Diabetes adalah kondisi yang bisa memengaruhi banyak organ tubuh, salah satunya adalah otak. Perlu diketahui, organ ini ternyata cukup sensitif terhadap glukosa (gula di dalam darah). Simak hubungan antara diabetes dengan otak melalui ulasan berikut ini.
Diabetes dan Pengaruhnya pada Otak
Otak terdiri dari sel-sel saraf yang berfungsi untuk membantu tubuh bekerja dengan baik. Pada saat menjalankan fungsinya ini, otak memerlukan gula di dalam darah sebagai energi.
Jumlah energi yang diperlukan otak terbilang cukup banyak. Bahkan, organ ini membutuhkan setengah dari seluruh energi yang ada di tubuh agar bekerja dengan optimal.
Maka dari itu, kadar gula di dalam darah berperan penting terhadap fungsi otak. Dari sinilah hubungan diabetes dengan otak terjalin.
Diabetes adalah kondisi ketika tubuh tidak memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau insulin yang sudah diproduksi tidak dapat digunakan dengan baik oleh tubuh.
Insulin sendiri merupakan hormon yang ikut bertanggung jawab dalam memproses gula menjadi energi. Jadi, apabila proses tersebut terhambat, kenaikan gula di dalam darah bisa terjadi.
Baca Juga: Waspada, Penderita Diabetes Rentan Terkena Ginjal Bocor
Perlu diketahui, kadar gula darah diabetesi tidak berada dalam kisaran normal. Tidak hanya gula darah tinggi (hiperglikemia), rendahnya gula darah (hipoglikemia) juga bisa terjadi pada pengidap diabetes.
Apabila gula darah tidak terkendali, Anda bisa berisiko mengalami brain fog. Gejalanya bisa berbeda-beda pada setiap orang, tetapi gejala yang berhubungan dengan diabetes, antara lain:
- Kelelahan.
- Kebingungan.
- Pusing.
- Kehilangan memori.
- Mudah tersinggung.
- Sulit untuk memecahkan masalah.
- Tidak mampu untuk memproses informasi.
- Sulit untuk menggunakan kata-kata yang tepat.
- Tidak mampu untuk berkonsentrasi.
- Merasa bergerak dalam tempo lambat.
Dampak Hiperglikemia pada Otak
Jumlah gula di dalam darah yang tinggi lama-kelamaan akan merusak pembuluh darah di otak. Padahal, fungsi pembuluh darah ini sangat penting karena mendistribusikan sel-sel darah yang kaya oksigen.
Apabila otak menerima sedikit darah, sel-sel otak bisa mati. Peristiwa kehilangan sel-sel otak (neuron) ini dinamakan dengan atrofi otak.
Apabila penderita diabetes mengalaminya, penderita akan mengalami masalah dengan daya ingat. Kondisi ini bisa berujung pada demensia vaskular.
Demensia bukanlah merupakan suatu penyakit, melainkan istilah yang digunakan untuk menggambarkan gangguan kemampuan berpikir, mengingat, atau membuat keputusan. Demensia yang paling umum ditemui adalah penyakit Alzheimer.
Studi epidemiologi yang telah dilakukan melaporkan bahwa demensia vaskular dan Alzheimer lebih sering terjadi pada pasien diabetes tipe 2. Penyebab pasti kejadian ini masih belum dapat diketahui dengan pasti.
Baca Juga: Penderita Diabetes Rentan Terkena Gangguan Mental, Ini Alasannya
Dampak Hipoglikemia pada Otak
Tidak hanya kadar gula darah yang terlampau tinggi, diabetesi juga bisa saja mengalami hipoglikemia. Ini adalah kondisi ketika kondisi gula darah seseorang berada di bawah angka normal (70 mg/dL).
Saat otak kurang mendapatkan cukup gula, ini berarti asupan oksigen ke otak akan terhenti. Kejadian ini tentu saja perlu diperhatikan karena bisa mengakibatkan masalah medis yang serius.
Menurut penelitian yang terbit di Ganesha Medicina Journal, kejadian episode hipoglikemia yang berulang merupakan salah satu faktor risiko dari penurunan kemampuan kognitif. Ini artinya, penderita diabetes yang terus-menerus mengalami penurunan gula darah bisa berisiko mengalami masalah kognitif.
Berbeda dengan gula darah tinggi, biasanya gejala gula darah rendah ini bisa langsung dilihat.
Gejala kondisi ini berupa gemetar, pusing, mudah marah, kesulitan berbicara, atau berjalan. Tak hanya itu, pada kondisi parah hipoglikemia bisa menyebabkan pingsan atau kejang, bahkan hingga koma.
Nah, setelah mengetahui hubungan antara diabetes dengan otak, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui target gula darah pribadi. Dengan mengontrol kadar gula tetap berada di ambang batas tersebut, kesehatan otak bisa terjaga.
- Anonim, 2019. About Dementia. https://www.cdc.gov/aging/dementia/index.html. (Diakses pada 17 Januari 2023).
- Anonim. 2022. Brain Atrophy. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22515-brain-atrophy. (Diakses pada 17 Januari 2023).
- Anonim. 2022. The Effects of Diabetes on the Brain. https://www.cdc.gov/diabetes/library/features/diabetes-and-your-brain.html. (Diakses pada 17 Januari 2023).
- Higuera, Valencia. 2020. Can Diabetes Cause Brain Fog? https://www.healthline.com/health/diabetes/brain-fog-diabetes. (Diakses pada 17 Januari 2023).
- Okaniawan, Putu E. & Agustini, Ni Nyoman M. 2021 Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Diabetes Melitus. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/GM/article/view/31708/17505. (Diakses pada 17 Januari 2023).
- Seaquist, Elizabeth R. 2010. The Final Frontier: How Does Diabetes Affect the Brain? https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2797942/. (Diakses pada 17 Januari 2023).