Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai atau mempertahankan ereksi. Simak penjelasan mengenai ciri-ciri, penyebab, hingga pengobatannya di bawah ini.
Apa itu Disfungsi Ereksi?
Disfungsi ereksi atau biasa disebut lemah syahwat/impotensi adalah ketidakmampuan pria untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk melakukan hubungan seksual.
Kondisi ini dapat menyebabkan stres, menurunnya kepercayaan diri, dan memicu masalah pada hubungan.
Perlu diketahui juga, masalah dalam mencapai atau mempertahankan ereksi juga dapat menjadi tanda kondisi kesehatan mendasar yang memerlukan pengobatan dan merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Gejala Disfungsi Ereksi
Ciri utama laki-laki lemah syahwat adalah sulitnya penis mencapai ereksi serta terjadinya penurunan gairah seksual. Gejala lainnya yang mungkin termasuk persisten, antara lain:
- Kesulitan menjaga ereksi.
- Hasrat seksual berkurang.
- Hanya kadang-kadang mampu ereksi sebelum berhubungan seksual.
- Mampu ereksi sebelum berhubungan seksual namun tidak bisa.
- Membutuhkan banyak rangsangan untuk mempertahankan ereksi.
- Ketidakmampuan total untuk mendapatkan ereksi.
Kapan Waktu yang Tepat untk ke Dokter?
Sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter jika Anda memiliki gejala berikut ini:
- Khawatir terhadap ereksi atau mengalami masalah seksual lainnya seperti ejakulasi dini atau ejakulasi tertunda.
- Memiliki penyakit tertentu seperti diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan lain yang diketahui mungkin terkait dengan disfungsi ereksi.
- Memiliki gejala lain bersamaan dengan disfungsi ereksi.
Penyebab Disfungsi Ereksi
Hanya dokter yang dapat memastikan penyebab disfungsi ereksi. Namun sering kali penyebabnya adalah penyakit atau kondisi yang mendasarinya.
Berikut ini adalah sejumlah kondisi yang mungkin menyebabkan disfungsi ereksi, di antaranya:
1. Usia
Penelitian menunjukkan bahwa, pria dapat mengalami lebih banyak masalah seksual seiring bertambahnya usia. Sebuah studi telah menemukan bahwa tingkat impotensi meningkat seiring bertambahnya usia pria, dari 5% pada usia 40 menjadi 15% pada usia 70.
Meski begitu, sangat mungkin bagi pria untuk menghindari berbagai potensi penyebab impotensi dengan menjaga kesehatan fisik dan mentalnya seiring bertambahnya usia.
2. Suasana Hati
Tidak mudah untuk mendapatkan suasana hati ketika Anda kewalahan oleh tanggung jawab di tempat kerja dan rumah. Stres dapat menyebabkan masalah kesehatan secara fisik, termasuk pada penis.
Selain itu, kemarahan dapat membuat darah mengalir ke wajah, tetapi tidak ke satu tempat yang Anda butuhkan ketika ingin berhubungan seks. Tidak mudah untuk merasa romantis ketika sedang emosi, terlepes apakah kemarahan diarahkan pada pasangan atau tidak.
Kemarahan yang terpendam atau ketidakmampuan mengekspresikan kemarahan dapat memicu masalah pada kinerja di ranjang.
4. Kecemasan
Perasaan khawatir tidak dapat memuaskan pasangan secara seksual dapat membuat lebih sulit bagi Anda untuk melakukan hubungan seks.
Kecemasan juga dapat meluas ke urusan ranjang. Semua kekhawatiran itu dapat membuat Anda takut dan menghindari keintiman hubungan.
5. Kegemukan
Berat badan berlebih tidak hanya memengaruhi rasa percaya diri, akan tetapi hal tersebut juga dapat memengaruhi kinerja seksual.
Pria obesitas memiliki tingkat hormon testosteron laki-laki yang lebih rendah, padahal hormon tersebut penting untuk gairah seksual dan ereksi.
Kelebihan berat badan juga terkait dengan hipertensi dan pengerasan pembuluh darah yang dapat mengurangi aliran darah ke penis.
6. Pikiran Negatif
Bila tidak menyukai apa yang Anda lihat ketika bercermin, Anda pun akan menganggap pasangan tidak akan menyukai hal yang sama.
Citra diri negatif dapat membuat Anda khawatir tidak hanya tentang bagaimana melihat diri sendiri, tetapi juga seberapa baik Anda akan tampil di ranjang. Kondisi ini bahkan bisa membuat Anda cemas untuk memulai seks.
7. Penyakit Tertentu
Banyak kondisi kesehatan berbeda dapat memengaruhi saraf, otot, atau aliran darah yang dibutuhkan untuk ereksi. Diabetes, tekanan darah tinggi, pengerasan arteri, cedera saraf tulang belakang, dan multipel sklerosis dapat memicu disfungsi ereksi.
Operasi untuk prostat dan masalah kandung kemih juga dapat memengaruhi saraf dan pembuluh darah yang mengontrol ereksi.
Faktor Risiko
Disfungsi ereksi juga merupakan gejala yang menyertai banyak kelainan dan penyakit. Faktor risiko langsung kondisi ini mungkin termasuk:
- Masalah prostat.
- Diabetes tipe 2.
- Hipogonadisme terkait dengan sejumlah kondisi endokrinologis.
- Hipertensi (tekanan darah tinggi).
- Penyakit pembuluh darah.
- Kadar kolesterol darah yang tinggi.
- Rendahnya tingkat HDL (high-density lipoprotein).
- Gangguan tidur kronis (obstructive sleep apnea, insomnia).
- Pengguna narkoba.
- Gangguan neurogenik.
- Penyakit peyronie (penis bengkok) atau fibrosis penis.
- Priapismus (ereksi penis berkepanjangan walau tanpa rangsangan dan terkadang bisa menyakitkan).
- Depresi.
- Konsumsi alkohol.
- Kurangnya pengetahuan seksual.
- Teknik seksual yang buruk.
- Merokok—yang memperburuk efek faktor risiko lain—seperti penyakit pembuluh darah atau hipertensi.
Baca Juga: 10 Penyebab Impotensi di Usia Muda yang Wajib Pria Kenali
Diagnosis Disfungsi Ereksi
Tes atau pengujian biasanya diperlukan untuk mendiagnosis masalah ereksi. Tes laboratorium dilakukan dengan mengukur kadar testosteron dalam darah.
Jika kadar testosteron rendah, dokter akan mengukur hormon tambahan. Tergantung pada hasil riwayat dan pemeriksaan fisik, tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa penyakit tertentu seperti diabetes, kelainan tiroid, dan kelainan lipid yang sebelumnya tidak diketahui.
Biasanya, tes ini memberikan informasi yang cukup kepada dokter untuk merencanakan pengobatan pasien.
Terkadang dokter menyuntikkan obat ke dalam penis untuk merangsang ereksi dan kemudian menggunakan ultrasonografi untuk menilai aliran darah di arteri dan vena penis.
Pengobatan Disfungsi Ereksi
Obat yang dikonsumsi dapat memengaruhi kinerja Anda dalam berhubungan intim. Beberapa obat yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi termasuk obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah, obat nyeri, dan antidepresan.
Akan tetapi jangan berhenti konsumsi obat-obatan tersebut tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Perlu diketahui juga, amfetamin, kokain, dan ganja dapat menyebabkan masalah seksual pada pria.
Beberapa orang mungkin malu untuk berbicara dengan dokter tentang kehidupan seks, akan tetapi hal tersebut adalah cara terbaik untuk mendapatkan pengobatan dan kembali menjadi intim dengan pasangan.
Dokter dapat menentukan sumber masalah dan mungkin merekomendasikan perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok atau menurunkan berat badan.
Pilihan pengobatan lain mungkin termasuk obat disfungsi ereksi, perawatan hormon, perangkat hisap yang membantu menciptakan ereksi, atau konseling.
Baca Juga: Mengenali Beragam Obat Disfungsi Ereksi (Medis dan Alami)
Pencegahan Disfungsi Ereksi
Cara terbaik untuk mencegah disfungsi ereksi adalah dengan memilih gaya hidup sehat dan mengelola segala masalah kesehatan yang ada.
Berikut ini tips mencegah disfungsi ereksi, antara lain:
- Bekerjasamalah dengan dokter untuk menangani diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan kronis lainnya.
- Temui dokter untuk dilakukan pemeriksaan rutin dan tes pemeriksaan kesehatan.
- Berhenti merokok, batasi atau hindari minuman beralkohol, dan jangan menggunakan obat-obatan terlarang.
- Berolahraga secara teratur.
- Mengelola stres.
- Dapatkan bantuan untuk mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.
- Anonim. 2022. Erectile dysfunction. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/erectile-dysfunction/symptoms-causes/syc-20355776. (Diakses pada 25 September 2023)
- Anonim. Tanpa Tahun. Erectile Dysfunction. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/erectile-dysfunction. (Diakses pada 25 September 2023)
- MacGill, Markus. 2023. What’s to know about erectile dysfunction?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/5702. (Diakses pada 25 September 2023)