Terbit: 8 April 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Semenjak COVID-19 melanda di awal tahun 2020, muncul istilah zoom fatigue atau virtual fatigue yang ditandai dengan perasaan sangat kelelahan saat menatap layar komputer atau ponsel. Kenapa hal ini bisa terjadi? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Mengenal Zoom Fatigue, Kelelahan akibat Keseringan Rapat Online

Apa itu Zoom Fatigue?

Zoom fatigue adalah kondisi yang menggambarkan kelelahan, kejenuhan, dan kekhawatiran setelah menggunakan platform komunikasi virtual yang berlebihan. Istilah ini muncul ketika terjadi pandemi COVID-19 yang mengharuskan orang-orang untuk beraktivitas di rumah saja, seperti bekerja, sekolah, dan lainnya.

Meski begitu, ada banyak manfaat pasti dari penggunaan Zoom, Skype, dan FaceTime, mulai dari memungkinkan orang terhubung dengan aman secara tatap muka hingga membuat pekerjaan tertentu lebih mudah diakses oleh mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis.

Tanda dan Gejala Zoom Fatigue

Kelelahan karena pekerjaan adalah hal yang lumrah, terutama bagi orang yang bekerja dalam karir berbasis jasa dan layanan.

Selain stres karena pekerjaan yang biasa, pandemi COVID-19 telah menyebabkan kesehatan mental menurun hampir pada semua orang.

Meskipun pandemi yang mengharuskan untuk tetap di rumah, namun kebanyakan pekerja diharapkan untuk terus bekerja secara daring. Pandemi telah memengaruhi banyak aspek kehidupan. Salah satunya interaksi pekerjaan yang terpengaruh.

Berikut ini beberapa gejala zoom fatigue: 

  • Perasaan apatis.
  • Sangat kelelahan.
  • Kinerja yang menurun.
  • Pelupa dan sulit berkonsentrasi.
  • Kesulitan mempertahankan hubungan dan bertemu dengan orang yang dicintai.
  • Frustrasi dan lekas marah dengan rekan kerja.
  • Gejala fisik, termasuk ketegangan otot, nyeri, kelelahan, dan insomnia.

Gejala lain dari zoom fatigue yang mungkin dapat dikenali, termasuk:

  • Menghindari, membatalkan, atau menjadwal ulang panggilan konferensi video.
  • Sangat tegang atau lelah setelah rapat virtual.
  • Mengganggu kemampuan untuk melakukan banyak tugas atau menunaikan tanggung jawab pekerjaan.

Penyebab Zoom Fatigue

Pandemi COVID-19 telah mengubah cara orang bekerja dalam jangka waktu yang lama. Meskipun Zoom membuat pekerja tetap terhubung saat mengharuskan orang di rumah saja, tetapi aplikasi ini memiliki kekurangan.

Berikut ini beberapa penyebab orang mengalami zoom fatigue:

1. Konsentrasi tinggi

Rapat secara virtual membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk membaca ekspresi wajah orang dan mendengarkan melalui layar komputer.

Meskipun tidak disadari, dibutuhkan lebih banyak usaha untuk melakukan percakapan melalui Zoom daripada secara nyata. Miaslanya, masih ada sedikit keterlambatan untuk respons verbal karena koneksi. Hal ini tentu saja menghambat kemampuan untuk mengartikan kata-kata orang yang Anda ajak bicara.

2. Terlalu lama kontak mata

Dalam rapat virtual, jumlah orang yang melihat Anda dan ukuran wajah di layar mungkin tidak wajar.

Ketika pertemuan tatap muka secara langsung, Anda tidak akan melakukan banyak kontak mata dengan sesama peserta. Akan tetapi, orang-orang akan melihat ke speaker, sekeliling ruangan, a ponsel, atau buku catatannya.

Namun dalam rapat Zoom, semua orang terus-menerus saling mengawasi dan memperhatikan. Tak hanya itu saja, ukuran wajah memberikan kesan berada di dekat pekerja lainnya.

3. Beban kognitif

Beban kognitif terasa karena jumlah ide yang harus kita masukkan ke dalam tugas. Percakapan adalah hal yang biasa terjadi secara alami antar manusia, tetapi komunikasi melalui Zoom membutuhkan upaya yang lebih sadar.

Hal tersebut karena kita biasanya mengandalkan isyarat nonverbal. Akan tetapi ketika hanya bisa melihat kepala satu sama lain, kita harus melebih-lebihkan ekspresi wajah untuk memastikan bahwa kita dipahami.

Kita juga dituntut bekerja lebih keras untuk memahami bahasa tubuh rekan kerja. Misalnya, jika rekan melihat sesuatu di luar layar, kita tidak tahu konteksnya dan karena itu tidak mengerti mengapa mereka merasa terganggu.

4. Mobilitas berkurang

Etika rapat virtual yang baik menentukan bahwa kita tetap terlihat jelas selama rapat. Hal ini membutuhkan tetap diam untuk jangka waktu yang lama secara tidak wajar.

Sementara selama pertemuan tatap muka secara langsung, orang bisa bergerak bebas tanpa kehilangan alur percakapan. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa orang akan lebih kreatif dan berkomunikasi lebih baik saat bergerak.

Dengan membatasi diri pada layar komputer, kita juga membatasi kemampuan untuk berpikir dan berbicara dengan bebas.

Baca Juga: Dampak Pandemi terhadap Kesehatan Mental dan Cara Mengatasinya

Cara Mengatasi Zoom Fatigue

Ketika orang-orang secara perlahan memasuki pasca-pandemi COVID-19, rapat Zoom kemungkinan akan terus menjadi bentuk komunikasi yang lumrah. Mungkin orang tidak dapat mengontrol jumlah rapat virtual dalam jadwal, tetapi orang dapat mengurangi risiko kelelahan ini.

Berikut adalah beberapa cara mengurangi risiko virtual fatigue:

1. Hindari multitasking

Mungkin tertarik untuk melakukan sesuatu yang lain selama rapat virtual, tetapi yang terbaik adalah menahan keinginan itu. Melakukan beberapa kegiatan secara bersamaan dapat menghabiskan energi mental sehingga membuat Anda merasa lelah.

Multitasking juga dapat membuat Anda begitu efektif dalam pekerjaan, karena mengurangi fokus pada pekerjaan.

Oleh karena itu, hilangkan semua gangguan, seperti ponsel, dan tutup jendela browser guna mengurangi godaan untuk melakukan banyak tugas.

2. Kurangi waktu di depan layar

Sangat mudah untuk teralihkan dalam rapat virtual, ada banyak hal yang terjadi ketika di depan layar.

Anda akan melihat diri sendiri dan juga rekan-rekan ketika menggunakan Zoom. Anda juga dapat melihat apa yang ada di belakang dan secara tidak langsung mengintip ke dalam rumahnya.

Jadi, kurangi rangsangan pada layar dengan menjaga jendela Zoom pada tampilan speaker dan menutup semua program dan jendela browser lainnya. Kurangi pula rangsangan untuk rekan kerja dengan menjaga gambar latar belakang Zoom Anda seminimal mungkin.

3. Jika tidak wajib, matikan fitur video

Setiap lingkungan kerja mungkin sedikit berbeda, tetapi jika  diperbolehkan mematikan kamera,maka lakukanlah.

Jika perlu melakukan banyak pekerjaan, melipat cucian, menyusui, membuat makan siang, mematikan video tidak hanya memungkinkan Anda memaksimalkan waktu, tetapi juga mengurangi tekanan untuk muncul pada Zoom dengan cara tertentu melalui layar.

4. Beralih ke telepon atau email

Untuk menghindari kelebihan jadwal rapat menggunakan Zoom, cobalah evaluasi apakah rapat virtual masih diperlukan. Jika memungkinkan, Anda bisa menyelesaikan rapat melalui saluran komunikasi lain.

Apabila Anda lelah karena terlalu lama di depan layar, mungkin Anda ingin menyarankan panggilan audio atau menundanya untuk hari lain.

Baca Juga: 8 Cara Sederhana Mengatasi Kelelahan Mental

5. Istirahat sejenak

Menyempatkan istirahat dari rapat Zoom yang akan sangat penting untuk tubuh dan otak Anda. Cobalah matikan kamera selama beberapa saat sehingga bisa beranjak dari kursi dan bergerak untuk menngendurkan otot yang kaku. Hal tersebut juga melatih mata Anda dengan melihat objek dari jarak yang berbeda.

Mungkin ide yang bagus untuk meminta pada sesama rekan kerja untuk mematikan video dari waktu ke waktu. Rekan-rekan mungkin akan merasakan hal yang sama seperti Anda dan akan menikmati istirahat.

Nah, demikianlah penjelasan tentang zoom fatigue yang penting untuk Anda tahu. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!

 

  1. Eatough, Erin. 2021. Zoom fatigue is real: How to make it stop. https://www.betterup.com/blog/zoom-fatigue. (Diakses pada 8 April 2022)
  2. Sheehan, Hannah. 2021. Zoom Fatigue: Symptoms, Causes, and Ways to Combat It. https://fellow.app/blog/productivity/zoom-fatigue-symptoms-causes-and-ways-to-combat-it/. (Diakses pada 8 April 2022)
  3. White, Taneasha. 2021. Zoom Fatigue’ Is Real — Here’s How to Cope (and Make It Through Your Next Meeting. https://www.healthline.com/health/zoom-fatigue. (Diakses pada 8 April 2022)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi