Terbit: 15 December 2020 | Diperbarui: 16 February 2022
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Gangguan skizoafektif adalah kombinasi gejala skizofrenia dan gangguan suasana hati. Ketahui apa itu skizoafektif, gejala, penyebab, dan cara mengatasinya.

Skizoafektif: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dll

Apa Itu Gangguan Skizoafektif?

Skizoafektif adalah gangguan kesehatan mental kronis yang ditandai dengan kombinasi gejala psikosis skizofrenia (halusinasi, delusi, atau kehilangan kontak dengan dunia nyata) dan gangguan suasana hati (mania dan depresi). Berdasarkan jenisnya, gangguan mental ini dibagi menjadi dua subtipe yaitu bipolar dan depresif.

Pasien dapat mengalami gejala skizofrenia dan gangguan mood secara bersamaan atau terpisah dalam siklus tertentu. Bila tidak ditangani, pasien akan mengalami masalah fungsi sosial, perubahan perilaku, kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan seperti sekolah, tempat kerja, atau situasi sosial lainnya.

Peneliti masih belum dapat memastikan tentang gangguan mental kombinasi ini. Perkiraan menunjukkan bahwa penderita gangguan skizoafektif lebih jarang terjadi dibandingkan skizofrenia dan gangguan mood atau hanya kurang dari 1% dari populasi.

Gejala Skizoafektif

Gejalanya bervariasi sesuai jenis dan episode yang dialami pasien, namun ada beberapa ciri-ciri khusus pada penderita gangguan mental kombinasi skizofrenia dan gangguan suasana hati, termasuk:

  • Perubahan perilaku aneh yang tidak biasa.
  • Gejala depresi secara umum seperti sedih berkepanjangan, terpuruk, bersalah, merasa tidak berharga, kesepian, dan lainnya.
  • Mengalami gejala delusi, meyakini sesuatu yang tidak ada itu ada.
  • Gejala halusinasi seperti melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
  • Periode mania mood seperti sangat bersemangat, energi meningkat, kebutuhan tidur berkurang, dan karakter yang berbeda dari diri sebenarnya.
  • Kehilangan kemampuan untuk mengurus diri sendiri.
  • Pemikiran tidak fokus atau tidak teratur seperti mengalihkan topik pembicaraan dengan cepat atau menjawab sebuah pertanyaan yang tidak sesuai topik.
  • Merasa tertekan dan tidak berharga.
  • Perilaku manik pada gangguan skizoafektif tipe bipolar yang ditandai dengan perasaan euforia.
  • Masalah komunikasi dan hubungan sosial.
  • Pikiran paranoid, kebingungan, gelisah, mudah tersinggung, dan insomnia.
  • Tidak mampu untuk bergerak normal (catatonia).
  • Kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan, urusan sekolah, hubungan dengan orang lain, dan situasi sosial lainnya.
  • Memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Pasien dapat mengalami gejala skizofrenia tanpa episode gangguan suasana hati dalam periode dua minggu atau kombinasi keduanya dalam periode yang sama.

Kapan Harus ke Dokter?

Bila Anda merasa ada masalah dengan kesehatan mental yang tidak dapat Anda atasi sendiri, mohon cari bantuan profesional. Beberapa orang mungkin tidak berani untuk pergi ke psikiater karena satu dan lain hal, namun pahami bahwa konsultasi ke profesional dapat menyelamatkan hidup.

Bila Anda mencurigai orang yang Anda kenal memiliki gejala gangguan kesehatan mental, tawarkan bantuan untuk berbicara dan menemaninya. Anda mungkin tidak bisa memaksa orang untuk mencari bantuan profesional, namun Anda bisa memberikan saran dengan cara yang baik sambil tetap menjaga orang tersebut.

 

Penyebab Skizoafektif

Penyebab gangguan mental kombinasi skizofrenia dan gangguan mood belum diketahui, namun peneliti mencurigai beberapa faktor yang memicu kondisi tersebut, termasuk:

  • Genetika: Keturunan dari keluarga, namun bukan berarti Anda akan memiliki penyakit mental bila ada keluarga Anda yang mengalaminya.
  • Struktur Otak: Gangguan pada fungsi dan struktur otak tertentu yang masih harus diteliti.
  • Efek Samping Obat: Efek samping dari penggunaan obat psikoaktif.

Faktor Risiko Skizoafektif

Berikut ini beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan gejala gangguan mental kombinasi:

  • Faktor lingkungan seperti tumbuh dalam situasi yang menegangkan atau peristiwa traumatis.
  • Ilmuwan juga sedang meneliti kemungkinan infeksi virus tertentu yang memengaruhi kondisi mental.
  • Efek dari penggunaan obat-obatan terlarang.
  • Faktor stres berkepanjangan.
  • Remaja atau dewasa antara usia 16-30 tahun.

Diagnosis Skizoafektif

Diagnosis gangguan mental ini cukup sulit karena mencakup kombinasi dua gejala sekaligus. Banyak pasien yang mengalami salah diagnosis, hanya dinyatakan skizofrenia saja atau gangguan mood saja. Berikut ini pemeriksaan dan diganosis gangguan skizoafektif secara lengkap:

1. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan memeriksa apakah ada gejala fisik yang mungkin terjadi akibat gangguan skizoafektif. Dokter juga akan bertanya seputar obat-obatan yang Anda konsumsi yang terkait dengan gejala skizoafektif, termasuk obat steroid, amfetamin, phencyclidine, atau mungkin obat-obatan terlarang.

2. Evaluasi Kejiwaan

Profesional kesehatan akan mewawancarai Anda dan bertanya lebih lanjut tentang gejala yang Anda alami, riwayat kesehatan mental, peristiwa traumatis yang mungkin pernah terjadi, dan kondisi psikologi Anda secara detail. Anda harus memberitahu semua hal yang terjadi dan perasaan Anda untuk mengetahui kondisi kesehatan mental Anda.

3. Skrining

Anda mungkin harus menjalani pemeriksaan dengan MRI atau CT Scan untuk mengidentifikasi apakah ada penyebab penyakit lain yang menimbulkan gejala serupa dengan skizofrenia atau gangguan mood tertentu. Skrining juga dibutuhkan untuk mengidentifikasi pengaruh obat-obatan dan alkohol dalam tubuh.

4. Kriteria Diagnostik

Ahli kesehatan mental akan menggunakan kriteria dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental DSM-5 oleh American Psychiatric Association. Seseorang dikatakan mengidap gangguan skizoafektif bila mengalami gejala sebagai berikut:

  • Mengalami periode gejala kesehatan mental yang tidak putus atau berlangsung lama.
  • Setidaknya mengalami dua periode gejala psikotik yang masing-masing berlangsung selama dua minggu. Satu episode terdiri dari gejala psikosis skizofrenia (delusi dan halusinasi) tanpa gejala gangguan mood (mania dan depresi).
  • Mengalami episod gejala skizofrenia.
  • Episode lain termasuk gangguan mood mayor (depresi atau mania) terjadi bersama gejala skizofrenia.

 

Jenis Skizoafektif

Gangguan skizoafektif adalah kombinasi gangguan kesehatan mental yang dibagi menjadi dua tipe, yaitu:

  • Tipe Bipolar: Episode manik (hiperaktif, energi tinggi, eksplosif, dan mudah tersinggung) dengan atau tanpa episode depresi (gangguan suasana hati).
  • Depresif: Melibatkan hanya episode depresi mayor.

Cara Mengatasi Skizoafektif

Pasien harus berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental. Berikut ini beberapa pilihan dan kombinasi perawatan pasien gangguan skizoafektif:

1. Pelatihan Keterampilan Hidup

Pasien akan diajari keterampilan hidup dan keterampilan sosia secara umum agar tidak selamanya terisolasi dalam episode depresi atau skizofrenia. Ahli kesehatan mental akan melihat potensi dari pasien untuk mempelajari berbagai keterampilan yang dapat dipraktekkan, meningkatkan kualitas untuk mengurus diri sendiri, dan kemampuan sosial.

2. Psikoterapi

Konseling dengan ahli kesehatan mental untuk mengelola gejala mental dan mengubah pola pikir Anda menjadi lebih baik. Jenis psikoterapi termasuk:

  • Terapi individu untuk menormalkan pola pikir, membangun kepercayaan diri, dan mengontrol gejala mental secara umum.
  • Terapi keluarga atau kelompok untuk meningkatkan kemampuan dan hubungan sosial, serta menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata dengan berbagi dengan orang lain yang Anda percaya.

3. Obat-obatan

Ahli kesehatan mental akan memberi resep antipsikotik, antidepresan, atau obat pengontrol suasana hati. Obat-obatan tersebut bekerja untuk menyeimbangkan bahan kimia di otak yang bertugas dalam kontrol kesehatan mental. Dokter akan memberi resep obat sesuai dengan gejala Anda.

4. Terapi Elektrokonvulsif

Apabila pasien (dewasa) tidak merasa lebih baik setelah menjalani perawatan dengan psikoterapi atau obat-obatan, maka dokter dapat merekomendasikan terapi elektrokonvulsif. Terapi ini akan mengalirkan arus listrik cepat melalui otak, menimbulkan sedikit efek kejang, lalu dapat mengubah arus kimia otak terkait pengaturan kesehatan mental.

5. Perawatan di Rumah Sakit

Pasien mungkin harus mendapat perawatan di rumah sakit bila mengalami episode skizofrenia atau gangguan mood yang parah. Dalam kondisi tertentu, gejala kesehatan mental dapat membuat seseorang kurang tidur, kurang nutrisi, dan kondisi lain yang mengancam kesehatan fisik sehingga harus mendapat perawatan di rumah sakit.

 

Komplikasi Skizoafektif

Efek dari kesehatan mental tanpa perawatan akan menyebabkan masalah kehidupan yang cukup esensial, termasuk:

  • Gangguan kecemasan.
  • Kehilangan semangat hidup.
  • Hidup yang tidak teratur dan tidak bahagia.
  • Hubungan dengan keluarga, teman, atau pasangan yang tidak harmonis.
  • Kehilangan pekerjaan.
  • Isolasi sosial.
  • Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
  • Pergaulan bebas.
  • Memiliki pikiran atau percobaan bunuh diri.

Cara Mencegah Gangguan Skizoafektif

Seperti kebanyakan masalah kesehatan mental, gangguan skizoafektif pun tidak ada pencegahannya. Apabila Anda merasa ada masalah kepribadian, emosi, atau kondisi mental secara umum, sebaiknya segera hubungi ahli kesehatan mental. Anda juga bisa meminta bantuan dari keluarga atau sahabat untuk membuat Anda merasa lebih baik.

 

  1. Martel, Janelle. 2018. Schizoaffective Disorder. https://www.healthline.com/health/schizoaffective-disorder. (Diakses pada 15 Desember 2020).
  2. Mayo Clinic. 2019. Schizoaffective disorder. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/schizoaffective-disorder/symptoms-causes/syc-20354504. (Diakses pada 15 Desember 2020).
  3. National Alliance on Mental Illness. 2020. Schizoaffective Disorder. https://www.nami.org/About-Mental-Illness/Mental-Health-Conditions/Schizoaffective-Disorder. (Diakses pada 15 Desember 2020).
  4. WebMD. 2020. Schizoaffective Disorder. https://www.webmd.com/schizophrenia/mental-health-schizoaffective-disorder#1. (Diakses pada 15 Desember 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi