Seseorang yang mengalami hipomania dapat menunjukkan perilaku ceria, lekas marah, sangat bersemangat terhadap sesuatu, dan hanya butuh waktu sebentar untuk tidur. Kondisi ini dapat mengganggu penderita dalam hal mengambil keputusan. Kenali lebih jauh penyakit hipomania melalui ulasan berikut!
Apa itu Hipomania?
Hipomania adalah kondisi ketika seseorang mengalami perubahan yang tidak normal atau cenderung ekstrem pada suasana hati, aktivitas, emosi, dan energi. Karena bersifat ekstrem, biasanya orang-orang di sekitar penderita akan merasakan perubahan tersebut.
Hipomania merupakan salah satu gejala gangguan bipolar. Kondisi ini juga bisa menandakan gangguan kesehatan mental lain. Oleh karena itu, penting bagi penderita untuk mendapatkan diagnosis sehingga penanganan dapat diberikan.
Gejala Hipomania
Melansir My Cleveland, gejala hipomania sama dengan mania. Hanya saja, intensitasnya lebih ringan. Oleh karena itu, aktivitas penderita tidak akan terganggu.
Selain itu, gejala yang ditunjukkan oleh penderita hipomania akan berbeda pada setiap orang. Kendati demikian, ada sejumlah gejala yang umum ditemui, di antaranya:
- Merasa terlalu senang atau bersemangat terhadap suatu hal.
- Kurang tidur atau bahkan tidak tidur sama sekali, tetapi masih bertenaga.
- Lebih banyak bicara dari biasanya.
- Melakukan aktivitas di luar kebiasaan.
- Mengambil keputusan secara sembrono.
- Mudah teralihkan dengan hal-hal kecil.
- Melakukan suatu aktivitas dan terlalu fokus terhadap aktivitas tersebut.
- Mempunyai hasrat seksual yang tinggi.
- Mengubah topik yang tidak berkaitan ketika sedang berbicara.
- Melakukan gerakan atau tindakan tanpa tujuan jelas.
- Melakukan sesuatu secara impulsif.
- Memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
Setelah gejala mereda, penderita akan mengalami berbagai gejala berikut:
- Merasa tidak senang atau malu dengan perilaku yang telah ditunjukkan sebelumnya.
- Merasa tidak mampu bertanggung jawab dan berkomitmen terhadap keputusan yang telah diambil.
- Mengingat sedikit atau tidak mengingat sama sekali perilaku yang dilakukan saat berada pada fase hipomania.
- Merasa kelelahan dan membutuhkan banyak waktu untuk istirahat.
- Jika hipomania yang dialami merupakan gejala dari gangguan mental lain, penderita dapat merasa tertekan, bahkan depresi.
Kapan Harus ke Dokter?
Gejala hipomania umumnya tidak akan disadari oleh penderita. Selain itu, penderita juga tidak menunjukkan perubahan pada aktivitas, perilaku, dan emosi secara signifikan. Oleh karena itu, kesadaran akan gejala yang muncul penting untuk Anda perhatikan.
Mintalah kepada kerabat atau keluarga dekat untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan perilaku pada diri Anda. Biasanya orang lain dapat melihat perubahan lebih baik ketimbang diri sendiri.
Apabila Anda merasa menunjukkan gejala seperti di atas, segera konsultasikan ke dokter. Dengan begitu, diagnosis dapat dilakukan secara tepat.
Baca Juga: Mengenal Gejala Bipolar dan Jenisnya yang Jarang Disadari
Penyebab Hipomania
Hipomania bisa menjadi tanda dari gangguan bipolar. Namun, risiko gangguan kesehatan ini juga bisa meningkat akibat beberapa kondisi berikut:
- Efek samping dari penggunaan alkohol dan narkoba.
- Efek samping obat-obatan tertentu, misalnya antidepresan.
- Kurang tidur atau perubahan pada pola tidur.
- Depresi.
- Stres yang tidak dapat dikelola dengan baik.
- Gangguan neurotransmitter (senyawa kimia di otak).
- Masalah kesehatan mental, seperti gangguan bipolar, skizoafektif (gangguan skizofrenia bersama dengan perubahan suasana hati), psikosis postpartum (depresi pascapersalinan).
- Gangguan kesehatan lain, seperti tumor otak, lupus, radang otak, cedera otak, demensia, dan stroke .
- Perubahan besar dalam hidup, misalnya perceraian, pindah rumah, atau kehilangan pekerjaan.
- Masalah dalam hidup, misalnya merasa kesepian, masalah keuangan, mengalami pelecehan atau masalah psikologis lain.
Diagnosis Hipomania
Tenaga medis akan melakukan wawancara terkait riwayat kesehatan Anda, riwayat kesehatan keluarga, hingga penggunaan obat-obatan atau suplemen.
Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah. Tes bertujuan untuk membedakan hipomania dengan kondisi medis lain, seperti hipertiroidisme.
Apabila Anda terdiagnosis penyakit ini, maka tenaga medis akan merujuk Anda ke psikiater untuk penanganan lanjutan.
Selanjutnya, psikiater biasanya akan mendiagnosis hipomania berdasarkan panduan American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders.
Pengobatan Hipomania
Ada sejumlah pilihan terapi untuk mengobati hipomania, di antaranya psikoterapi, obat-obatan, dan mood stabilizer. Selain itu, perubahan gaya hidup juga bisa menjadi cara untuk mengatasi gangguan kesehatan ini. Berikut penjelasannya:
Psikoterapi
Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien mengenali gejala dan pemicu hipomania. Selain itu, psikoterapi juga dapat membantu pasien mengatasi efek dari hipomania.
Obat-obatan
Berikut ini adalah obat-obatan untuk mengatasi hipomania:
- Ariprazole.
- Lurasidone.
- Lanzapine.
- Quetiapine.
- Risperridone.
Mood Stabilizer
Mood stabilizer yang digunakan dalam pengobatan hipomania, antara lain:
- Lithium.
- Valproate.
- Carbamazepine.
Perubahan Gaya Hidup
Jika hipomania tergolong ringan, perubahan gaya hidup bisa menjadi pilihan pengobatan. Berikut langkah-langkah yang bisa Anda lakukan:
- Terapkan kebiasaan tidur teratur. Dapatkan pula istirahat cukup kurang lebih selama 6 sampai 9 jam.
- Hindari konsumsi asupan yang dapat memicu hipomania, misalnya kopi, teh, minuman bersoda, makanan tinggi gula, dan lingkungan yang bising atau ramai.
- Terapkan diet sehat, misalnya diet mediterania atau diet DASH.
- Makan teratur.
- Olahraga rutin selama 30 menit setiap harinya.
- Hindari minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang.
- Lakukan aktivitas yang membuat Anda relaks, seperti yoga, meditasi, mendengarkan musik yang menenangkan, dan lain sebagainya.
- Bergabung dengan komunitas tertentu bila diperlukan.
Komplikasi Hipomania
Bagi sebagian orang, hipomania membantu seseorang lebih fokus dalam melakukan suatu aktivitas. Kendati demikian, gangguan kesehatan ini memiliki dampak negatif, seperti:
- Penyalahgunaan zat terlarang, masalah kognitif, dan masalah medis lain.
- Mood swing yang berdampak pada aktivitas tidur, perilaku, energi, aktivitas, kemampuan berpikir jernih.
- Risiko bunuh diri.
- Mengganggu hubungan dengan orang lain, terutama jika penyakit tidak terdiagnosis.
- Terlalu fokus mengerjakan suatu pekerjaan membuat penderita mengabaikan teman, keluarga, dan orang terdekat lain.
- Sering menghambur-hamburkan uang dengan sembrono. Pada gilirannya kondisi ini berisiko membuat penderita berutang.
- Sulit menjalin pertemanan. Hal ini bisa terjadi karena sifat penderita, misalnya terlalu percaya diri, agresif, dan sebagainya.
- Mudah keluar dari pekerjaan, tanpa berpikir konsekuensinya.
Pencegahan Hipomania
Hipomania sebenarnya tidak bisa dicegah. Namun, Anda dapat mempelajari cara untuk mengelola gejala yang muncul sehingga tidak memburuk.
Adapun langkah-langkah yang bisa Anda lakukan adalah sebagai berikut:
- Menulis diari. Tuliskan segala aktivitas, suasana hati, atau perilaku yang Anda alami dalam satu hari. Hal ini dapat memudahkan Anda mengetahui pemicu penyakit ini.
- Mintalah keluarga atau orang terdekat untuk mengidentifikasi gejala yang muncul.
- Mengubah gaya hidup menjadi lebih baik.
- Konsumsi obat sesuai dengan anjuran dan resep dokter.
Demikian penjelasan seputar hipomania. Jika Anda mencurigai mengalami kondisi ini, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapat diagnosis dan penanganan yang sesuai.
- Anonim. Hypomania and mania. https://www.mind.org.uk/information-support/types-of-mental-health-problems/hypomania-and-mania/causes/. (Diakses 10 Maret 2022).
- Anonim. Hypomania. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21774-hypomania/. (Diakses 10 Maret 2022).
- Guy-Evans, Olivia. 2022. What Is Hypomania? https://www.simplypsychology.org/what-is-hypomania-how-is-it-diagnosed.html. (Diakses 10 Maret 2022).
- Purse, Marcia. 2020. What Is Hypomania? https://www.verywellmind.com/what-is-hypomania-how-is-it-diagnosed-380313. (Diakses 10 Maret 2022).