diberikan dengan radiasi agar sel-sel kanker lebih sensitif terhadap terapi radiasi, perawatan ini dikenal sebagai kemoradiasi.

Baca Juga: Mengenal Turbinektomi, Prosedur untuk Mengatasi Gangguan pada Hidung

3. Operasi

Operasi pengangkatan tumor pada nasofaring dicadangkan untuk kasus-kasus yang tidak merespons radiasi atau kemoterapi.

Cara mengobati kanker nasofaring yang satu ini sangat sulit dilakukan dan membutuhkan keterampilan tingkat tinggi. Ahli bedah kepala dan leher yang sudah terlatih akan memanfaatkan serat optik yang fleksibel dan alat bedah tipis untuk menjangkau nasofaring untuk pengangkatan tumor.

Jika menyebar ke kelenjar getah bening yang biasanya terlihat pada kanker nasofaring, maka prosedur bedah juga dapat menghilangkan kelenjar getah bening yang terkena. Oleh sebab itu, prosedur operasi untuk mengatasi kanker nasofaring jarang digunakan. 

4. Imunoterapi

Imunoterapi adalah pemberian obat yang digunakan untuk merangsang sistem imun pasien guna melawan sel kanker. Jenis imunoterapi yang diberikan oleh dokter umumnya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. 

Selain keempat pengobatan diatas, dokter juga dapat melakukan perawatan paliatif, yaitu perawatan untuk mencegah dan mengatasi gejala dan efek samping pengobatan yang diterima oleh pasien.

Biasanya perawatan ini diberikan bersama dengan metode lain, dengan tujuan membuat pasien merasa nyaman. 

Baca Juga: 9 Gejala Polip Hidung yang Harus Diketahui

Komplikasi Kanker Nasofaring

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat kanker ini dapat berbeda-beda pada setiap penderita. Jika ukurannya makin besar, kanker nasofaring dapat memberi tekanan pada organ lain di dekatnya, termasuk saraf, tenggorokan, hingga otak. 

Meski umumnya jenis kanker ini menyebar ke bagian getah bening di sekitar leher, namun tidak menutup kemungkinan dapat menyebar ke organ lebih jauh, seperti tulang, paru-paru, dan hati. 

Pengobatan terapi radiasi pada kanker nasofaring juga dapat menimbulkan beberapa komplikasi, antara lain:

  • Kelainan gigi, misal osteonekrosis.
  • Hipoplasia pada jaringan otot dan tulang.
  • Gangguan pertumbuhan. 
  • Kehilangan kemampuan pendengaran.
  • Mulut kering.
  • Jaringan parut pada leher.  

Pencegahan Kanker Nasofaring

Belum ada cara untuk mencegah kondisi ini. Namun, beberapa upaya bisa dilakukan  untuk menjaga kesehatan sehingga risiko dapat berkurang. Upaya tersebut meliputi: 

  • Menghindari makanan yang diawetkan dengan garam.
  • Tidak mengonsumsi minuman beralkohol.
  • Menghindari atau berhenti merokok.

 

  1. Anonim. 2018. Nasopharyngeal Cancer. https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/nasopharyngeal-cancer/risks-causes. (Diakses 9 Februari 2023)
  2. Anonim. Nasopharyngeal Cancer. http://www.ucihealth.org/medical-services/ear-nose-throat-ent/head-neck-cancer/nasopharyngeal-cancer. (Diakses 9 Februari 2023)
  3. Anonim. 2018. Nasopharyngeal Carcinoma. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/nasopharyngeal-carcinoma/symptoms-causes/syc-20375529. (Diakses 9 Februari 2023)
  4. Anonim. 2020. About Epstein-Barr Virus. https://www.cdc.gov/epstein-barr/about-ebv.html. (Diakses pada 9 Februari 2023) 
  5. Anonim. Palliative Care. https://medlineplus.gov/palliativecare.html. (Diakses pada 9 Februari 2023)
  6. Anonim. 2018. What Causes Nasopharyngeal Cancer?. https://www.cancer.org/cancer/nasopharyngeal-cancer/causes-risks-prevention/what-causes.html. (Diakses 9 Februari 2023) 
  7. Pichardo, Gabriela. 2020. Nasopharyngeal Cancer. https://www.webmd.com/cancer/nasopharyngeal-cancer. (Diakses 9 Februari 2023)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi