Terbit: 25 January 2023
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Sheila Amabel

Terdapat banyak rumor yang berkembang di masyarakat seputar terapi insulin untuk penderita diabetes; misalnya, insulin membuat penderitanya ketergantungan hingga menyebabkan kenaikan berat badan. Bagaimana dunia medis memandang informasi tersebut? Simak penjelasannya di bawah ini.

Memahami Mitos dan Fakta Seputar Insulin pada Penderita Diabetes

Mitos dan Fakta Seputar Insulin pada Penderita Diabetes Melitus

emulai terapi ini bisa sangat menakutkan bagi Anda yang belum pernah mengalami sebelumnya. Mengetahui beberapa informasi dapat membantu Anda untuk meringankan ketakutan. Berikut adalah beberapa penjelasan seputar mitos insulin dan diabetes yang berkembang di masyarakat, di antaranya:

1. Mitos: Penderita Diabetes Tipe 2 Selalu Memerlukan Injeksi Insulin

Fakta: Injeksi insulin tidak selalu diresepkan oleh dokter, terapi ini diberikan tergantung kondisi tubuh pasien diabetes.

Umumnya, dokter akan memberikan resep untuk injeksi insulin ketika pengobatan lain tidak dapat membantu membuat kadar gula darah berada dalam rentang yang normal. Cara ini dapat membantu mencegah komplikasi diabetes.

Dokter akan melakukan pengukuran gula darah yaitu pemeriksaan HbA1c atau disebut juga hemoglobin A1c. Tes ini akan mengukur rata-rata gula darah selama dua sampai tiga bulan. 

Ketika angka pengukuran hemoglobin A1c menunjukkan di atas 9 persen dan tubuh menunjukkan gejala diabetes tipe 2, maka dokter akan memberikan terapi insulin sebagai pengobatan jangka pendek agar gula darah dapat turun dengan cepat. 

Namun, ketika tubuh kehilangan sebagian besar sel yang bertanggung jawab untuk membuat insulin, maka pasien akan membutuhkan injeksi insulin. Pada tahap ini, tidak ada lagi obat yang dapat membantu menjaga gula darah, sehingga injeksi insulin diperlukan. 

Orang yang telah hidup dengan diabetes selama 10 sampai 20 tahun umumnya akan membutuhkan terapi injeksi insulin. 

Bagi Anda yang berada pada tahap awal diabetes, umumnya dokter akan menyarankan Anda untuk melakukan perubahan gaya hidup atau konsumsi obat tertentu untuk  mengontrol gula darah.  

Baca Juga6 Manfaat Konsumsi Labu Kuning untuk Penderita Diabetes

Mitos 2: Injeksi Insulin Terasa Sakit

Fakta: Injeksi insulin tidak terasa sakit karena disuntikkan pada lapisan lemak di bawah kulit. 

Salah satu mitos insulin yang beredar adalah terapi insulin terasa menyakitkan. Banyak orang yang menganggapnya demikian karena terapi insulin dilakukan dengan cara disuntik. 

Namun, injeksi insulin hanya menggunakan jarum yang kecil dan halus. Jarum inilah yang membuat terapi insulin tidak terasa menyakitkan atau hanya menimbulkan sangat sedikit rasa sakit. 

Penyuntikkan insulin pada penderita diabetes yang paling tepat adalah dilakukan pada area lemak di bawah kulit. Anda dapat mencubit area lemak ini, menancapkan jarum, dan memastikan jarum tidak bergerak saat menyuntikkan insulin.

Jika Anda mengalami memar setelah injeksi insulin, maka artinya jarum mengenai bagian pembuluh darah kecil. Tidak perlu khawatir, memar ini akan hilang dalam beberapa hari. 

Mitos 3: Insulin Dapat Menyebabkan Penurunan Gula Darah

Fakta: hipoglikemia (gula darah rendah) adalah efek samping yang umum ditemukan pada pasien yang menerima injeksi insulin dengan dosis yang salah.

Reaksi setiap individu terhadap insulin bisa berbeda-beda. Oleh sebab itu, Anda perlu konsultasi dengan dokter jika sering mengalami kondisi hipoglikemia karena kemungkinan Anda menerima dosis yang salah.

Adapun gejala hipoglikemia yaitu merasa cemas, tangan gemetar, dan berkeringat. Ketika tidak ditangani, hipoglikemia dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. 

Anda dapat mengatasi hipoglikemia dengan konsumsi tablet glukosa, permen, atau minum setengah gelas jus buah.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia seperti salah menghitung dosis, melewatkan makan, dan melakukan olahraga intens tanpa menyesuaikan dosis insulin.

Mitos 4: Penderita Diabetes Perlu Suntik Insulin Seumur Hidup

Fakta: Dosis dan frekuensi terapi Insulin dapat berubah sesuai dengan perubahan gaya hidup.

Diabetes tipe 2 adalah penyakit yang progresif, artinya rencana pengobatan dapat berubah seiring dengan kondisi tubuh. 

Beberapa orang dengan diabetes tipe 2 mungkin membutuhkan terapi insulin dalam jangka waktu tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh seberapa parah kondisi sel yang memproduksi insulin. 

Mitos 5: Insulin Akan Menyebabkan Kenaikan Berat Badan

Fakta: Kenaikan berat badan menjadi efek samping terapi insulin karena tubuh bisa menggunakan glukosa dengan benar. 

Beberapa orang memang mengalami kenaikan berat badan setelah mendapatkan terapi insulin. Kenaikan berat badan ini disebabkan oleh glukosa yang dapat disebarkan ke sel dengan baik. 

Selain itu, insulin juga merupakan hormon pertumbuhan yang dapat membuat Anda merasa lebih lapar dan akhirnya makan lebih banyak daripada yang dibutuhkan oleh tubuh. 

Untuk mengatasinya, Anda perlu memperbaiki pola makan dan melakukan perubahan gaya hidup untuk menjaga berat badan. 

Mitos 6: Penderita Diabetes Tipe 2 Tidak Mampu Produksi Insulin 

Fakta: Orang dengan diabetes bisa memproduksi insulin lebih banyak daripada orang normal, tetapi tubuh tidak mampu menggunakannya. 

Diabetes tipe 2 merupakan kondisi kesehatan di mana ada glukosa yang menumpuk dalam darah. 

Penyebab diabetes tipe 2 ada dua: pertama, pankreas tidak memproduksi cukup insulin untuk tubuh. Kedua, diabetes tipe 2 juga dapat disebabkan oleh tubuh yang tidak dapat menggunakan glukosa sebagai energi akibat tubuh tidak mampu merespon insulin (resistensi insulin). 

Jika tubuh tidak mampu memproduksi insulin, maka kondisi ini masuk ke dalam kategori diabetes tipe 1. Kondisi ini memerlukan injeksi insulin. 

Baca JugaSering Buang Air Kecil, Benarkah Tanda Diabetes Insipidus?

Mitos 7: Injeksi Insulin Harus Selalu Dilakukan di Tempat yang Sama

Fakta: Tidak harus selalu dilakukan di titik yang sama, tetapi injeksi insulin perlu dilakukan pada area tubuh yang sama.

Area tubuh injeksi insulin akan memengaruhi kecepatan insulin masuk ke darah. Insulin diketahui bekerja paling cepat ketika disuntikkan pada area perut. Ketika disuntikkan pada area lengan dan paha, maka kecepatannya lebih lambat.

Injeksi insulin pada area tubuh yang sama akan memberikan hasil yang terbaik. Hal ini akan membuat insulin masuk ke darah pada kecepatan yang sama setiap kali disuntikkan. 

Nah, itulah berbagai mitos dan fakta seputar insulin pada penderita diabetes. Semoga informasi ini bermanfaat.

 

  1. Anonim. Insulin Routines. https://diabetes.org/healthy-living/medication-treatments/insulin-other-injectables/insulin-routines. (Diakses pada 24 Januari 2023).
  2. Anonim. Side Effects of Insulin. https://www.diabetes.org.uk/guide-to-diabetes/managing-your-diabetes/treating-your-diabetes/insulin/side-effects. (Diakses pada 24 Januari 2023). 
  3. Anonim. 2021. Diabetes Treatment: Using Insulin To Manage Blood Sugar. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetes/in-depth/diabetes-treatment/art-20044084. (Diakses pada 24 Januari 2023).
  4. Anonim. 2022. How To Inject Insulin. https://www.diabetes.co.uk/insulin/how-to-inject-insulin.html. (Diakses pada 24 Januari 2023). 
  5. Anonim. 2022. Type 2 Diabetes. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/type-2-diabetes/symptoms-causes/syc-20351193. (Diakses pada 24 Januari 2023). 
  6. Anonim. 2022. Type 2 Diabetes and Insulin—12 Myths Explained. https://www.health.com/condition/type-2-diabetes/12-myths-about-insulin-and-type-2-diabetes. (Diakses pada 24 Januari 2023).
  7. Iliades, Chris. 2016. Injectable Insulin for Type 2 Diabetes: When, Why, and How. https://www.everydayhealth.com/type-2-diabetes/treatment/insulin/. (Diakses pada 24 Januari 2023).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi