Terbit: 13 October 2020 | Diperbarui: 20 April 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Hipertiroidisme adalah ketika tubuh kelenjer tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Ini dapat menyebabkan sejumlah gangguan kesehatan yang ringan hingga berbahaya! Ketahui informasi selengkapnya mulai dari gejala, penyebab, cara mengobati, dan lainnya.

Hipertiroidisme: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Hipotiroidisme?

Hipertiroidisme adalah kondisi ketika kelenjar tiroid aktif memproduksi hormon tiroid terlalu banyak. Kelenjar tiroid atau dikenal juga sebagai kelenjar gondok adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu di depan batang tenggorokan (trakea).

Kelenjar ini menghasilkan dua jenis hormont tiroid yang mengontrol sel menggunakan energi. Kedua jenis hormon tiroid tersebyt adalah triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4). Hormon-hormon ini melaksanakan fungsinya untuk membantu mengendalikan metabolisme dalam tubuh.

Kedua hormon tersebut memengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh dan mengontrol banyak fungsi tubuh. Hormon ini memengaruhi pernapasan, detak jantung, berat badan, suhu tubuh, pencernaan, dan suasana hati (mood).

Tiroid yang terlalu aktif dapat terjadi pada siapa saja, tetapi 10 kali lebih sering terjadi pada wanita daripada pria, dan sering kali terjadi antara usia 20 dan 40 tahun.

Tanda dan Gejala Hipertiroidisme

Gejalanya sering kali menyerupai penyakit dan kondisi lain, sehingga menyulitkan diagnosis. Jika memiliki kondisi yang sangat ringan dari penyakit ini, mungkin gejalanya tidak terlihat. Gejala sering kali sangat halus dan tidak tampak pada orangtua.

Berikut ini berbagai gejala hipertiroidisme:

  • Pembengkakan kelenjar tiroid (gondok).
  • Penurunan berat badan.
  • Detak jantung cepat (takikardia)
  • Jantung berdebar-debar (palpitasi)
  • Detak jantung tidak teratur (aritmia)
  • Nafsu makan meningkat.
  • Gugup, cemas, dan mudah tersinggung.
  • Tremor halus, biasanya di tangan dan jari.
  • Berkeringat.
  • Penglihatan ganda.
  • Mata yang menonjol keluar.
  • Perubahan siklus menstruasi.
  • Peningkatan kepekaan terhadap panas.
  • Pertumbuhan kuku yang cepat.
  • Perubahan pola buang air besar (BAB), terutama BAB lebih sering.
  • Perubahan rambut, termasuk rambut rapuh, menipis, dan rontok.
  • Kelelahan dan kelemahan otot.
  • Rambut halus dan rapuh.
  • Kulit menipis.
  • Susah tidur.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera ke dokter jika mengalami beberapa gejala hipertiroidisme berikut ini:

  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Detak jantung yang cepat.
  • Keringat yang tidak biasa.
  • Pembengkakan di depan tenggorokan.
  • Tanda dan gejala lainnya yang terkait dengan hipertiroidisme.

Penting untuk memberitahu dokter tentang perubahan yang terjadi secara lengkap karena banyak tanda dan gejala hipertiroidisme mungkin terkait dengan sejumlah kondisi lainnya.

Jika pernah dirawat karena penyakit ini atau sedang dirawat, kunjungi dokter secara teratur seperti yang disarankan agar dokter dapat memantau kondisi.

Penyebab Hipertiroidisme

Aktivitas kelenjar tiroid yang berlebihan terkadang terjadi akibat peningkatan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) yang tidak tepat, atau mungkin karena masalah pada kelenjar tiroid itu sendiri. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi medis dan obat-obatan.

Berikut ini beberapa penyebab hipertiroidisme:

1. Penyakit Graves

Kondisi ini terjadi oleh autoimun, yaitu ketika sistem kekebalan tubuh menyerang tiroid, yang membuat hormon tiroid terlalu banyak .

Penyakit Graves adalah penyakit yang diturunkan dari keluarga. Jika anggota keluarga mengidap penyakit Graves, ada kemungkinan anggota keluarga lain juga memilikinya. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Penyakit Graves adalah penyebab paling umum dari hipertiroidisme. Gejala khas dari penyakit graves adalah mata menonjol (exophtalmus) dan tremor halus.

2. Nodul Tiroid

Nodul tiroid adalah benjolan atau pertumbuhan sel pada kelenjar tiroid. Nodul dapat menghasilkan hormon lebih banyak daripada yang dibutuhkan tubuh. Nodul semacam ini jarang bersifat kanker.

Secara bertahap, kelenjar tiroid meningkatkan aktivitas kelenjar dan jumlah hormon tiroid dalam darah. Jika hanya satu nodul yang menyebabkan penyakit ini disebut nodul beracun tunggal. Sedangkan jika beberapa nodul tiroid yang menyebabkan penyakit hipertiroidisme, kondisi ini disebut gondok multinodular toksik.

3. Tiroiditis

Ini adalah pembengkakan (peradangan) pada tiroid. Peradangan ini dapat disebabkan infeksi atau gangguan sistem kekebalan tubuh. Ketika tiroid meradang, ini dapat mengeluarkan hormon yang menghasilkan kadar hormon lebih tinggi dari yang dibutuhkan tubuh.

Tiroiditis dapat terjadi setelah melahirkan (tiroiditis postpartum) atau akibat penggunaan obat-obatan seperti interferon dan amiodarone (obat jantung).

4. Iodine

Jika terlalu banyak mengonsumsi yodium melalui pola makan atau obat-obatan, hal ini dapat menyebabkan tiroid menghasilkan lebih banyak hormon tiroid.

Yodium adalah mineral yang digunakan tiroid untuk membuat hormon tiroid. Mendapatkan kontras iodinasi intravena (pewarna yodium) juga dapat menyebabkan hipertiroidisme.

5. Kanker Tiroid Folikuler

Dalam kasus yang jarang terjadi, tiroid yang terlalu aktif bisa disebabkan oleh kanker tiroid. Ini terjadi ketika sel-sel ganas mungkin mulai memproduksi tiroksin atau triiodothyronine.

6. Obat Tiroid

Mengonsumsi terlalu banyak obat hormon tiroid karena didiagnosis hipotiroidisme dapat menyebabkan masalah pada kelenjar tiroid dan menyebabkan penyakit ini.

Jika diresepkan hormon pengganti tiroid, tanpa pernah mengambil dosis berlebih, jika lupa meminum sehari, jangan berinisiatif untuk melipatgandakan dosisnya di keesokan hari tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Faktor Risiko Hipertiroidisme

Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami tiroid terlalu aktif, di antaranya:

  • Perempuan lebih berisiko daripada pria.
  • Berusia di atas 60 tahun.
  • Memiliki riwayat penyakit tiroid dalam keluarga.
  • Riwayat pribadi penyakit kronis tertentu, seperti diabetes tipe 1, anemia pernisiosa, dan insufisiensi adrenal primer.
  • Pernah hamil atau memiliki bayi dalam 6 bulan terakhir.
  • Pernah menjalani operasi tiroid atau masalah tiroid (misalnya gondok).
  • Menderita anemia pernisiosa.

Diagnosis Hipertiroidisme

Awalnya dokter akan menanyakan riwayat kesehatan yang sebelumnya diderita. Selain itu dokter akan melakukan tes selanjutnya untuk mendiagnosis penyakit ini dengan akurat. Tes ini termasuk:

  • Pemeriksaan fisik. Selama pemeriksaan fisik, dokter akan meraba leher dengan lembut untuk memeriksa ukuran kelenjar tiroid. Pemeriksaan ini adalah proses sederhana dan cepat yang dapat dilakukan di rumah sakit. Dokter juga akan memeriksa mata, jantung, dan kulit.
  • Tes darah. Dokter mengambil sampel darah untuk mencari hormon tiroid tingkat tinggi. Tes ini disebut pemeriksaan fungsi tiroid. Bila menderita hipertiroidisme, kadar hormon tetraiodothyronine (T4) dan triiodothyronine (T3) di atas normal dan TSH lebih rendah dari biasanya.
  • Pemindaian tiroid. Tes dengan menyuntikkan sedikit yodium radioaktif ke dalam aliran darah. Tiroid akan menyerapnya dan kamera khusus dapat mengambil gambar kelenjar untuk mencari nodul atau tanda masalah lainnya.
  • Ultrasonografi (USG). Tes ini menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk mengambil gambar tiroid. Tes USG mungkin lebih baik untuk mendeteksi nodul tiroid daripada tes lainnya dan tidak ada paparan radiasi apa pun.
  • Tes serapan yodium radioaktif. Pasien diharuskan menelan sedikit yodium radioaktif. Alat yang disebut probe gamma dapat mengukur seberapa banyak yodium yang terkumpul pada tiroid. Jika serapan ini tinggi, pasien mungkin menderita penyakit Graves atau nodul tiroid.

Cara Mengobati Hipertiroidisme

Ada beberapa perawatan untuk mengobati penyakit ini. Sebelum memilih salah satu perawatan yang terbaik untuk penderitanya, dokter akan mempertimbangkan usia, kondisi kesehatan secara keseluruhan, tingkat keparahan gejala, dan penyebabnya.

Berikut ini beberapa pilihan cara mengobati hipertiroidisme secara medis:

  • Obat antitiroid. Obat-obat ini termasuk propylthiouracil (PTU) dan methimazole yang dapat membantu mencegah kelenjar tiroid membuat hormon baru. Obat ini tidak permanen dalam merusak tiroid, tetapi pada beberapa orang mungkin memiliki efek samping yang serius.
  • Radioactive iodine (RAI). Sel tiroid yang terlalu aktif akan menyerap yodium dan sel tersebut segera mati. Hal ini digunakan untuk mencegah pelepasan hormon tiroid berlebih. Setiap yodium radioaktif yang tersisa menghilang dari tubuh dalam beberapa hari. Terapi ini tidak bisa dilakukan selama kehamilan.
  • Beta-blocker. Obat ini biasanya untuk mengobati tekanan darah tinggi dan tidak memengaruhi kadar tiroid, juga dapat meredakan gejala hipertiroidisme, termasuk tremor, detak jantung cepat, dan palpitasi.
  • Operasi. Sebagian atau seluruh kelenjar tiroid diangkat dengan operasi. Ini dilakukan jika kelenjar tiroid bengkak berat, gangguan penglihatan berat, tidak merespons pengobatan, dan gejala kambuh setelah perawatan. Kemudian pasien mengonsumsi suplemen hormon tiroid untuk mencegah hipotiroidisme, yang terjadi saat tiroid kurang aktif dan mengeluarkan terlalu sedikit hormon.

Komplikasi Hipertiroidisme

Jika dibiarkan dan tanpa mendapatkan pengobatan, hipertiroidisme dapat menyebabkan sejumlah komplikasi berikut:

  • Masalah jantung, termasuk irama jantung tidak teratur (fibrilasi atrium) dan gagal jantung kongestif.
  • Osteoporosis.
  • Gangguan penglihatan.
  • Kulit merah dan bengkak.
  • Keguguran.
  • Krisis tirotoksik, yaitu tiba-tiba memburuknya gejala hipertiroidisme yang dapat mematikan.

Pencegahan Hipertiroidisme

Dalam kebanyakan kasus, kelenjar tiroid aktif tidak dapat dicegah. Penyakit ini dapat diturunkan melalui keluarga (penyakit Graves) atau muncul saat adanya peningkatan kadar hormon tiroid yang diproduksi oleh tubuh (selama atau setelah kehamilan).

Jika memiliki anggota keluarga menderita penyakit Graves, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk menjalani tes. Ini dapat mendiagnosis dan mendapatkan pengobatan dengan cepat, sehingga mencegah keparahan gejala.

 

  1. Anonim. 2020. Hyperthyroidism. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14129-hyperthyroidism. (Diakses pada 13 Oktober 2020)
  2. Anonim. Tanpa Tahun. Hyperthyroidism. https://medlineplus.gov/hyperthyroidism.html. (Diakses pada 13 Oktober 2020)
  3. Anonim. 2019. Overactive thyroid (hyperthyroidism). https://www.nhs.uk/conditions/overactive-thyroid-hyperthyroidism/. (Diakses pada 13 Oktober 2020)
  4. Anonim. 2019. Hyperthyroidism (Overactive Thyroid). https://www.webmd.com/a-to-z-guides/overactive-thyroid-hyperthyroidism#1. (Diakses pada 13 Oktober 2020)
  5. Felman, Adam. 2017. What’s to know about hyperthyroidism. https://www.medicalnewstoday.com/articles/9153#symptoms. (Diakses pada 13 Oktober 2020)
  6. Lights, Verneda. 2019. Hyperthyroidism. https://www.healthline.com/health/hyperthyroidism#lifestyle-remedies. (Diakses pada 13 Oktober 2020)
  7. Mayo Clinic Staff. 2020. Hyperthyroidism (overactive thyroid). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hyperthyroidism/symptoms-causes/syc-20373659. (Diakses pada 13 Oktober 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi