Terbit: 20 April 2020 | Diperbarui: 4 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Penyakit lupus adalah penyakit autoimun sistemik yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organ dalam tubuh. Lupus termasuk ke dalam penyakit mematikan dan lebih banyak menyerang wanita. Penderita lupus di Indonesia diperkirakan mencapai 1.250.000 orang pada tahun 2016.

Penyakit Lupus: Jenis, Gejala, Penyebab, Obat, dll

Nama Penyakit Lupus
Kategori Penyakit Umum (menyerang lebih dari 0,5% dari populasi)
Sifat Penyakit Kronis (bertahan untuk waktu yang lama atau seumur hidup)
Diagnosis Membutuhkan tes pencitraan atau laboratorium
Penularan Tidak menular
Pengobatan Perawatan hanya membantu meringankan gejala, tidak untuk menyembuhkan

Apa Itu Penyakit Lupus?

Penyakit lupus adalah penyakit autoimun sistemik. Penyakit autoimun sendiri merujuk pada penyakit yang menyebabkan sistem imun atau kekebalan tubuh seseorang menyerang jaringan dan organ dalam tubuhnya sendiri.

Peradangan yang disebabkan oleh lupus dapat memengaruhi hampir seluruh sistem dalam tubuh mulai dari persendian, ginjal, sel darah, otak, kulit, jantung, paru-paru, dan organ lainnya.

Kasus lupus di Indonesia diperkirakan menyerang sekitar 0,5% dari jumlah populasi. Pada tahun 2016, diperkirakan terdapat 1.250.000 kasus lupus. Namun banyak penderita penyakit lupus yang tidak menyadari kondisinya.

Diagnosis penyakit lupus memang tidak mudah dilakukan, mengingat penyakit ini menimbulkan gejala yang mirip dengan penyakit lainnya. Akibatnya lupus sering kali baru terdeteksi ketika sudah parah, padahal deteksi dini penyakit ini akan sangat membantu dalam penanganan gejala.

Banyak orang yang mempertanyakan penyakit lupus menular atau tidak. Faktanya, meskipun cukup berbahaya, tapi penyakit ini bukan merupakan penyakit menular.

Jenis Penyakit Lupus

Penyakit lupus dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan manifestasi klinisnya. Berikut adalah jenis-jenis lupus:

1. Lupus Eritematosus Sistemik

Systemic lupus erythematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik adalah bentuk paling umum. Oleh karena itu, ketika orang menyebut penyakit lupus, biasanya yang dimaksud adalah LES.

Lupus jenis ini dapat ringan atau berat. Beberapa komplikasi serius yang dapat terjadi akibat penyakit lupus ini seperti:

  • Peradangan ginjal (lupus nephritis). Kondisi ini memengaruhi kemampuan tubuh untuk menyaring limbah dan darah. Biasanya peradangan ginjal sangat parah sehingga dialisis (cuci darah) atau transplantasi ginjal dibutuhkan.
  • Peradangan pada sistem saraf dan otak. Kondisi ini menyebabkan masalah memori, kebingungan, sakit kepala, hingga stroke.
  • Peradangan pada pembuluh darah otak. Kondisi ini dapat menyebabkan demam tinggi, kejang, dan perubahan perilaku.
  • Pengerasan arteri atau arteri koroner. Penumpukan plak di dinding arteri koroner ini dapat memicu serangan jantung.

2. Lupus Eritematosus Kutaneus

Cutaneous lupus erythematosus (CLE) atau lupus eritematosus kutaneus adalah penyakit lupus yang terbatas pada kulit. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai jenis ruam dan luka pada kulit. Namun yang paling umum muncul disebut ruam diskoid.

Ruam ini timbul, bersisik, dan merah, namun tidak menyebabkan gatal. Area ruam muncul seperti disk atau memiliki bentuk lingkaran.

Jenis ruam lain yang juga umum pada penyakit lupus adalah ruam di pipi dan jembatan hidung yang disebut sebagai ruam kupu-kupu. Ruam lainnya dapat muncul di wajah, leher, kulit kepala, mulut, hidung, hingga vagina. Gejala lain dari CLE adalah perubahan warna kulit dan rambut rontok.

Sekitar 10% pasien CLE juga memiliki lupus sistemik. Namun terdapat kemungkinan juga bahwa sebelumnya pasien tersebut sudah memiliki lupus sistemik dan ruam kulit merupakan gejala utamanya.

3. Lupus Imbas Obat

Lupus imbas obat atau penyakit lupus yang diinduksi obat adalah penyakit mirip lupus yang disebabkan oleh penggunaan obat tertentu. Ciri-ciri penyakit lupus ini mirip dengan lupus sistemik, namun biasanya tidak memengaruhi organ utama.

Beberapa jenis obat yang diduga menjadi penyebab lupus ini adalah seperti:

  • Hydralazine. Obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau hipertensi.
  • Isoniazid. Obat untuk perawatan TBC.
  • Procainamide. Obat untuk mengatasi irama jantung tidak teratur.

Jenis lupus ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, karena penggunaan obat-obatan di atas lebih didominasi oleh pria. Lupus imbas obat memiliki gejala yang mirip dengan lupus pada umumnya, tapi penyakit lupus ini biasanya akan sembuh setelah 6 bulan penggunaan obat dihentikan.

4. Lupus Neonatal

Lupus neonatal bukan merupakan bentuk lupus yang sebenarnya. Ini merupakan kondisi langka yang terjadi pada bayi dengan ibu penderita lupus. Kondisi ini disebabkan oleh antibodi dari ibu bekerja pada bayi saat dalam rahim.

Lupus neonatal dapat menyebabkan bayi lahir dengan kondisi seperti ruam kulit, masalah hati, sel darah rendah, atau kelainan jantung serius, Namun gejala ini biasanya dapat hilang beberapa bulan setelah kelahiran dan tidak menyebabkan efek jangka panjang.

5. Lupus Eritematosus Sistemik Overlap Sindrom

Sebagian pasien lupus sistemik juga dapat mengalami gejala yang mirip dengan penyakit autoimun yang lain seperti arthritis rheumatoid, skleroderma, atau myositis.

Jika gejala yang dialami memenuhi kriteria diagnosis penyakit lain tersebut maka disebut dengan mixed connective tissue disease (MCTD). Sedangkan bila gejalanya belum memenuhi kriteria diagnosis, maka disebut dengan undifferentiated connective tissue disease (UCTD).

Penyebab Penyakit Lupus

Penyebab penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Diduga kombinasi beberapa faktor dapat memicu penyakit ini.

Berikut adalah beberapa faktor risiko penyebab penyakit lupus:

  • Faktor genetik. Sekitar 7% pasien penyakit lupus sistemik memiliki keluarga dekat yang juga didiagnosis penyakit ini. Hingga saat ini, terdapat sekitar 30 variasi gen yang dikaitkan dengan penyakit lupus sistemik.
  • Faktor lingkungan. Beberapa faktor yang berasal dari lingkungan seperti stres, infeksi, makanan, antibiotik kelompok sulfa dan penisilin, cahaya ultraviolet, penggunaan obat tertentu, merokok, dan paparan kristal silika dapat menjadi pemicu penyakit lupus.
  • Faktor hormonal. Penyakit lupus lebih banyak menyerang wanita daripada pria dan diduga faktor hormonal berperan dalam hal ini. Angka pertumbuhan penyakit lupus meningkat sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan, sehingga estrogen diduga menjadi pemicu penyakit ini.

Gejala Penyakit Lupus

  • Kelelahan
  • Nyeri atau pembengkakan sendi
  • Ruam pada kulit
  • Demam
  • Sakit kepala
  • Anemia
  • Nyeri dada
  • Sensitivitas terhadap cahaya matahari meningkat
  • Rambut rontok
  • Perdarahan yang tidak biasa
  • Sariawan di mulut
  • Peradangan di hidung
  • Jari-jari berubah pucat atau kebiruan (fenomena Raynaud)

Gejala penyakit lupus di atas adalah gejala umum  yang dapat menyerang wanita maupun pria. Ciri-ciri lupus pada dasarnya sangat beragam, bergantung pada jenis lupus maupun organ yang terkena.

Diagnosis Penyakit Lupus

Diagnosis penyakit lupus dapat dikatakan cukup sulit, karena penyakit ini memiliki gejala yang mirip atau tumpang tindih dengan gejala penyakit lain. Diagnosis lupus dapat didukung dengan kombinasi beberapa pemeriksaan seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, hingga tes pencitraan.

Berikut adalah berbagai pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk membantu diagnosis lupus:

  • Pemeriksaan darah lengkap. Complete blood count atau pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan darah untuk mengukur sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit, serta jumlah hemoglobin. Hasil dari pemeriksaan ini dapat menunjukkan apabila Anda mengalami anemia, salah satu gejala umum lupus. Rendahnya sel darah putih dan trombosit juga dapat menjadi gejala lupus.
  • Tingkat sedimentasi eritrosit (laju endap darah). Pemeriksaan ini menentukan tingkat di mana sel-sel darah merah mengendap di dasar tabung dalam satu jam. Tingkat sedimentasi yang tinggi dapat mengindikasikan lupus. Namun selain karena lupus, beberapa penyebab lain seperti infeksi, peradangan lain, atau kanker juga dapat menyebabkan nilai tes ini menjadi tinggi.
  • Pemeriksaan ginjal dan hati. Pemeriksaan ini menilai seberapa baik fungsi ginjal dan hati, karena lupus berpotensi besar menyerang organ ini.
  • Urinalisis. Pemeriksaan urin dapat menunjukkan peningkatan kadar protein dalam urin atau adanya darah dalam urin. Kondisi ini dapat terjadi jika lupus memengaruhi ginjal.
  • Tes ANA (Antinuclear antibody). Tes ini dilakukan untuk melihat keberadaan antibodi tersebut. ANA dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh yang distimulasi. Kebanyakan orang dengan lupus memiliki hasil tes ANA positif, namun seseorang yang memiliki ANA positif tidak selalu mengidap penyakit lupus. Dokter mungkin akan menyarankan tes antibodi yang lebih spesifik apabila hasil tes ANA anda positif.
  • Rontgen dada. Tes pencitraan ini biasanya dilakukan bila lupus dicurigai memengaruhi paru-paru. Tes ini dapat mengungkapkan bayangan abnormal yang dapat menunjukkan adanya cairan atau peradangan pada paru-paru.
  • Ekokardiogram. Tes pencitraan ini dapat mendeteksi masalah pada katup dan bagian lainnya pada jantung. Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar real-time jantung.
  • Biopsi. Biopsi adalah pemeriksaan dengan cara mengambil sampel kecil dari jaringan. Umumnya biopsi yang dilakukan adalah biopsi ginjal untuk menentukan jenis kerusakan ginjal yang terjadi akibat penyakit lupus sehingga pengobatan yang tepat dapat dilakukan. Biopsi kulit juga terkadang dilakukan untuk membantu diagnosis CLE.

Pengobatan Penyakit Lupus

Hingga kini belum terdapat obat maupun perawatan yang dapat menyembuhkan lupus. Meskipun begitu, perawatan lupus masih dapat dilakukan untuk mengendalikan gejala. Jenis perawatannya tentu berbeda-beda bergantung pada jenis gejala yang muncul.

Berikut adalah beberapa jenis obat yang umum digunakan untuk mengatasi gejala penyakit lupus:

  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Obat ini dapat digunakan untuk mengatasi nyeri, pembengkakan, dan demam yang berkaitan dengan penyakit lupus. Hati-hati penggunaan obat OAINS jangka panjang dan dalam dosis besar dapat menimbulkan efek samping seperti pendarahan lambung, masalah ginjal, dan masalah jantung.
  • Obat antimalaria. Obat untuk mengobati malaria seperti hydroxychloroquine dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh dan mengurangi flare (kambuh) lupus. Efek samping dari obat ini adalah sakit perut dan kerusakan pada retina mata. Meskipun efek samping pada mata cukup jarang, tapi pemeriksaan mata rutin selama penggunaan obat ini sangat disarankan.
  • Imunosupresan. Obat ini menekan sistem kekebalan tubuh dan biasanya digunakan pada kasus lupus serius. Efek samping penggunaan obat ini antara lain seperti peningkatan risiko infeksi, kerusakan hati, penurunan kesuburan, dan peningkatan risiko kanker.
  • Kortikosteroid. Beberapa jenis obat kortikosteroid dapat membantu mengatasi peradangan pada lupus. Methylprednisolone biasanya digunakan untuk mengendalikan gejala lupus serius yang melibatkan ginjal dan otak. Efek samping dari penggunaan kortikosteroid jangka panjang dan dosis tinggi meliputi kenaikan berat badan, osteoporosis, tekanan darah tinggi, diabetes, dan peningkatan risiko infeksi.
  • Belimumab. Belimumab adalah antibodi monoklonal manusia, yang merupakan satu-satunya agen biologi yang boleh digunakan untuk perawatan lupus sistemik. Belimumab diberikan secara intravena. Efek samping belimumab meliputi diare, mual, dan infeksi. Depresi juga dapat menjadi efek samping namun jarang terjadi.
  • Rituximab. Obat ini dapat digunakan untuk kasus lupus yang resisten dan tidak dapat diatasi dengan obat lain. Rituximab juga sering digunakan untuk penyakit autoimun lain dan kanker tertentu.

Hidup dengan Penyakit Lupus

Penyakit lupus memang tidak dapat disembuhkan, namun masih dapat hidup normal.

Berikut adalah beberapa tips yang bisa diterapkan penderita lupus agar tidak memburuk:

  • Hindari aktivitas fisik yang berlebihan
  • Hindari rokok
  • Berhati-hati pada perubahan cuaca karena dapat memengaruhi proses inflamasi
  • Hindari stress dan trauma fisik
  • Terapkan pola makan sehat sesuai dengan gejala yang dialami
  • Hindari paparan sinar UV seperti dari paparan matahari langsung pada jam 10 pagi hingga 3 sore atau sumber sinar UV lainnya
  • Hindari penggunaan kontrasepsi atau obat lain yang mengandung hormon estrogen
  • Minum obat secara teratur dan periksakan diri Anda ke dokter secara rutin.

 

 

  1. InfoDATIN Kemenkes. 2017. Situasi Lupus di Indonesia. https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-Lupus-2017.pdf. (Diakses 22 November 2019).
  2. Lupus Foundation of America. 2013. The four different types of lupus. https://www.lupus.org/resources/types-of-lupus. (Diakses 22 November 2019).
  3. Mayo Clinic. 2017. Lupus. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lupus/symptoms-causes/syc-20365789. (Diakses 22 November 2019).
  4. Normandin, Bree dan Matthew Solan. 2018. Everything You Need to Know About Lupus. https://www.healthline.com/health/lupus. (Diakses 22 November 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi