Terbit: 29 July 2020
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Aneurisma otak adalah benjolan yang muncul di pembuluh darah otak. Meski kondisi ini dapat muncul di bagian otak mana pun, gangguan ini paling umum terjadi di dasar otak. Simak penjelasan selengkapnya mengenai gejala, penyebab, hingga penanganannya di bawah ini.

Aneurisma Otak: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa Itu Aneurisma Otak?

Aneurisma otak terjadi ketika terdapat tonjolan di pembuluh darah otak sehingga dinding pembuluh darah lebih rentan karena meregang. Jika pembuluh darah di otak pecah, hal ini merupakan situasi darurat yang dapat menyebabkan perdarahan di otak, kerusakan otak, dan kematian jika tidak segera ditangani. Aneurisma sering terbentuk di cabang-cabang pembuluh darah karena ini adalah salah satu bagian terlemah dari arteri.

Gejala Aneurisma Otak

Pada dasarnya, kondisi ini tidak dapat diprediksi dan mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun sampai pembuluh darah pecah. Selain pecah, pembuluh darah otak yang membesar juga dapat menunjukkan sejumlah gejala dan memerlukan perawatan medis darurat.

Gejala dan tanda-tanda peringatan aneurisma otak bervariasi berdasarkan apakah pembuluh darah pecah atau tidak. Gejala aneurisma yang tidak pecah meliputi:

  • Sakit kepala
  • Sakit di belakang atau di atas mata, bisa ringan atau parah
  • Penglihatan kabur atau ganda
  • Pusing
  • Kejang

Sementara gejala aneurisma otak pecah meliputi:

  • Sakit kepala parah
  • Leher kaku
  • Penglihatan kabur atau ganda
  • Sensitivitas terhadap cahaya
  • Kelopak mata terkulai
  • Kesulitan berbicara atau perubahan kondisi mental
  • Kesulitan berjalan
  • Pusing
  • Mual atau muntah
  • Kejang (kejang)
  • Hilang kesadaran

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Tindakan medis harus segera dilakukan jika Anda mengembangkan sakit kepala yang sangat parah dan terjadi secara tiba-tiba.

Penyebab Aneurisma Otak

Perlu diketahui bahwa beberapa aneurisma dapat berkembang sepanjang hidup seseorang, beberapa diwarisi, dan beberapa hasil dari cedera otak. Berikut adalah penjelasan selengkapnya:

  • Penyakit autosomal dominant polycystic kidney disease (ADPKD) adalah kondisi bawaan yang memengaruhi fungsi ginjal. Kondisi bisa menghasilkan kantong-kantong seperti sarang laba-laba di jaringan otak. Penyakit ini akan meningkatnya tekanan darah dan melemahkan pembuluh darah di otak atau di bagian tubuh lainnya.
  • Sindrom Marfan juga diturunkan dan memengaruhi gen yang mengendalikan pembentukan jaringan ikat tubuh. Kerusakan pada struktur pembuluh darah menciptakan kelemahan yang dapat menyebabkan aneurisma otak.

Sementara itu, cedera otak traumatis dapat merobek jaringan dan menciptakan apa yang dikenal sebagai aneurisma pembedahan atau dissecting aneurysm. Infeksi serius dalam tubuh dapat menyebabkan aneurisma jika infeksi merusak pembuluh darah. Kebiasaan merokok dan memiliki tekanan darah tinggi kronis juga merupakan sumber dari banyak kasus aneurisma otak.

Faktor Risiko Aneurisma Otak

Aneurisma otak lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada pada anak-anak dan lebih sering pada wanita daripada pada pria.

Faktor risiko yang berkembang dari waktu ke waktu, antara lain:

  • Usia yang lebih tua.
  • Merokok.
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Penyalahgunaan narkoba, khususnya penggunaan kokain.
  • Peminum alkohol berat.
  • Beberapa jenis aneurisma dapat terjadi setelah cedera kepala (diseksi aneurisma) atau dari infeksi darah tertentu (aneurisma mikotik).

Faktor risiko muncul saat lahir, antara lain:

  • Gangguan jaringan ikat yang diwarisi seperti sindrom Ehlers-Danlos yang melemahkan pembuluh darah.
  • Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan yang menghasilkan kantung berisi cairan di ginjal dan biasanya meningkatkan tekanan darah.
  • Aorta sempit yang abnormal (koarktasio aorta), gangguan pada pembuluh darah besar yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari jantung ke seluruh tubuh.
  • Malformasi arteri vena, koneksi abnormal antara arteri dan vena di otak yang mengganggu aliran darah normal di antara keduanya.
  • Riwayat keluarga dengan kondisi ini, khususnya orang tua, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau anak.

Diagnosis Aneurisma Otak

Karena aneurisma adalah kondisi yang bisa terjadi tanpa didahului oleh gejala, pemeriksaan penunjang ini dilakukan untuk deteksi dini. Akan tetapi, jika Anda menunjukkan gejala aneurisma otak yang tidak pecah, sejumlah tes mungkin juga disarankan untuk mencari penyebabnya.

Berikut adalah beberapa tes yang bisa dilakukan untuk membantu diagnosis, di antaranya:

  • CT Scan

CT scan adalah salah satu prosedur penunjang pemeriksaan dini yang bisa dilakukan untuk mencegah pecahnya aneurisma. Ketika pembuluh darah belum pecah, saat melakukan tes ini, Anda juga dapat menerima suntikan zat pewarna kontras ke dalam salah satu pembuluh darah guna memudahkan melihat aliran darah dan apakah ada pembuluh darah yang membenjol di otak.

  • Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk membuat gambar detail otak, baik secara 2 atau 3 dimensi. Jenis MRI yang menilai arteri secara detail (MRI angiografi) dapat mendeteksi keberadaan aneurisma otak.

  • Angiografi Otak

Dokter akan memasukkan tabung (kateter) yang tipis dan lentur ke dalam pembuluh darah besar—biasanya di pangkal paha—dan menyambungkannya melewati jantung ke pembuluh darah otak. Setelah itu, pewarna khusus yang disuntikkan ke dalam kateter.

Serangkaian gambar X-Ray kemudian dapat mengungkapkan detail tentang kondisi pembuluh darah dan mendeteksi aneurisma. Tes ini lebih invasif daripada yang lain dan biasanya digunakan ketika tes lainnya tidak memberikan informasi yang cukup.

Pengobatan Aneurisma Otak

Anda perlu perawatan sesegera mungkin jika Anda memiliki aneurisma otak yang pecah. Dokter akan mencari tahu perawatan mana yang paling baik berdasarkan kesehatan, ukuran, jenis, dan lokasi aneurisma.

Penanganan aneurisma otak yang pecah, di antaranya:

  • Surgical clipping: Bagian tengkorak dilepas untuk menemukan aneurisma. Klip logam ditempatkan pada pembukaan aneurisma untuk memotong aliran darah. Setelah menjalani prosedur ini, tengkorak akan ditutup rapat.
  • Endovascular coiling: Perawatan ini tidak memerlukan operasi untuk membuka tengkorak. Dokter akan memasukkan kateter ke pangkal paha untuk mencapai pembuluh darah yang terkena di mana aneurisma berada. Setelah itu, dokter akan memasukan platinum coils melalui selang dan menempatkannya di dalam aneurisma.
  • Flow diverter surgery: Opsi ini untuk kondisi yang lebih serius di mana dua opsi sebelumnya tidak membantu. Dokter akan memasukkan stent, biasanya jaring logam, di dalam pembuluh. Benda ini menjadi dinding di dalam pembuluh darah untuk mengalihkan darah dari aneurisma.

Penanganan aneurisma otak yang belum pecah, di antaranya:

Aneurisma kecil yang belum pecah dan tidak menyebabkan gejala mungkin tidak perlu diobati, tetapi ini tergantung pada kesehatan dan kondisi aneurisma.

Jika Anda hidup dengan kondisi ini, perubahan gaya hidup dapat membantu menurunkan aneurisma bocor atau pecah, seperti:

  • Jangan gunakan kokain atau obat stimulan lainnya.
  • Berhenti merokok.
  • Turunkan tekanan darah dengan diet dan olahraga.
  • Batasi asupan kafein, asupan berlebih secara tiba-tiba dapat meningkatkan tekanan darah. Kafein terdapat pada kopi dan teh.
  • Batasi asupan kafein, asupan berlebih secara tiba-tiba dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Hindari mengangkat barang berat karena aktivitas ini juga dapat meningkatkan tekanan darah.

Komplikasi Aneurisma Otak

Ketika aneurisma otak pecah, perdarahan biasanya hanya berlangsung beberapa detik. Darah dapat menyebabkan kerusakan langsung pada sel-sel di sekitarnya dan perdarahan dapat merusak atau membunuh sel-sel lain.

Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat berkembang setelah pecahnya aneurisma, di antaranya:

  • Pendarahan kembali. Aneurisma yang telah pecah atau bocor berisiko mengalami pendarahan lagi. Pendarahan kembali dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada sel-sel otak.
  • Setelah aneurisma otak pecah, pembuluh darah di otak mungkin menyempit tak menentu (vasospasme). Kondisi ini dapat membatasi aliran darah ke sel-sel otak (stroke iskemik) dan menyebabkan kerusakan serta kehilangan sel tambahan.
  • Ketika pecahnya aneurisma mengakibatkan pendarahan di ruang antara otak dan jaringan di sekitarnya (perdarahan subarachnoid), darah dapat memblokir sirkulasi cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (cairan serebrospinal).
  • Kondisi ini dapat menyebabkan kelebihan cairan serebrospinal yang meningkatkan tekanan pada otak dan dapat merusak jaringan (hidrosefalus).
  • Perdarahan subarachnoid dari aneurisma otak yang pecah dapat mengganggu keseimbangan natrium dalam darah. Penurunan kadar natrium darah dapat menyebabkan pembengkakan sel-sel otak dan kerusakan permanen.

Pencegahan Aneurisma Otak

Kondisi ini tidak selalu dapat dicegah, tetapi Anda dapat menurunkan risiko dengan tidak merokok, menjaga kadar tekanan darah tetap stabil, menjaga kadar kolesterol tidak terlalu tinggi, olahraga rutin, kelola stres dengan baik, dan obati kondisi obstructive sleep apnea jika Anda memilikinya. Pencegahan lainnya adalah Anda harus melakukan deteksi dini dengan cara pemeriksaan medical check up karena aneurisma sendiri sering kali tidak bergejala.

 

  1. Anonim. Brain aneurysm. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/brain-aneurysm/symptoms-causes/syc-20361483. (Diakses pada 29 Juli 2020).
  2. Anonim. What Is a Brain Aneurysm?. https://www.webmd.com/brain/brain-aneurysm#1. (Diakses pada 29 Juli 2020).
  3. Anonim. Brain aneurysm. https://www.nhs.uk/conditions/brain-aneurysm/. (Diakses pada 29 Juli 2020).
  4. Lee Macon, Brindles, Tim Jewell, dan Matthew Solan. 2018. Brain Aneurysm. https://www.healthline.com/health/aneurysm-in-the-brain. (Diakses pada 29 Juli 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi